Berkenalan dengan Para 'Pewaris' Darah Pangeran Diponegoro

detikNews - Jakarta, Pangeran Diponegoro hidup di abad ke-19. Perjuangannya melawan penjajahan Belanda menjadi salah satu kisah sejarah yang paling inspiratif sepanjang masa. Lalu, bagaimana dengan keturunannya? Bagaimana kehidupan mereka?

detikcom berkesempatan berkenalan dengan empat orang keturunan langsung Sang Pangeran. Mereka adalah Abdul Wafa, Damon yusuf Martadiredja, Pancawati Dewi dan Ki Roni Sodewo.

Tiga nama pertama di atas adalah generasi ketujuh dan kedelapan dari pangeran Djunet Dipomenggolo, anak dari Pangeran Diponegoro, sementara Ki Roni adalah generasi ketujuh dari anak Diponegoro yang lain yakni, Pangeran Alip atau Bagus Singlon atau Ki Sodewo.

"Kami semua keturunan Pangeran Diponegoro yang datang dari ibu berbeda," kata Roni kepada detikcom saat berbincang di kediaman Abdul Wafa di Bogor, Jawa Barat, Jumat (7/2/2015) malam. Keempatnya sedang berkumpul setelah mengikuti acara 'Aku Diponegoro' di Galeri Nasional, Jakarta.

Di Ciapus, Bogor, atau tepatnya di dekat kediaman Abdul Wafa terdapat makam pangeran Djunet yang masih terawat rapi bersama istrinya Nyi Mas Hj Fatimah atau juga dikenal dengan nama Abun Nioh. Makam itu kini resmi menjadi cagar budaya dan di bawah pengawasan Pemkot Bogor.

Roni bercerita silsilah keluarga Diponegoro versi keluarga. Menurutnya, Sang Pangeran tercatat memiliki 8 istri, dua di antaranya adalah permaisuri, sementara enam lainnya selir. Dari 8 istri, tercatat ada 22 anak Diponegoro.

"Ki Sodewo adalah anak dari salah satu selir Pangeran Diponegoro, Pangeran Djunet juga. Mereka berdua sudah membantu perjuangan Pangeran Diponegoro sebelum dan setelah ditangkap," paparnya.

Dari mana para keturunan ini bisa tahu mereka punya darah 'ningrat' Sang Pangeran? Menurut Roni, ada catatan silsilah di keluarganya yang selalu di-update di setiap generasi. Catatan itu sudah divalidasi oleh pihak keraton. Meski jumlahnya terus bertambah dan sudah berlangsung selama hampir 200 tahun, namun semua tetap terjaga.

Roni juga menjadi salah satu narasumber dan penulis catatan di buku biografi Pangeran Diponegoro 'Takdir' yang ditulis oleh peneliti Oxford, Peter Carey. Cerita versi keluarga yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi menjadi salah satu referensi penting juga terkait kehidupan Diponegoro, meski sifatnya lisan.

Para keturunan Diponegoro ini juga kerap diundang di berbagai acara resmi keraton. Mereka dianggap tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kisah masa lalu, meski saat itu Diponegoro dianggap sebagai pemberontak.

"Kami sering diceritakan soal perjuangan pangeran oleh mbah-mbah kami setiap berkumpul. Saya juga kadang mencari sendiri sejak kecil. Saya suka bertanya pada kakek-kakek soal perjuangan Mbah Sodewo dan Pangeran Diponegoro," ceritanya.

Kini, keturunan Diponegoro generasi ketujuh dan kedelapan sudah berjumlah ribuan. Mereka tersebar di Pulau Jawa, Makassar, hingga Ambon dan Manado. Melalui facebook, mereka akhirnya bisa membuat komunitas sendiri. Bahkan pernah melakukan beberapa acara reuni.

"Sebelumnya kita hanya kumpul dari satu garis keturuan saja Sodewo, sekarang sudah bisa ketemu sama keturunan Pangeran Djunet dan lain-lainnya seperti sekarang ini," cerita Ki Roni sambil menyeruput kopinya.

Wafa, Pancawati, dan Damon sebagai keturunan pangeran Djunet juga punya banyak cerita. Mereka mengungkapkan bagaimana kakek moyangnya bisa sampai dimakamkan di Bogor, hingga kisah pertemuan dengan keluarga lainnya.

"Kita selalu komunikasi dan merasa akrab. Padahal baru kenal setahun dua tahun. Tapi memang perasaan saudara itu tak bisa dibohongi," kata Pancawati.

Bagaimana kisah para keturunan Diponegoro ini dalam menjalani hidup mereka? Apakah ada warisan dari Sang Pangeran? Lalu, apa saja ajaran dari kakek moyangnya? Simak dalam beberapa artikel berikutnya. (mad)

()

Baca Juga

Rekomendasi