Oleh: Jekson Pardomuan.
Tetapi Ia bersifat penyayang, Ia mengampuni kesalahan mereka dan tidak memusnahkan mereka; banyak kali Ia menahan murka-Nya dan tidak membangkitkan segenap amarah-Nya. – Mazmur 78 : 38
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sifat memiliki arti rupa dan keadaan yang tampak pada suatu benda; tanda lahiriah. Kalau pada benda, sifat itu akan menjadi salah satu cara untuk membedakannya. Misalnya, bersifat cair, padat dan gas. Sementara untuk manusia, sifat adalah berkaitan dengan lahiriah. Seseorang akan terlihat sifatnya ketika bertingkah laku, bermasyarakat dan bersosialisasi dengan sesama umat manusia.
Sifat manusia juga menjadikannya mudah dikenal. Ada yang sifatnya suka memberi, suka menolong dan ada juga yang sifatnya suka mengganggu, sombong dan suka merendahkan orang lain. Sifat-sifat Allah seharusnya tercermin dalam perilaku hidup kita sebagai anak-anak-Nya.
Alkitab menuliskan “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana. Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong. Takut akan Allah mendatangkan hidup, maka orang bermalam dengan puas, tanpa ditimpa malapetaka.” (Amsal 19 : 21-23)
Manusia memiliki banyak rancangan dalam kehidupannya. Kalau kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, manusia yang tidak memiliki rancangan hidupnya akan biasa-biasa saja. Karena Tuhan memiliki rancangan bagi setiap kita. Kita boleh merancang banyak hal, dan menyerahkannya pada Tuhan. Terwujud tidaknya sebuah rancangan tergantung pada kita, apakah kita mau bekerja keras, berharap pada Tuhan dan selalu sabar menunggu jawaban Tuhan.
Di dalam Alkitab ada banyak ayat yang menuliskan tetang sifat-sifat Allah. Dan sifat Allah ini banyak yang bisa kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Beberapa sifat ini adalah unik bagi Allah, sedangkan yang lain tampak juga di dalam diri manusia sebagai akibat penciptaan-Nya menurut rupa Allah.
Allah itu Mahahadir, Dia ada di mana-mana pada saat yang bersamaan. Pemazmur mengatakan bahwa ke manapun kita pergi, Allah ada di situ; Allah melihat segala sesuatu yang kita lakukan. Allah selalu beserta kita dimana pun kita berada.
Allah itu Mahatahu, Ia mengetahui segala sesuatu. Dia mengetahui bukan saja perbuatan kita tetapi juga pikiran kita. Apabila Alkitab berbicara tentang pra-pengetahuan Allah, yang dimaksudkan ialah bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang mungkin sebagai mungkin, yang pasti sebagai pasti, segala sesuatu yang tergantung sebagai tergantung, segala sesuatu yang akan datang sebagai akan datang, segala sesuatu yang lalu sebagai yang lalu, semuanya yang ditentukan dari semula sebagai kepastian yang telah ditetapkan sebelumnya.
Apa yang kita rencanakan hari ini Allah sudah lebih dahulu tahu dan mengingatkan kita lewat banyak hal. Misalnya, kita merencanakan untuk korupsi atau menggelapkan uang perusahaan atau uang kantor, maka hati kita akan terasa tidak enak. Pembawaan kita akan lain dari biasanya. Tanda-tanda ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita untuk tidak melakukan korupsi.
Allah itu Mahakuasa, Allah itu sangat berkuasa dan memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu dan semua ciptaan-Nya. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa Allah mempergunakan segala kuasa dan kekuasaan-Nya pada segala waktu; misalnya, Allah mempunyai kuasa untuk membinasakan semua dosa, tetapi Dia memilih untuk tidak melakukan hal itu hingga akhir sejarah. Dalam banyak hal, Allah membatasi kuasa-Nya, menyalurkannya melalui umat-Nya; dalam hal ini kuasa-Nya itu tergantung pada tingkat kesediaan dan penyerahan kita kepada Allah.
Kita bisa memiliki kuasa (yang terbatas) ketika Allah berkenan kita memiliki kekuasaan. Allah memberikan kita kuasa untuk menjadi raja, bupati, walikota, gubernur dan presiden. Allah juga memberikan kita kesempatan untuk menjadi direktur atau pimpinan sebuah perusahaan dan memiliki kuasa penuh untuk melakukan apa saja.
Akan tetapi Allah memberikan kita kuasa yang sangat terbatas, dan terkadang kita salah dalam menggunakan kuasa yang diberikan-Nya kepada kita. Ketika Allah memberikan kita kesempatan untuk memiliki kuasa, selalulah bersyukur dan meminta petunjuk dari Tuhan untuk setiap keputusan yang kita buat.
Tidak Pernah Berubah
Allah itu Mahatinggi, Dia berbeda dan terlepas dari ciptaan-Nya. Diri dan keberadaan-Nya lebih besar dan lebih tinggi daripada tatanan yang diciptakan-Nya. Ia tinggal dalam keberadaan yang sempurna dan murni, jauh di atas apa yang telah diciptakan-Nya. Dia sendiri tidak pernah diciptakan dan berada terpisah dari ciptaan. Akan tetapi, kemahatinggian Allah tidak berarti bahwa Allah tidak mampu tinggal di tengah-tengah umat-Nya sebagai Allah mereka.
Allah itu Kekal, Dia ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Tidak pernah ada waktu, baik di masa lalu maupun di masa depan, ketika Allah tidak ada atau takkan ada; Ia tidak terikat dengan waktu manusia dan oleh karena itu paling baik dapat dilukiskan dengan "Aku ada".
Allah Tidak-berubah, sifat-sifat Allah tidak berubah, dalam berbagai kesempurnaan atau dalam maksud-Nya bagi umat manusia; akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa Allah tidak pernah mengubah maksud-maksud-Nya yang sementara sebagai tanggapan atas tindakan manusia. Misalnya, Ia mungkin mengubah maksud-Nya untuk menghukum karena pertobatan sungguh-sungguh dari orang berdosa.
Lagi pula, Ia tetap bebas menanggapi kebutuhan-kebutuhan umat manusia dan doa umat-Nya. Alkitab sering berbicara tentang Allah yang mengubah pikiran-Nya sebagai akibat doa yang tekun dari orang benar.
Sifat Allah yang tidak pernah berubah seharusnya kita jadikan teladan dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketika kita memiliki sifat setia dan tekun dalam doa, peliharalah sifat itu dan jangan pernah berubah. Ketika kita memiliki sifat suka member dan mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri, pertahankanlah itu dan jangan pernah berubah.
Roma 5 : 5 menuliskan “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”
Sifat Allah yang ada dalam Alkitab dan bisa kita teladani adalah Allah itu sempurna dan Kudus, Allah itu baik, Allah itu Kasih, Allah itu penyayang, berbelaskasihan, Allah itu panjang sabar, Allah itu setia, Allah itu adil dan sifat kudus lainnya. Sifat-sifat kebaikan ini juga ada dalam buah-buah Roh yang ditulis dalam Galatia 5 : 22-23 “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” Amin.