Taman Bodhi Asri Raih Rekor MURI

Deliserdang, (Analisa). Yayasan Taman Bodhi Asri (Taba) mendapat anugrah Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Kamis (12/3). Pi­a­gam diberikan Ketua Umum MURI Jaya Suprana diwakilkan kepada Wakil Ketua Umum MURI Aylawati Sarwono.

Yayasan Taba mendapat MURI atas kategori taman jompo terluas yang diba­ngun atas swadaya masyarakat. Anugrah di­terima Ketua Yayasan Taba Kentjana Sa­lim (Bie Bie) dalam satu acara khusus di Komplek Taba. Bie Bie didampingi Ke­tua Pembina Yayasan Toni Harsono, Pem­bina Amir Kusno, Ratna Juwita, Ga­nefo serta Mageretha. Turut hadir De­wan Pengawas Meri Rialina, Tony, Sekretaris Edly, Bendahara Soeyono Liman dan dr Andi Luman.

Wakil Ketua Umum MURI Aylawati Sarwono menyebutkan, pemberian rekor ini merupakan inisiatif MURI secara spontan. “Beberapa hari lalu, kita mendengar cerita dari Pak Bie Bie. Ada satu perumahan jompo yang luasnya enam hektare. Panti dibangun swadaya masyarakat dan dikelola secara profesional dan intensif untuk kaum jompo. Jadi, MURI secara spontan memberikan rekor ini,” sebutnya.

Menurutnya, MURI memberikan anugerah tersebut untuk memberikan inspirasi bagi yang lain. Karena kaum jompo paling jarang dipikirkan. “Kalau anak yatim, kan lucu ya. Banyak yang memikirkannya,” sebut Aylawati.

Dia menilai, apa yang dilakukan Taman Bodhi Asri sangat mulia. Hal seperti ini, perlu didengar banyak orang. Perlu disebarluaskan berita baik dan mulia ini untuk menginspirasi orang lain. “Jadi kita menularkan kebaikan,” ucapnya.

Turut hadir anggota DPR RI dr Sof­yan Tan. Dia menyebutkan, penghargaan ini bisa mendorong dan memunculkan inspi­rasi bagi banyak orang. Bahwa apa yang dilakukan ini merupakan salah satu karya besar dari orang Sumut-Medan.

Komprehensif

Pemberian rekor MURI ini juga memberikan satu model, kalau mau membantu orang benar-benar yang terbaik. Karena, banyak orang bisa membantu panti jompo tetapi tidak komprehensif. Tidak memberikan satu suasana seperti rumah sendiri yang sehat serta memperhatikan sisi spritual dan lingkungan hidup.

“Hal seperti ini tidak banyak. Biasa orang hanya sekadar mendirikan saja. Selaku anggota DPR RI, kami memberikan apresiasi yang tinggi dan support. Mudah-mudahan ini berkelanjutan. Penge­lolaannya tidak saja sampai berdiri tapi juga maintenance dan sebagai­nya,” sebut Sofyan Tan.

Dia menilai, apa yang dilakukan Yayasan Taba membuktikan pada peme­rintah bahwa tingkat kepercayaan dan sosial pada individu yang jujur sangat tinggi. “Kenapa yang dilakukan peme­rintah kurang didukung, karena tingkat kepercayaan turun. Tapi, bagi individu yang memiliki integritas tinggi, justru dukungan cepat mengalir. Ini harus diakui. Peran swasta sangat penting mendukung berbagai program yang dilakukan pemerintah,” tambahnya.

Ketua Yayasan Taman Bodhi Asri, Kentjana Salim yang akrab disapa Bie Bie mengucapkan terimakasih atas aten­si manajemen MURI. Penghargaan ter­sebut akan dijadikan motivasi bagi mereka untuk meningkatkan prestasi dan kepercayaan yang telah diberikan kepada mereka.

“Kita ucapkan terimakasih kepada seluruh donatur. Atas kepercayaan para donatur Taman Bodhi Asri untuk para lansia ini bisa terwujud. Penghargaan MURI ini kami jadikan motivasi untuk bisa berbuat lebih baik lagi. Bisa memberikan pelayanan kepada para lansia secara le­bih maksimal lagi,” sebut Bie Bie.

Dia mengaku, pendirian taman untuk para jompo tersebut berawal dari keprihatinan mereka terhadap para lansia di Sumatera Utara. Soalnya, dalam berbagai kasus ditemui, mereka kesulitan menempatkan para lansia yang terlantar.

Kemanusiaan

Sebagaimana diketahui Selama ini, Bie Bie, sejumlah rotarian dan lembaga sosial lainnya, aktif di bidang kemanusiaan. Mereka secara berkelanjutan membantu warga tak mampu untuk menda­patkan pengobatan. Mereka juga memba­ntu sejumlah orang jompo yang terlantar.

Niat tulus itu, kata Bie Bie, didukung penuh sejumlah para donatur. Di tahun 2011 mereka mulai membangun taman jompo di lahan seluas enam hektare. Lebih kurang dua tahun sejak perencanaan, taman sudah berdiri dan meneri­ma para lansia. Sistem pengelolaannya dilakukan secara profesional.

Sekarang, lanjutnya, sudah ada 55 lansia yang menjadi penghuni tetap dari 110 kamar yang dibangun. Di sana, dibuat suasana menyenangkan. Dari pagi hingga menjelang malam diisi berbagai kegiatan yang holistik. Setiap pagi, para lansia diajak senam atau jogging.

Setelah itu sarapan. Setelah makan siang, para lansia diberi aktivitas berguna seperti membaca,  karaoke, melukis dan membuat kerajinan tangan, dan sembahyang di vihara. Sekira pukul 15.00 WIB, mereka diberi snack. Usai makan malam, para lansia istirahat dan beri­badah. Selain itu, ada pemeriksaan rutin kesehatan di klinik yang sudah tersedia.

“Hari-hari mereka diisi dengan ber­bagai hal menarik. Para lansia merasa nyaman di sini. Mereka bisa menikmati hari tua dengan penuh kebahagiaan,” sebut Bie Bie.

Walau pembangunan baru 80 persen, namun sejumlah fasilitas sudah hampir sempurna. Saat ini sudah ada ruang pustaka, fisioterapi, gedung serbaguna, kli­nik, pondok meditasi, vihara dan kuti (tempat tinggal bikkhu). Ada juga jogging track, ruang karaoke, ruang makan, dapur, taman dan kolam serta saptam 24 jam. “Masih perlu membangun fasilitas jalan dan penambahan sekitar 30 kamar lagi,” tambah Bie Bie.

Soal pembiayaan untuk operasional, menurutnya, pihak yayasan mengelola dengan sistem subsidi silang. Sejumlah kamar yang ada dibangun untuk fasilitas VVIP, VIP dan ekonomi. Sebagian besar lainnya, kamar sosial dan gratis.

Acara berlangsung meriah. Diisi de­ngan pembacaan puisi dan tarian dari para lansia. Lelang lukisan dan tortor. (nai)

()

Baca Juga

Rekomendasi