Medan, (Analisa). Maraknya fenomena batu mulia di tanah air dengan segala jenis batu cincin yang indah dan menarik, juga hadir di Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) ke-44 di Jalan Gatot Subroto Medan.
Dari pantauan wartawan, pengunjung tampak sibuk memilih-milih sejumlah bongkahan batu baik yang besar maupun yang sudah dipotong-potong petak sebesar buah jengkol di salah satu stand. Di antara puluhan jenis batu mulia yang dijual yang begitu menarik pengunjung adalah batu asal Provinsi Papua yaitu batu pasir emas dan pasir intan.
Kedua batu asal Indonesia Timur tersebut menjadi primadona pengunjung pasalnya selain batu yang berwarna hitam bening ini cukup menarik dengan manik-manik emas dan intannya bila di senter dengan cahaya, juga harga yang ditawarkan cukup terjangkau.
“Khusus batu pasir emas dan intan ini jual dengan harga yang terjangkau, rata-rata 100 ribu rupiah per potong kecil, sedangkan bongkahannya Rp1 juta per kilogram. Meskipun dibawa dari tempat asalnya cukup jauh (Provinsi Papua).
“Kita bermaksud supaya semua orang bisa mengikat menjadi batu cincin, gelang, kalung dan liontin yang indah. Kita juga senang dan bangga kalau masyarakat Sumut dan Kota Medan bisa menikmati atau memakai batu mulia asal negerinya sendiri,” ungkap Buni didampingi, Jhoni dan Juned di stand “Murai Gemstone” .
Ditambahkan Jhoni, selain batu asal Papua tersebut, juga di jual batu asal Kalimantan, seperti Oksodion dengan warna hijau merah, putih kelapa dan bening, Refonio dengan warna pink. Batu-batu Asal Kalimantan ini dijual rata-rata Rp.50.000,- per potongnya.
Kemudian ada batu asal Bengkulu, yaitu Raflesia, batu asal Padang (Sumatera Barat) yakni batu Sungai Dareh, juga batu Aceh seperti bio solar, solar dan neprit, ujarnya. (ir)