Bekerja, Beribadah dan Beristirahat dalam Islam

Oleh: Hidayat Banjar

Auditor pemula (Entry Level/Junior) di kantor Pricewater house Coopers (PwC), Shanghai, meninggal karena meningitis serebral (sakit kepala) akut. Pan Jie, 25, meninggal pada hari Minggu beberapa waktu lalu karena meningitis (sakit kepala) otak akut, yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri.

"Berdasarkan pada gejala dan rendahnya jumlah sel darah putih yang dimilikinya, wajar untuk menyimpulkan bahwa hal tersebut terjadi dikarenakan bekerja terlalu berat mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menurun, yang membuatnya lebih rentan terhadap infeksi," kata Dr Wang Guisong, seorang ahli di departemen bedah saraf di Rumah Sakit Renji.

Teman Pan's bernama Yu telah mengatakan kepadanya sebelum meninggal bahwa ia telah bekerja sampai 18 jam sehari dan sekitar 120 jam seminggu. Pan tampaknya menyadari bahwa ada sesuatu yang salah sebelum tragedi itu terjadi. Pada tanggal 31 Maret Pan menulis dalam micro blog miliknya: "Setiap kali ada kesempatan untuk beristirahat, demam menghampiri tubuhku, aku bingung apakah aku harus mengacuhkannya atau justru sebaliknya."

Berita tersebut saya kutip sebagai ilustrasi agar para pekerja maupun owner (toke) mendijadikan pedoman bahwasanya kerja keras itu bukan semata-mata mengejar 5 P, yaitu power (kekuasaan), position (posisi), pleasure (kesenangan), prestige (kewibawaan) dan prosperity (kekayaan). Setiap usaha yang hanya berorientasi kepada lima hal tersebut memang menjamin kesuksesan atau bahkan hasil yang melimpah ruah, tetapi tidak menjamin sebuah akhir yang menyenangkan.

Diingatkan

Pemimpin yang memotivasi rakyat agar: bekerja, bekerja dan bekerja, perlu dingatkan, hal itu salah dalam Islam. Seyogianya motivasi yang diberikan adalah: bekerja, beribadah dan beristrahatlah dengan cukup.

Fakta tentang miliarder di Amerika Serikat yang berkumpul di Hotel Edge Water Beach di Chicago, Illionis pada tahun 1923 jadi pelajaran buat kita. Mereka adalah orang-orang yang sangat sukses, tetapi mengalami nasib tragis 25 tahun kemudian.

Salah seorangnya adalah Charles Schwab, CEO perusahaan besi baja ternama pada waktu itu, yaitu Bethlehem Steel. Charles Schwab mengalami kebangkrutan total. Sehingga ia terpaksa berutang untuk membiayai hidupnya selama 5 tahun sebelum meninggal.

Yang kedua adalah Richard Whitney, President New York Stock Exchange.

Pria ini ternyata menghabiskan sisa hidupnya di penjara Sing Sing.

Orang ketiga adalah Jesse Livermore, raja saham "The Great Bear" di Wall Street. Tetapi Jesse mati bunuh diri. Orang ke empat adalah "The Match King", Ivar Krueger, CEO perusahaan hak cipta, yang juga mati bunuh diri. Begitu juga dengan Leon Fraser, Chairman of Bank of International Settlement, ia mati bunuh diri.

Yang keenam adalah Howard Hupson, CEO perusahaan gas terbesar di Amerika Utara. Tetapi ia sakit jiwa dan dirawat di rumah sakit jiwa hingga akhir hidupnya.

Sedangkan Albert Fall, waktu itu ia adalah anggota kabinet presiden Amerika Serikat. Namun ia meninggal di rumahnya di Texas ketika baru saja keluar dari penjara.

Di dunia ini tidak sedikit orang yang semula sangat sukses, tetapi merana di tahun-tahun terakhir kehidupan mereka

Tidak Berarti

Kehidupan mereka seakan-akan tidak berarti meskipun sebelumnya sangat kaya raya. Upaya terbaik memang dapat menghasilkan kesuksesan besar, tetapi bukan berarti merupakan jaminan sebuah akhir kehidupan sebagai manusia yang penuh arti. Karena itu langkah yang harus kita lakukan adalah mengimbangi kerja keras dengan berbuat kebaikan

Seorang penulis pada abad 20-an yang berkebangsaan Perancis, André Gide, mendefinisikan kebaikan itu sebagai berikut; "True kindness presupposes the faculty of imagining as one's own the suffering and joys of others. – Kebaikan yang sesungguhnya adalah kemampuan merasakan penderitaan maupun kebahagiaan orang lain."

Kerja keras yang diimbangi dengan berbuat kebaikan akan menghasilkan semangat yang tinggi untuk mendapatkan lebih dari apa yang dibutuhkan. Hal itu terdorong oleh keinginan untuk dapat berbagi kebahagiaan dengan orang lain.

Pada akhirnya kebaikan tersebut berpengaruh positif terhadap semangat hidup, motivasi, dan kemajuan sikap dan ekonomi.

James Allen, penulis buku berjudul As a Man Thinketh mengatakan, "Pemikiran serta perbuatan baik tidak mungkin mendatangkan hasil yang buruk; pemikiran dan perbuatan buruk tidak mungkin mendatangkan hasil baik."

Pembaca, kalau mau jujur, sebenarnya memang, waktu yang kita punya tak lebih banyak dari kewajiban yang harus kita tunaikan. Namun walau demikian, Allah tak pernah zhalim dengan membebani hambaNya dengan apa yang tak mampu diembannya.

Sunatullah

Kerja tubuh dan otak manusia memang punya masa penat dan bosan. Untuk itu, bila penat, maka perlu istirahat dulu. Atau jika kita bosan, berarti perlu refresing untuk sementara waktu. Kita tidak boleh terlalu memporsir diri, hanya karena ingin memenuhi target. Allah saja, Sang Pemilik diri ini, tak membebani kita, kecuali sebatas yang kita mampu. Kenapakah kita sendiri yang harus menyiksa diri? Inilah yang disebut menganiaya diri sendiri.

Allah SWT menciptakan siang dan malam untuk kepentingan manusia. Siang mencari nafkah atau bekerja, malam istirahat, karena tubuh kita pun punya hak istirahat. Itu sunnatullah. “Sesungguhnya tubuhmu punya hak atas dirimu. Kedua matamu memiliki hak atas dirimu,” sabda Nabi Saw (HR Bukhari dan Muslim).

Lalu, ibadah? Bagi Muslim, seluruh aktivitas adalah ibadah. Hayatuna kulluha ‘ibadah. Selama aktivitas itu ditujukan untuk mencari keridhoan-Nya, melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS Al-Qashash:73).

“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan…” (QS Al-An’aam:60).

“Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang…” (QS Al Mu’minun:61)

Kerja Malam

Lalu, bagaimana yang harus kerja malam dan istirahatnya justru siang hari? Mencermati ayat-ayat di atas, jelas kerja malam menyalahi sunnatullah atau hukum alam (natural law). Namun, jika memang keadaan memaksa demikian (darurat), tentu Islam memberikan toleransi alias boleh.

Hanya saja, ada risiko sebagai konsekuensi “pelanggaran” atas hukum alam tersebut. Misalnya, sebuah riset ilmiah di Norwegia menyingkapkan, rutinitas kerja malam di kalangan wanita karier dapat menambah bahaya terserang kanker, khususnya kanker payudara.

Hampir 15% wanita yang terserang penyakit kanker payudara pernah bekerja pada jam-jam malam atau masa-masa pergantian antar siang dan malam.

Disebutkan, wanita yang kerja malam sepanjang waktu selalu berinteraksi dengan sinar yang menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh untuk memproduksi hormon milanonin yang terbentuk pada malam hari saat sedang tidur. Hormon inilah yang berfungsi menjaga sel-sel tubuh dan pori-pori melawan kanker dan dampak negatif sinar tersebut. (Hooryea, 1426).

Untuk mengurangi dampak negatif, para ahli menyarankan: tetap pada jadwal (konsisten), istirahat cukup bahkan lebih banyak tidur siang hari, bekerja dengan cahaya terang, dan jangan langsung tidur sepulang kerja, tapi lakukan beberapa aktivitas rumah hingga tubuh telah siap untuk mulai tidur. Wallahu alam bissawab.

Penulis adalah Founder LBH dan Anggota Badan Pengurus Laskar Keadilan Indonoesia (LKI)

()

Baca Juga

Rekomendasi