Bijak Mengidolakan Seseorang

Oleh: Budiah Sari Siregar. Pernah mengidolakan seorang artis dengan amat sangat? Saking idolanya sampai semua hal tentang si artis kita ketahui. Sampai semua barang yang kita miliki bernamakan si artis. Sampai waktu, uang dan pikiran kita banyak terkuras untuk si artis. Pernah?

Fenomena mengidolakan seorang artis dengan teramat sangat ini sering kita dapati. Mereka para fans artis ini biasanya meniru habis-habisan gaya artis yang mereka idolakan. Umumnya mereka adalah remaja-remaja seumuran sahabat TRP dan membentuk sebuah komunitas fans sebagai wadah berkumpul.

Sah-sah saja saat kita mengidolakan seorang artis. Namanya juga artis, pasti dipuja dan disanjung. Namun, yang disayangkan dan sering terjadi adalah ketika para fans ini menganggap idolanya adalah segala-galanya. Mereka memperlakukan idola mereka bak dewa yang selalu benar dan segala tindak-tanduknya harus ditiru. Ini yang keliru. Artis juga manusia. Mereka bukan orang suci yang segala kelakuannya selalu benar. Mirisnya, saat si artis berbuat salah, justru dielu-elukan.

Sebenarnya, saat seseorang mengidolakan artis, ia harus jeli melihat, sejauh mana artis tersebut membawa dampak baik dalam dirinya. Jika yang terjadi yang sebaliknya, berarti si artis tersebut tak pantas untuk dijadikan idola. Jadikanlah idola kita itu penyemangat kita untuk selalu berbuat yang terbaik.

Penulis pernah memiliki seorang teman yang kala itu ngefans sekali dengan Britney Spears. Karena ingin bisa menyanyikan lagu-lagu Britney dengan pelafalan yang baik, ia pun rajin mendengarkan dengan teliti tiap kalimat yang diucapkan penyanyi idolanya itu. Ia juga rajin mengartikan syair-syair lagu Britney yang memang selalu dalam bahasa Inggris. Karena kebiasaan tersebut, teman penulis kini lancar berbahasa Inggris. Ini karena teman penulis tahu mana yang harus dicontoh dan mana yang tidak. Coba saja kalau teman penulis mencontoh misalnya gaya berpakaian Britney, pasti ia akan mendapat banyak cercaan karena tak sesuai dengan budaya ketimuran kita.

Penulis sendiri juga mengidolakan artis. Tapi ya itu tadi, penulis lebih melihat pada sikap dan sifat baik mereka untuk dijadikan panutan. Penulis meneladani bagaimana mereka meniti karir dan tak menyerah pada keadaan. Dari sikap mereka yang ramah saat kami bertemu, penulis belajar untuk tidak sombong meski saat kita berada di puncak kesuksesan. Sifat-sifat baik mereka penulis coba terapkan dalam kehidupan penulis.

Begitulah, meski mengidolakan seorang artis, pikiran kita harus tetap mengarah pada logika. Jika idola kita memiliki sifat terpuji, ya silakan ditiru. Jika ada buruknya, ya tak perlu dielu-elukan apalagi ditiru. Lagipula, pikir ulang. Terkadang, orang yang pantas jadi idola itu bukan orang yang terkenal. Tapi orang yang memang pantas menjadi panutan. Misalnya kedua orangtua kita yang bekerja tanpa kenal lelah untuk membiayai kehidupan kita, yang selalu mengajarkan kebaikan kepada kita, selalu menyayangi kita. Atau guru kita yang selalu membimbing kita dalam belajar. Atau mungkin tukang bakso yang biasa lewat di depan rumah dan memiliki kepribadian yang patut dicontoh. Mereka juga layak jadi idola, tidak harus artis, kan?!

* Kamar ke-7, April 2013

()

Baca Juga

Rekomendasi