Bermata Biru, dari Satu Nenek Moyang

SEPANJANG sejarah mereka telah dianggap sebagai orang yang sangat beruntung  karena memiliki bola mata berwarna biru. Frank Sinatra yang legendaris, Paul New­man meluluhkan jutaan hati manusia begitu juga dengan Cameron Diaz di Hollywood mo­dern.

Tapi bagaimana dan mengapa mata biru terus berkembang tetapi masih menyimpan misteri secara jenetik sampai sekarang.

Menurut tim peneliti dari Co­penhagen University, mutasi tung­gallah diprakirakan yang membuat semua orang yang bermata biru masih hidup sampai saat ini.

Tim tersebut, yang penelitian mereka dipublikasikan dalam jurnal Human Genetics, mengidentifikasi mutasi tunggal pada gen yang disebut OCA2, muncul secara kebetulan di suatu tempat di sekitar pantai barat laut Laut Hitam terhadap satu indi­vidu, yaitu sekitar 10.000 tahun yang lalu.

Gen tidak "membuat" warna biru di iris mata; melainkan mematikan mekanisme yang menghasilkan pigmen melanin coklat.

"Awalnya, kita semua memiliki mata cokelat," kata Dr Hans Eiberg yang memimpin tim tersebut.

Dan kebanyakan orang masih memiliki mata cokelat. Temuan tersebut merupakan mutasi langka, berkemungkinan tersebar dalam gelombang kolonisasi yang cepat yang mengikuti akhir zaman es terakhir, menyoroti salah satu misteri besar evolusi manusia yaitu keanehan Eropa.

Mereka yang berasal dari Eropa dan Timur Dekat memiliki ba­nyak karakteristik yang membedakan mereka dari umat manusia yang lain.

Tidak hanya orang Eropa jauh lebih mungkin memiliki mata biru (95 persen di beberapa negara Skan­dinavia), mereka juga memiliki rentang yang jauh lebih besar dari warna kulit dan warna rambut dari­pada kelompok etnis lain.

Hanya di Eropa Anda akan mene­mukan dalam jumlah besar orang yang berambut pirang dan berambut merah, cokelat, kulit pucat dan kulit zaitun, orang bermata biru dan bermata hijau hidup bersama dalam masyarakat yang sama.

Di berbagai belahan dunia lain di seluruh dunia orang-orang hampir seragam dengan berambut hitam dan bermata gelap, kulit dengan kegel­apan hampir sama.

Mengapa hal ini masih tetap tidak diketahui, dan khususnya bagaimana mutasi tersebut dapat muncul begitu cepat sejak Eropa dijajah oleh orang Afrika yang hanya beberapa puluhan ribu tahun yang lalu.

Teori

Satu teori adalah karena keadaan cuaca  dingin  dan langit gelap Eropa berperan. Kulit putih lebih baik terhadap vitamin D dari sebanyak 8 persen jumlah penduduk dunia me­miliki mata biru yang lemah terhadap sinar matahari, ditemukan di lintang utara.

Asumsi lain adalah bahwa kulit, mata dan rambut warna aneh terlihat di Eropa apabila dirunut ke zaman kuno, Neanderthal, yang meninggal sekitar 25.000 tahun yang lalu.

Kemungkinan Neanderthal be­ram­but pirang atau berambut merah dan itulah gen yang telah terwarisi kepada mereka. Masalahnya dengan teori ini ada­lah bahwa tidak ada bukti, dari potongan-potongan DNA Neanderthal yang telah terungkap dari tulangnya, yang ada setiap perkawinan substansial antara me­reka dan sama sekali Homo sapiens.

Mungkin teori yang paling masuk akal adalah bahwa rambut dan mata biru pirang muncul karena me­kanisme yang disebut pemilihan jenis kelamin.

Disinilah pria dan wanita memilih karena pasangan mereka o­rang-orang yang memiliki sifat fisik yang tidak biasa, belum tentu terkait dengan kesesuaian tetapi ha­nya karena sesuatu yang tidak biasa.

Pemilihan jenis kelamin terdepan ketika terjadi banyak persaingan mendapatkan pasangan dari satu jenis kelamin atau yang lain. Teo­rinya adalah bahwa di Eropa, di mana laki-laki harus menghabiskan waktu berminggu-minggu pada  waktu tertentu keluar untuk berburu.

Dalam masyarakat seperti itu, wanitalah yang memiliki kunci, yang memperoleh kesempatan yang lebih baik menarik perhatian beberapa pria yang akan bersedia untuk bercinta.

Bahkan saat itu, si pirang bermata biru itu tidak hanya dibutuhkan, tetapi juga pasti akan lebih disukai. (dmc.uk/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi