Tebingtinggi, (Analisa). Alumni SMP Swasta Methodist II tahun 1978/79 dan 1979/80 Kota Tebingtinggi menggelar reuni. Acara dihadiri dua dari tiga guru yang masih ada di Aula RM Pondok Bagelen Jalan Deblod Sundoro Tebingtinggi, Kamis (1/4) sore.
Kegiatan ini, dihadiri beberapa alumni yang tinggal di luar negeri dan luar daerah seperti Singapura, Jakarta, Lampung, Jambi, Medan, Tebingtinggi dan lain sebagainya. Reuni kali ini gabungan dari adik dan kakak kelas. Terlihat suasana keakraban sesama pelajar dengan guru.
Saat berlangsungnya acara reuni itu, paginya, salah seorang guru mendapat musibah meninggalnya anak kandungnya. Para alumni menyempatkan diri melayat ke rumah duka. "Wah! Saya sudah 36 tahun tidak pernah bertemu dengan para guru yang masih hidup sejak tamat SMP Swasta Methodist II. Rasa rindu itu sudah terobati setelah bertemu. Saya bersyukur mereka masih sehat dan aktif mengajar. Dengan reuni ini, kami semua bisa bertemu dengan guru dan teman setelah puluhan tahun tamat sekolah,” sebut Tan Cen Cen saat ini tinggal di Rantau Parapat.
Ketua Panitia Reuni, Chaidir Chandra mengucapkan terima kasih atas kehadiran teman-teman semua dan para guru yang masih ada. Kegiatan reuni SMP Swasta Methodist II Tebingtigggi ini untuk kedua kalinya, tapi untuk tahun ini digabung adik dan akak kelas. "Saya tahu, kita semua sibuk dan tinggal di luar kota Tebingtinggi. Maka, saya bersama teman-teman sepakat mengadakan reuni di saat pulang kampung untuk melaksanakan ritual keagamaan Chengbeng,” jelas Chaidir Chandra.
Syofian Sitepu mewakili teman-teman tahun 1978/79 mengaku, sangat terharu sekali bisa betemu dengan guru, teman-teman satu kelas dan adik kelas yang sudah 36 tahun berpisah. Reuni ini cukup positif, karena kami masih mengingat jasa para guru sewaktu menimba ilmu di sekolah ini. Kemudian, teman-teman satu kelas maupun adik kelas bisa bertemu lagi.
"Tapi, puji Tuhan saya masih bisa bertemu dengan guru dan teman-teman lagi walau sudah berpisah puluhan tahun. Saya berharap, ke depan reuni seperti ini tetap kita dilanjutkan dengan suasana lebih banyak lagi. Kalau bisa, teman-teman lainnya yang tidak bisa hadir saat ini bisa bergabung di tahun depan. Kami sangat memaklumi, guru kita ini dulunya cukup garang. Tapi, semua itu cambuk bagi kami untuk bisa seperti sekarang ini,” sebut Syofian Sitepu SH kini berprofesi sebagai pengacara di Bengkulu dan Jakarta.
"Sudah empat kali saya ke Tebingtinggi, kemudian ke sekolah Methodist II. Tapi, saya tidak bisa bertemu dengan teman-teman lama maupun guru saat belajar di sekolah ini. Ternyata, guru saya masih ada tiga orang lagi aktif sebagai guru. Sementara, teman-teman sudah berpencar dan kini sudah punya anak dan cucu,” ungkap Sofian Sitepu di hadapan ibu guru Elly dan Herta Hutabarat serta teman-teman reuni.
Suhandi Tow/Cu Lie mengatakan, kegiatan reuni ini memberikan makna yang luar biasa dan tidak bisa terlupakan seumur hidup. Bayangkan, semula teman-teman usai menyelesaikan pendidikan SMP di Methodist II sebagian tidak melanjutkan pendidikan lanjutan di Tebingtinggi. Ada yang melanjutkan di Medan, Pulau Jawa dan lainnya.
"Kami sangat bersyukur kepada Tuhan, sebagian besar teman-teman bisa dipertemukan lagi dalam reuni ini,” pinta Suhandi Tow/Cu Lie kini menjadi pengusaha meubel di Jakarta dan mewakili adik kelas stambuk 1979/1980.
Ibu Elly dan Herta Hutabarat menyatakan, “Anak-anak ku semua sangat luar biasa, bisa mengadakan reuni seperti ini. Kalian itu, benar-benar masih memperhatikan dan mengingat kami semua. Reuni ini merupakan salah satu menjalin kebersamaan di antara guru dengan murid, antara murid dengan murid sehingga tali persaudaraan itu dapat terjalin dengan baik”.
“Bagaimana dulunya saya menjadi guru kalian. Semua itu tidak perlu diingat. Kalian ini semua sudah berhasil menjadi orang tua dan ada juga yang sudah punya cucu. Walaupun, sekarang ini anak-anak kami sudah menggeluti berbagai profesi, tapi kalian masih bisa menyempatkan waktu bertemu kembali dengan guru dan teman-teman sekelas lainnya,” ucapnya. (cha)