Medan, (Analisa). Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) yang sejak dulu dikenal sebagai penghasil buah salak, juga mampu mengembangkan ekonomi kreatif. Salah satu produk ekonomi kreatifnya yakni kain tenun hasil produksi ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) atau secara tradisionil.
Kain yang diproduksi secara tradisional itu cukup menarik perhatian pengunjung Paviliun Tapsel di Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) ke- 44. Staf penjaga Pavilun Tapsel, Taufik Rahman, mengatakan kerajinan kain tenun khas Mandailing Tapsel ini cukup dikenal di nusantara, pasalnya pembeli berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
“Baru saja pengunjung dari Jakarta membeli baju dari kain tenun ini sebanyak tiga unit. Ada juga orang Siantar yang beli kain tenun khas Tapsel ini dua unit,” ujar Taufik kepada wartawan, belum lama ini.
Dikatakannya, kain tenunan Tapsel merupakan hasil karya home industri masyarakat Tapsel dan Padang Sidempuan. Sebagian besar merupakan binaan Dewan kerajianan daerah (Dekranasda) Kabupaten Tapanuli Selatan.
Pemkab Tapsel, rutin melakukan pembinaan berupa pelatihan dan strategi pemasaran kepada perajinan tenun. Selain itu, Pemkab juga melakukan pembinaan dan pembiayaan kepada penangkar ulat sutera hingga menghasilkan benang pintal sutera yang berkualitas.
Berbagai corak dan motif mewarnai kain tenun maupun yang sudah dibuat menjadi baju kemeja, kain jendela dan peci. Di antaranya, corak bunga Teratai, motif kepala tiga, dan bermotif ulos dengan berbagai warna, seperti merah hati, hijau, kuning, merah jambu, biru,dan putih.
Disebut Taufik, untuk kain tenun berbahan sutera dibanderol Rp1 juta, sedangkan yang terbuat dari benang biasa Rp300 ribu,- per unit. Untuk baju kemeja berbahan dasar benang sutera dijual Rp1,5 juta, sedangkan benang biasa ditawarkan Rp600 ribu.
Selain hasil kerajinan tenun, di Paviliun Tapsel ini juga dipamerkan dan dijual produk home industri lain, yaitu aneka ragam vas bunga, kramik, dan hiasan manik-manik. (ir)