SATU generasi yang lalu, provinsi Tigray di Ethiopia dilanda kelaparan sehingga mengejutkan dunia. Kini, seperti yang dilaporkan Chris Haslam, penduduk setempat menggunakan teknik kuno untuk mengubah bagian dari padang pasir menjadi lahan hijau.
Lanskap retak dan kering ini, di Ethiopia paling utara, menjadai saksi bisu semua itu. Tiga puluh tahun yang lalu, tidak jauh dari sini, terjadi kelaparan yang disebut sebagai "sesuatu terparah di planet bumi".
Penduduk Tigray digambarkan sebagai contoh penderitaan pasif, bergantung pada niat baik dari sisa masyarakat dunia ini hanya untuk melewati hari tanpa kelaparan.
Namun di luar desa Abr'ha Weatsbah, terlihat dari segala arah, kerumunan orang berbondong-bondong mendatangai lokasi yang sudah ditentukan, yakni lembah curam di ujung tanah datar.
Setiap wanita dan pria berbadan sehat berusia 18 tahun diwajibkan melakukan kerja bakti secara gotong royong selama 20 hari. Tugas mereka cukup sederhana, yakni menjinakkan gurun gersang.
"Ini cara yang pernah raja Axumite terapkan 2.000 tahun silam," ujar pemandu Zablon Beyene. "
Pukul 10.00 pagi, sekitar 3.000 orang sudah datang. Menggunakan beliung, sekop, batang besi dan tangan kosong, mereka akan mengubah ini lereng terjal menjadi bentuk tangga bertingkat-tingkat rapi sehingga akan menampung hujan tahunan dan pada gilirannya air akan meresap ke dalam tanah. Kerja keras penduduk telah mengubah daratan terpanggang sinar matahari ini secara mengejutkan. Hanya dalam satu dekade, seluruh gunung telah terbentuk bertingkat-tingkat.
Dulu untuk mendapatkan air harus menggali 15 meter. Kini hanya lima meter dan 38 hektar bekas gurun telah disulap menjadi lahan subur.
Kini penduduk sudah bisa menuai panen tiga kali setahun dari ladang gandum, chili, bawang dan kentang. Tempat pengembala gratis untuk domba, kambing telah dilarang, sehingga hutan baru eukaliptus dan akasia akan tumbuh.
Pendduk juga sudah membangun dam buatan. Waduk mini ini berfungsi menampung air selama hujan dan disimpan untuk keperluan apabila terjadi kekeringan.
Proyek Hutan Sahara
Gurun tak lagi menjadi tempat berpasir yang membosankan namun akan menjadi tempat yang bisa menghasilkan makanan, energi bahkan air bersih.
Mimpi-mimpi tersebut akan segera terwujud melalui Proyek Hutan Sahara (The Sahara Forest Project) hasil kerja sama antara Yara International ASA dan perusahaan pupuk asal Qatar, Qafco. Dalam proyek perdana ini mereka ingin mengubah gurun di Qatar menjadi ruang hijau.
Perjanjian kerja sama proyek ditandatangani antara CEO Qafco, Khalifa A. Al-Sowaidi, CEO Yara International, Jørgen Ole Haslestad dan CEO The Sahara Forest Project, Joakim Hauge pada 2009.
Qafco dan Yara International bersama-sama akan mendanai proyek bernilai US$ 5,3 juta ini. Masing-masing pihak telah melakukan persiapan dan proyek perdana ini ditargetkan akan beroperasi pada Desember 2012. (bbs/rtr/es)