R.A. Kartini;

Perjuangan Melalui Gambar

Oleh: Ami TS.

R.A Kartini, sebagai sosok yang mendapatkan multitafsir visual. Mulai lukisan, hingga perangko tak luput dari kreativitas perupa. Busana kebaya dan sanggul tetap menjadi ikon model yang bertahan hingga kini.

BULAN April menjadi terasa gaung emansipasi kaum hawa. Pada tanggal 21 diperingati lahirnya perjuangan R. A. Kartini. Sebenarnya banyak juga jasa dari para pejuang wanita yang tangguh membela hak dari zaman kolonial Belanda dahulu pantas diperingati.

Ada Cut Nyak Dien, Malahayati dan Fakinah (Aceh), Siti Aisyah We Tenriolle (Sulawesi Selatan) dan Christina Tiahahu (Maluku) layak dan pantas diperingati juga. Mereka sepertinya kalah tenar dibandingkan dengan wanita keturunan bangsawan Jawa R. A. Kartini. Sebaiknya jangan terlalu dikultuskan, semuanya harus mendapatkan perhatian kalau parameternya, berjuang untuk bangsa, negara dan kaum wanita.

Bagaimana spirit yang diperjuangkan R. A. Kartini dan kawan-kawan di zaman ini tentu porsinya juga sangat berbeda lagi gaungnya. Sebagai negara bermartabat, nusantara ini lebih memperjuangkan kaum wanita dari penindasan dalam bentuk lain. Jangan lagi terdengar kaum hawa mendapat perlakuan kasar oleh majikan, pembelaan yang tak optimal ketika ada kaum migran di luar negeri menghadapi masalah.

Baik dari dalam negeri maupun mancanegaran pihak yang perduli kaum hawa tak kuasa menghadapi cengkeraman kaum yang berdalih saling lempar tanggungjawab. Dari kacamata budaya termasuk senirupa ada cara perupa menafsirkan perjuangan R.A. Kartini tersebut.

Pelukis Wanita di tanah air seperti Emiria Sunassa, Lucia Hartini, Maria Tjui, Titis Djabarudin dan Erica Hestu punya gaya unik berjuang lewat kuas dan kanvas. Cukup banyak pula pelukis pria mengabadikan sosok R.A. Kartini terutama potretnya ditambah efek lainnya. Ada lukisan cat air, cat minyak, sketsa, sampai ke pernak-pernik kerajinan, sampul buku, poster dan perangko tak luput dari kreativitas perupa.

Beragam perwujudan visual sosok R.A. Kartini ini yang tercipta berkat tangan-tangan terampil tersebut. Ada yang mengolahnya dari gambar asli (hitam putih). Ada yang memang menangkap kesan potret separuh badan, hingga lengkap dengan atribut pakaian kebaya, gaya rambut bersanggul sampai dengan R. A. Kartini dalam ikon tertentu.

Ikon yang dimaksud adalah tampilan gestur R. A. Kartini bisa muncul dalam ilustrasi sampul buku, busana muslim, patung dan sebagainya. Tak lain hanyalah wujud keperdulian seniman dan perupa, memberikan penghormatan dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Seniman dan perupa banyak mendapatkan inspirasi dari perjuangan R. A. Kartini dengan teknik beragam dan  layak diapresiasi.

Dari beberapa lukisan menampilkan mimik wajah, melalui senyuman dan juga melambangkan seorang perempuan Indonesia, R. A. Kartini sangat pantas tak dilupakan atas jasanya. Saat ini ada seniman lukis wanita, namun banyak juga yang tak mau menyinggung sosok R. A. Kartini sebagai objek lukisaannya.

Seniman wanita haruslah peka dan meneruskan cita-cita luhur R. A. Kartini entah itu lewat ilustrasi, grafis, patung, dan sebagainya. Senirupa, media yang dapat menebarkan hal, selama ini beku menjadi cair terutama spirit dan patriotisme tanpa pamrih.

Menyikapi fenomena bulan April yang identik dengan harinya kaum wanita yang terlepas dari belenggu primordialisme, maka tulisan ini sengaja menghadirkan beberapa ikon R. A. Kartini dalam guratan kuas, pena dan sebagainya. Potret wajah dengan atribut kebaya dan senyuman yang lirih banyak mempengaruhi perupa untuk melukiskan itu pada kanvas.

Potret wajah R. A. Kartini, mempertegas kewibawaan sekaligus sosok yang tak mudah dilupakan. Sorotan mata R. A. Kartini, begitu tajam menyiratkan tentang rasa optimis terhadap kaumnya akan terbebas dari ketidakadilan sosial. Kelemahan kaum wanita bukanlah suatu sasaran amarah kaum pria, sehingga bisa semena-mena berbuat.

Seringkali terdengar ada berita tentang kekerasan rumah tangga, seksual dan kejam terhadap anak masih kecil. Belum lagi masalah kaum imigran yang bertarung nasib di luar negeri sering diperlakukan kasar oleh majikannya. Nasib malang terlalu sering menerpa, bahkan pulang dengan fisik yang meradang, uangpun jadi melayang.

Nasib Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri umumnya pembantu rumah tangga. Bukan ahli pula, sehingga kualitas paling rendah alias minim keahliaan. Kembali kisah tentang R. A. Kartini dalam lukisan banyak juga perupa memunculkan ide-ide baru. Misalnya tentang kasih sayang ibu pada anaknya, tentang kiprah wanita di perpolitikan, di bidang dakwah, jurnalistik perang.

Semua tugas itu dahulu diemban kaum pria sedikit demi sedikit di era moderen sudah banyak diambil alih kaum hawa, misalnya jadi aparat negara (TNI dan Polri) dan pilot pesawat tempur. Jadilah kaum hawa yang berjiwa menyejukkan, tapi siap bergelut di tengah gelombang persaingan yang ketat, saat ini bukan sebaliknya.

Semangat perjuangan R. A. Kartini dan kawan-kawan semoga abadi selalu, dikenang setiap momennya. Gambar adalah salah satu bentuk perjuangan tersirat dari sepak terjang kaum hawa di sini, terutama di kawasan yang belum begitu kuat soal komitmennya. Multitafsir visual hanyalah sebuah penanda zaman yang terus berdenyut dengan arus globalisasinya.

()

Baca Juga

Rekomendasi