Dipimpin YM Tulku Lobsang Gudho Nima Rinpoche VI

Peringatan Waisak Bernuansa Tibet Tantrayana

Medan, (Analisa). Yayasan Arya Tara Buddhist Centre Indonesia akan memperingati Hari Tri Suci Waisak 2569 BE. Acara Grand Puja Waisak dipimpin YM Tulku Lobsang Gudho Nima Rinpoche VI digelar di Lt.1 Ballroom Rest Grand Ocean Kompleks Cemara Asri, Medan, Sabtu (23/5). 

“Grand Puja Waisak kali ini bernuansa Tibe aliran Tantrayana tradisi Gelugpa,” sebut Ketua Panitia Elly Yang (Yang Ai Lie) didampingi Ketua Yayasan Arya Tara Buddhist Centre Indonesia Winardy di Medan, Selasa (19/5). Turut hadir dalam siaran pers YM Tulku Lobsang Gudho Nima Rinpoche VI.

Elly Yang menjelaskan, acara dimulai pukul 15.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Rangkaian acara usai pembukaan diisi dengan wejangan dhamma, puja dan persembahan pelita, ritual pemandian Buddharupang dan pemberkahan. Terakhir dilanjutkan dengan pelimpahan jasa dan pelepasan bendera doa.

“Grand Puja Waisak yang diselenggarakan ini lebih fokus untuk ritual peribadatan. Khususnya dalam nuansa Tibet aliran Tantrayana,” sebutnya.

Dia menjelaskan, dalam Buddhisme Tantrayana, stupa merupakan bangunan religius terpenting, berfungsi untuk menyimpan objek-objek tertentu yang berkaitan dengan orang suci. Sang Buddha menganggap Stupa adalah objek religius yang merupakan Tubuh Dharmanya (Dharmakaya).

Sang Buddha juga mengatakan bahwa Arahat, Bodhisatva & Tathagatha patut didirikan stupa. Siapapun yang melakukan hal ini dan memahami, akan mendapatkan kemajuan dalam bathin dan menghimpun berlimpah-limpah akar kebajikan.

Untuk persembahan pelita, lanjutnya, mengingatkan pada pancaran cahaya kebijaksanaan dan menghalau kegelapan jalan ketidaktahuan menuju pencerahan batin. Para peserta puja dapat memberikan persembahan pelita bunga teratai serta manfaat souvenir aksesoris Buddhist Tibet.

Peristiwa Indah

Kemudian, pemandian Buddha Rupang, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peringatan Tri Suci Waisak akan kelahiran Buddha. Umat mengenal peristiwa indah ini dengan memvisualisasikan dengan upacara pemandian Rupang Bodhisatva.

Selanjutnya, makna bendera doa. Bagi orang Tibet, pemasangan bendera doa yang di atasnya terdapat tulisan paritta mantra Tibet akan menyebarkan pengharapan-pengharapan baik melalui paritta mantra yang ditiup angin, dapat menolak bahaya dan membawa keberuntungan.

Di hari yang berbahagia ini nanti, sebutnya, setelah prosesi ritual, umat dapat mengabadikan kenangan indah berfoto bersama keluarga dengan memakai pakaian Tibet, di depan Istana Polata, tempat yang dikunjungi jutaan wisata setiap tahun di Kota Lhasa, Tibet. “Kita mengundang umat untuk hadir di acara ini,” sebut Elly Yang.

YM Tulku Lobsang Gudho Nima Rinpoche VI dilahirkan di Tibet tahun 1971. Ketika berusia 16 tahun, diangkat oleh YM Dalai Lama 14 untuk menjadi Kepala Vihara Gathem Chun Phe Lang di Tibet. Beliau merupakan reinkarnasi dari Nek Rem Pha yang juga merupakan seorang Rinpoche pada masa sebelumnya. Saat ini, beliau adalah seorang Rinpoche yang telah bereinkarnasi keenam kalinya.

Selanjutnya, pada usia 23 tahun, Nima Rinpoche menetap di India dan dipercaya memimpin Ganden Shartse Sokpa Monastery. Setelah itu, beliau melakukan perjalanan ke Asia Tenggara antara lain Singapura, Malaysia dan Indonesia untuk berbagi Dharma berdasarkan tradisi Gelugpa. (nai)

()

Baca Juga

Rekomendasi