Medan, (Analisa). Kontroversi tentang keberadaan makam Sisingamangaraja kembali mengemuka. Ada yang menyebut lokasinya di Tarutung, ada yang mengatakan di Balige, yang lain menyebut bukan di kedua-duanya, tetapi masih misterius.
Kontroversi itu terungkap dalam seminar yang digelar Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Unimed, tempo hari di FIS. Prodi Sejarah menyeminarkan kajian ilmiah “Kontroversi Makam Sisingamangaraja XII” dengan menghadirkan ahli sejarah Treboy Nababan dan Dewan Pengurus Provinsi HPK Sumatera Utara Togi Marudut Sirait.
Sejarawan Sumut Treboy Nababan menyebut, sesuai dengan hasil penelitiannya makam Sisingamangaraja XII ada di daerah Sionomhudon, di Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hasundutan. “Berdasarkan data dan informasi yang saya peroleh, serta keyakinan masyarakat di Sionomhudon, makam Sisingamangaraja XII ada di daerah tersebut dan tidak pernah dipindahkan ke daerah lain,” ujarnya. Sejak gugurnya Sisingamangaraja XII, 17 Juni 1907 hingga kini jasadnya dimakamkan di Sionomhudon. Lebih jauh Terboy menyebut, literatur yang ditulis W. B Sijabat dan O. L Napitupulu dan juga sejumlah penulis tidak juga ada yang membahas tentang Sionomhudon sebagai lokasi kubur Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII.
Berbeda pendapat dengan Terboy, sejarawan lain yakni Togi Marudut Sirait kukuh menyebut Sisingamangaraja XII gugur pada pertempuran melawan tentara kolonial Belanda di Pancoran Dairi, 17 Juni 1953. Dan Jenazahnya dikuburkan di Tarutung oleh Penguasa Belanda. Jenazah tersebut kemudian disemayamkan oleh Pemerintah Republik Indonesia secara Nasional dan secara adat di pemakaman yang dibangun khusus di Soposurung, Balige.
Pendapat berbeda juga dilontarkan Dada Meuraxa yang menyebut makam Sisingamangaraja bukan di Tarutung ataupun di Soposurung. Yang dikubur di Tarutung maupun Soposurung itu, kata Meuraxa, bukanlah jenazah Sisingamangaraja XII. “ Menurut saya, Sisingamangaraja XII adalah Raja Batak dan Pahlawan Nasional. Tapi, tidak ada yang mengetahui secara pasti bahwa beliau telah gugur, apalagi mengetahui makamnya dimana. Bagi Bangso Batak Raja Sisingamangaraja XII tetap hidup,” ucapnya.
Hadir dalam kegiatan ini yakni Dekan FIS Dr. Restu, MS, Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Dra. Flores Tanjung, MA, para dosen sejarah, undangan dan ratusan mahasiswa. Seminar ini. Menurut Restu, penting karena di sini dikaji kontroversi sejarah. “Ini kewajiban kita sebagai insan akademik, harus peduli dan mau meneliti sesuatu hal yang masih kontroversi dalam masyarakat, secara ilmiah, seperti dimana makam Sisingamangaraja XII sebenarnya berada,” katanya.
Melihat tingginya tensi perdebatan dalam seminar tersebut, Flores Tanjung mengatakan, pihaknya dari Jurusan Pendidikan Sejarah FIS Unimed akan mengkaji lebih dalam sejarah nasional dan Sumatera Utara, agar secara ilmiah bisa memberikan sumbangsih terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. “Kami juga akan bekerja sama dengan semua elemen masyarakat yang peduli terhadap bidang sejarah, sehingga kajian kami dapat lebih menguatkan hasil temuan-temuan terbarukan,” pungkasnya. (dgh)