Menggali Filosofi dari Akar

Oleh: Dedy Hutajulu

ADA banyak pelukis, ada banyak konsep. Dan konsep berkarya itulah yang membedakan setiap pelukis. Konsep itu menggiring sipekarya menuju satu spesialisasi yang menjadikannya unik dan mudah dikenali.

Sepasti Punia Octorito Simatupang, wanita kelahiran 30 september 1993 ini menggandrungi akar, bagian tanaman yang tersembunyi. Meski kadang kala, ada juga akar yang mencuat ke permukaan bahkan sebagian menjumbai. Tetapi umumnya, akar terkubur di perut bumi.

Bagian yang tersembunyi ini, kerap tak mendapat perhatian dari insan, padahal akar adalah jangkar untuk menyokong dan memperkokoh tegaknya tanaman. Keindahannya kerap luput dari bola mata manusia. "Karena fungsinya itu, saya akhirnya memilih akar sebagai tema dalam lukisan-lukisan saya," ucap gadis kelahiran Kabanjahe Karo ini.

Mahasiswa Jurusan Seni Rupa Unimed, angkatan 2011, studi khusus desain grafis ini adalah pecinta tumbuhan, dan tergila-gila pada akar. Ia berkeinginan untuk menunjukkan sisi estetika akar kepada banyak orang. Berharap, karya-karyanya mampu 'mencuri' perhatian para pengunjung pameran, sehingga makin banyak orang yang mencintai akar, mencintai tanaman, mencintai lingkungan.

"Saya ingin setiap orang yang melihat lukisan saya dapat merasakan bahwa akar juga punya keindahan tersembunyi yang tak kita sadari. Bahkan, akar simbol kekokohan dan keteguhan hati," ungkap putri pasangan Puluan Simatupang dan Murni Sigiro itu.

Meski masih sangat muda, di awal memulai berkarya, tetapi Punia sudah menemukan spesifikasinya, alirannya. Mahasiswa Unimed ini bertekad akan mengekslporasi lebih jauh tentang akar terlebih lagi memperkaya lukisannya dengan imajinasi. Ia mengatakan, kudu melukis akar untuk memprovokasi orang agar sayang lingkungan sehingga mampu mencegah terjadinya tanah longsor atau banjir bandang.

Pola hidup manusia yang merusak alam sesungguhnya, kata dia, adalah mematikan ratusan bahkan ribuan akar tanaman. Akar sebagai 'tentakel' yang menyerap unsur hara bagi makanan tumbuhan, tetapi kalau tanah dirusak, akar tersakiti. Maka upaya menjaga alam sesungguhnya adalah merawat eksistensi akar. "Sebab akar akan memberi lebih banyak dari yang tak kita harapkan. Akar mencuatkan filosofi: ketetapan hati," pungkasnya.

()

Baca Juga

Rekomendasi