Oleh: Jekson Pardomuan
“Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku!” 1 Korintus 4 : 16
Menjadi teladan adalah dambaan semua orang, orangtua pun mengharapkan dirinya menjadi teladan bagi anak-anaknya. Bagaimana dengan kita, apakah kita sudah menjadi teladan yang baik menurut kehendak Tuhan ? Apakah kita telah berperilaku yang baik dihadapan Tuhan ? Apakah figur seorang Bapak yang rajin membangunkan anaknya dan menyuruhnya setiap hari Minggu untuk pergi ke gereja dan mengikuti ibadah sekolah minggu, sementara dirinya sendiri tidak pernah beribadah bisa menjadi teladan bagi anaknya ?
Si anak mungkin akan menuruti perkataan orangtuanya, tapi disatu sisi ia akan bertanya. Kenapa ayahku begitu bersemangat membangunkan aku setiap hari Minggu pagi dan menyuruhku pergi ke gereja sementara Bapakku tak pernah pergi ke gereja. Orangtuanya hanya terlihat di gereja pada saat perayaan Natal dan perayaan Paskah. Selebihnya entah pergi kemana dan berada dimana.
Paulus selalu manasihatkan Titus, anak rohaninya yang sedang melayani di Kreta. Titus dinasihatkan agar menjadi seorang yang dapat diteladani. Ia harus lebih dulu melakukan apa yang baik ketika menasihatkan orang untuk menguasai diri dalam segala hal. Titus diharapkan untuk setia memberitakan firman dengan benar dan juga dapat menghidupi apa yang diajarkannya, sebab pemberitaan yang keliru dan kesaksian yang buruk dari umat Tuhan akan memberi celah bagi orang untuk tidak menghormati Tuhan. Sebaliknya, teladan yang diberikan dengan penuh kerendahan hati membuat lawan tak bisa mencela dan Tuhan dipermuliakan.
Apakah ucapan dan tindakan kita hari ini sudah selaras dan sesuai dengan firman Tuhan ? Adakah hal-hal yang perlu kita perbaiki agar pelayanan kita tidak terhalang? Dalam keterbatasan kita, menjadi teladan pasti melibatkan banyak aspek hidup pribadi yang perlu dikoreksi. Namun, jika hal itu akan membuat Tuhan makin dihormati orang, bukankah kita akan bersukacita melakukannya?
Dalam Filipi 3:17 dituliskan “Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.”
Sewaktu masih anak-anak, guru kita di kelas selalu mengajarkan topic tentang keteladanan. Apabila di dalam kelas ada seorang siswa yang sangat rajin, sopan, tidak pernah membuat keributan maka siswa tersebut akan dinobatkan sebagai siswa teladan. Siswa teladan akan menjadi contoh bagi siswa lainnya untuk lebih baik lagi dikemudian hari agar kelak bisa menjadi teladan juga.
Proses belajar lewat meneladani bukan sesuatu yang baru, tetapi jarang dipraktekan dalam kehidupan nyata. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya orang-orang yang menjadi figur teladan yang bukan hanya pandai menjelaskan tetapi juga melakukan apa yang dijelaskannya. Menjadi teladan ada beberapa indicator yang harus dipenuhi, bagi kita anak-anak Tuhan yang setiap hari bertemu dengan banyak orang, hendaklah kita menjadi teladan bagi semua orang. Teladan dalam banyak hal termasuk dalam pekerjaan, bermasyarakat dan mendidik anak-anak agar tetap di jalan Tuhan.
Yesus pernah berkata, “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yohanes 13:15). Juga dalam 1 Yohanes 2:6 dimana kita harus hidup sama seperti Kristus hidup, atau dalam Efesus 4:13 dimana kita semua harus bertumbuh sampai menjadi serupa dengan Kristus.
Apakah kita bisa menjadi seperti Yesus ? Bagaimana kita tahu apa yang diperbuat Yesus saat menghadapi masalah seperti halnya kita menghadapi banyak masalah dimuka bumi ini ? Kita tidak melihat Yesus tetapi kita hanya membaca tulisan dan pengajaran Yesus yang ada didalam Alkitab. Bagaimana kita bisa menjadi seperti Kristus jika kita tidak melihat teladan hidup yang memberikan pengajaran kepada kita seperti yang dikatakan oleh Paulus.
Untuk menjadi teladan, ada banyak persepsi yang salah dilakukan orang dalam kehidupannya. Ada yang beranggapan untuk menjadi teladan itu diukur dari kekayaannya, gelar yang didapat dan seberapa besar pengaruhnya terhadap masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
Cara pandang yang salah ini sering mengaburkan kita dan menjadikan kita lupa bahwa Tuhan tidak pernah melekatkan predikat teladan harus menjadi orang kaya terlebih dahulu atau memiliki gelar yang panjang. Persepsi yang salah ini sering menjadikan manusia lupa diri dan membohongi diri sendiri. Terlebih lagi adalah membohongi Tuhan. Baru-baru ini pihak aparat kepolisian berhasil membongkar pembuatan ijazah palsu. Apakah kita mau hidup dilingkupi dengan kepalsuan ?
Dalam 1 Timotius 4 : 12 dituliskan “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”
Menjadi teladan pun ternyata bukan harus berumur tua dulu, sejak kita lahir, masuk dalam ketegori anak-anak dan meningkat terus hingga menjadi dewasa, kita harus tetap berperilaku yang baik dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita harus menjadi teladan bagi diri kita sendiri, kemudian dengan sendirinya kita akan menjadi teladan bagi sesama. Amin.