Berani Investasi Besar Demi Ramah Lingkungan

Oleh: Amirul Khair

INDUSTRI kelapa sawit yang “booming” di Indonesia menjadikan negeri ini negara penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia. Seiring dengan prestasi itu, perkembangan industri kelapa sawit juga mengalami hantaman luar biasa dari pihak-pihak yang ‘memprovokasi’ bahwa sektor ini telah mencederai lingkungan sehingga alam pun menjadi kurang bersahabat dengan manusia.

Rusaknya lingkungan, menipisnya ozon karena efek rumah kaca bahkan sampai ancaman pemanasan global disebabkan industri kelapa sawit sebagai penyumbang terbesar kerusakan alam khususnya di Indonesia. Industri kelapa sawit pun menjadi “kambing hitam” sebagai perusak lingkungan.

Benar atau tidak ‘provokasi’ yang ditujukan kepada sektor industri kelapa sawit itu, setidaknya terpatahkan dengan adanya sisi positif terkait pengelolaan limbah kelapa sawit yang dipelopori Asian Agri Group melalui unit bisnis perusahaannya dengan gebrakan kuantum: membangun Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTB).

Tidak tanggung-tanggung, PLTB yang dibangun langsung 5 unit. Diperkirakan akhir Mei 2015 mendatang sudah diresmikan dan dua di antaranya sudah diluncurkan yakni, PLTB Taman Raja di Desa Lubukbernai, Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi dan PLTB PT Saudara Sejati Luhur (SSL) di lokasi Pabrik Gunung Melayu Satu (PGS) Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Asahan.

Sedangkan 3 lainnya yang bakal diluncurkan yakni, PLTB Negeri Lama Dua, di Desa Sidomulyo, Kecamatan Bilah Hilir, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara, PLTB Ukui Satu, Desa Air Hitam, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau dan PLTB Buatan Satu, Desa Bukit Agung, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan juga berada di Riau.

“Diperkirakan akhir Mei ini, semua sudah diresmikan. Kita tinggal finishing saja” jelas Deputy Head Mill Asian Agri Edward Silalahi usai peresmian PLTB PT SSL di lokasi PSG Satu, Desa Batu Anam Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan, Sumut baru-baru ini.

‘Buang’ Besar

Menurutnya, konsep pembangunan PLTB yang dilakukan Asian Agri Group melalui unit bisnis perusahaannya merupakan investasi besar dan berani ‘buang’ besar demi membangun peradaban ramah lingkungan yang juga bernilai ekonomis.

Dia mengungkapkan fakta, bahwa untuk membangun satu unit PLTB yang mampu menghasilkan tenaga listrik mencapai 2 MW atau setara dengan 2 juta watt, Asian Agri mengeluarkan biaya luar biasa besarnya mencapai Rp55 miliar atau hampir separuh dari biaya membangun Pabrik Kelapa Sawit (PKS), berkisar Rp120 juta.

Itu artinya, dari 5 PLTB yang sudah dibangun, Asian Agri sudah menggelontorkan dana sekira Rp275 miliar ditambah 3 PLTB serupa yang bakal dibangun lagi dan direncanakan selesai akhir 2015. Artinya, Asian Agri kembali ‘membuang’ dana segar senilai Rp 165 miliar untuk inevstasi membangun peradaban ramah lingkungan. Total investasi dari 8 PLTB yang dibangun Asian Agri senilai Rp340 miliar. Sebuah angka fantastis!

Lebih lanjut Edward merinci, membangun PLTB, butuh waktu 8 tahun untuk mengembalikan modal yang sudah diinvestasikan. Sedangkan membangun PKS, hanya butuh waktu sekira 4 tahun sudah mampu mengembalikan modal yang diinvestasikan.

Fakta ini tentu bakal menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan sejenis untuk membangun komitmennya dalam menyelamatkan bumi dari rongrongan pencemaran lingkungan baik udara maupun air agar manusia Indonesia bisa hidup layak dan sehat.

Ramah Lingkungan

Besarnya dana yang diinvestasikan Asian Agri dalam membangun 8 PLTB yang tersebar di Sumatera Utara, Riau dan Jambi, agaknya tidak menjadi kendala dan sebuah komitmen besar dari uaya menyelamatkan lingkungan Indonesia yang kini sudah ‘kritis’ akibat ulah oknum pencari keuntungan pribadi namun melupakan berkah yang diambilnya dari alam ini.

Sebelumnya terang Edward, limbah cair yang dihasilkan dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) milik Asian Agri Group dijadikan pupuk dan menghasilkan gas efek rumah kaca di atmosfer. Sinar matahari yang masuk 10 contohnya, keluar 8 namun 2 tinggal di bumi. Tapi karena ada gas dari limbah, yang masuk ke atmosfer 10 ditahannya 6 dan 4 tinggal di bumi sehingga bumi semakin panas.

Dengan konsep dan komitmen mengolah limbah cair dari produksi PKS, Asian Agri berupaya mendukung bumi supaya jangan terlalu panas. Dan pilihan terhadap teknologi Jepang yang digunakan juga karena kemampuannya mencapai 25-30 persen lebih bisa mengurangi teknologi yang ada meski investasinya lebih besar.

“Pastinya, dengan ini Asian Agri berkomitmen untuk mendukung bumi supaya jangan terlalu panas seperti sekarang ini” tandasnya.

Keberadaan PLTB yang dimiliki Asian Agri Group juga bakal menjamin semua limbah cair yang dihasilkan PKS tidak akan ada yang terbuang dan merusak lingkungan. Sebab semua limbah cairnya akan diolah menjadi biogas sehingga tidak ada yang terbuang.

Bernilai Ekonomis

Tidak saja berkomitmen menjaga keramahan terhadap lingkungan agar tetap hijau, pembangunan PLTB juga bernilai ekonomis. Setiap PLTB akan menghasilkan energi listrik sebanyak 2 MW atau setara 2 juta watt yang bila diasumsikan setiap rumah tangga menggunakannya 900 watt, maka akan mampu mengaliri 2 ribu rumah.

“Tapi tidak semua kita jual, akan kita pakai sendiri sekitar 1 MW. 1 MW lagi akan kita jual ke PT PLN. Itu kalau mereka mau. Kebutuhan kemarin dihitung sekira 50 persen. Sementara masih menggunakan hitungan PLN untuk Rp 1.275 per kw” jelasnya.

Bupati Asahan Drs Taufan Gama Simatupang MAP usai meresmikan PLTB milik Asian Agri di Pabrik Gunung Melayu Satu (PGS) melalui unit usaha perusahaannya baru-baru ini mengakui potensi biogas itu sangat memungkinkan untuk dibeli dan selanjutnya dialirkan untuk masyarakat sekitar.

Keseriusannya terhadap energi biogas itu juga diwujudkan dengan memerintahkan Kepala Dinas Pengendalian Sumber Daya Air (PSDA) Kabupaten Asahan Ir Robinsong Situmorang untuk mengkaji secara jeli dan teliti kemungkinan membeli tenaga listrik itu melalui pendirian BUMD.

Pasalnya, sekira 7 ribu rumahtangga di Asahan sampai kini belum dialiri listrik dikarenakan kekurangan daya sehingga tenaga biogas yang diprakarsai Asian Agri bisa diikuti perusahaan kelapa sawit lainnya. Semakin banyak perusahaan sejenis yang membangun PLTB, maka laju perekonomian di Asahan juga bakal melaju dengan cepat.

()

Baca Juga

Rekomendasi