Oleh: Jekson Pardomuan.
Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. – Efesus 5 : 18 – 20.
Kalau orangtua kita menceritakan keberadaan kita kepada orang lain, maka orang tersebut akan menilai kita secara langsung dan melihat sikap serta perilaku kita secara langsung juga. Maka dia akan berkomentar, apakah kita termasuk orang yang rendah hati atau tinggi hati. Biasanya, orangtua akan memberikan penilaian kepada seseorang saat melihat keberadaannya, cara bicaranya atau sikap serta perilakunya.
Merendahkan hati adalah urusan yang paling sulit bagi sebagian besar manusia ciptaan Tuhan. Mungkin sebagian dari kita pernah merasa kesal atau kurang nyaman ketika bertemu dengan seseorang yang sangat tinggi hatinya, cara bicaranya berlebihan atau merasa paling tahu segala hal. Padahal, pekerjaannya hanya sebagai tukang sapu atau istilah kerennya cleaning service.
Ada orang yang merasa paling cantik dan ketika disapa jawabannya menyakitkan hati. Rendah hati adalah sikap tidak menempatkan diri sebagai orang yang lebih tinggi (secara status sosial, jabatan, intelektual, dan sebagainya) daripada orang lain, sedangkan rendah diri adalah perasaan bahwa diri sendiri kurang (dibandingkan orang lain). Dalam hubungan dengan sesama, kita harus bersikap rendah hati, tetapi tidak boleh bersikap rendah diri.
Dalam hubungan dengan Tuhan, kita bukan hanya harus bersikap rendah hati, tetapi kita juga harus menyadari bahwa diri kita memang hina di hadapan Tuhan. Tidak ada sesuatu pun di dalam diri kita yang bisa kita banggakan. Merasa rendah diri di hadapan Tuhan adalah perasaan yang wajar. Akan tetapi, perasaan hina itu harus digabungkan dengan perasaan berharga karena kita yang hina ini dikasihi oleh Tuhan. Bahkan orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus mendapat status baru yang amat berharga, yaitu status sebagai anak-anak Allah.
Di dalam Alkitab ada disampaikan beberapa hal terkait dengan rendah hati. Raja Daud misalnya, amat berbeda dengan Raja Saul.
Raja Saul adalah seorang yang rendah diri di hadapan orang lain. Salah satu buktinya adalah bahwa ia bersembunyi saat terpilih sebagai raja (1 Samuel 10:19-22).
Sayangnya, tindakan-tindakannya menunjukkan bahwa dia tidak cukup rendah hati untuk mengakui kesalahan yang dilakukannya (13:11-14). Bagi Raja Saul, yang paling penting adalah penghargaan orang lain terhadap dirinya (15:30).
Sikap Raja Saul ini amat berbeda dengan sikap Raja Daud yang rendah hati (khususnya terlihat dari sikapnya terhadap Raja Saul) dan yang bersedia merendahkan diri di hadapan Allah walaupun diolok-olok oleh istrinya sendiri (2 Samuel 6:5-22).
Tuhan menghendaki anak-anak-Nya merendahkan diri, terutama di hadapan Tuhan. Bukan untuk kepentingan Tuhan, melainkan untuk kepentingan dan kebahagiaan kita sendiri.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan yang terjadi dewasa ini, jika kita mengandalkan akal dan kepintaran kita sendiri, kita tidak akan mampu. Apalagi dalam hal melakukan apa yang baik bagi sesama.
Di dalam hidup ini, kita manghadapi berbagai macam pilihan dan pilihan tersebut sangat menentukan perjalanan hidup kita dikemudian hari. Tetapi selaku anak-anak Tuhan janganlah kita melakukan apa yang baik dengan mengharap-kan imbalan, itu merupakan tindakan yang tidak dikehendaki Allah.
Sikap mengharapkan imbalan ini yang akhirnya menjadi bibit suburnya tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme. Ada orang yang mau membantu seseorang untuk masuk kerja ke salah satu perusahaan dengan iming-iming setelah masuk kerja harus menyetor sekian rupiah. Iming-iming seperti ini akan menyuburkan tindakan dan sikap selalu mengharapkan balasan saat melakukan sesuatu kepada orang lain.
Firman Tuhan berkata, "Rendahkanlah dirimu dihadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu." (Yakobus 4:10). Firman Tuhan ini kiranya dapat menguatkan kita dan menjadikan kita mengerti pentingnya merendahkan diri terlebih di hadapan Tuhan. Banyak orang merasa gengsi untuk merendahkan diri kepada Tuhan, sebab mereka takut dikira rendah diri. Memang merasa rendah diri terhadap manusia menghambat kemajuan dalam segala bidang. Tapi merendahkan diri terhadap Tuhan mendatangkan kemenangan.
Karena di luar penyertaan Allah, kita tak sanggup melakukan sesuatu apapun. Kita harus sadar tak setitik kekuatan kita mampu mempertahankan nyawa sendiri. Daud mengakui hal ini dan dia berkata: "Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku." (Mazmur 138:7).
Daud sebagai raja yang terkenal tak pernah mengaku diri sanggup mempertahankan nyawanya sendiri terhadap keganasan musuh dan maut. Hati Daud begitu lembut dan rendah kepada Tuhan.
Dia tak pernah mengeraskan hati terhadap Tuhan, dan tak pernah menyalahkan orang lain. Bila terjadi sesuatu dalam hidupnya, ia selalu membuka hati kepada Tuhan. Daud memperkenankan Roh Kudus menyelidiki hatinya.
Sekalipun dia melawan dan membenci orang-orang yang memberontak kepada Tuhan, tapi dia selalu kembali menyelidiki dirinya apakah di balik kebenciannya itu terselip motivasi yang tak murni. Dia kuatir kalau-kalau tindakannya itu semata-mata demi keuntungan diri sendiri dan bukan karena benar-benar membela Tuhan.
Oleh karena itu dia berkata: "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (Mazmur 139:23-24).
Bagi anak-anak Tuhan yang bisa merendahkan diri di hadirat Tuhan akan selalu mengakui bahwa keberhasilan hidupnya, keberhasilan pelayanannya, semuanya semata-mata karena anugerah Tuhan, dan tidak akan pernah berkata "kalau bukan karena aku." Oleh karena itu, setiap kita harus selalu waspada, sebab sering terjadi bahwa seseorang menjadi sombong dan tinggi hati secara tidak sadar.
Kita harus menyadari bahwa nafas kehidupan kita hari ini adalah berkat dan kemurahan dari Tuhan. Kita bisa beraktivitas dan melakukan segala sesuatu menurut kehendak Tuhan bukan karena kekuatan kita sendiri, tapi itu semua adalah berkat dan seijin Tuhan. Semoga apa yang kita lakukan sepanjang hari ini dapat kita syukuri kepada Tuhan.
Amin.