Perbaungan, (Analisa). Sejak puluhan tahun diproduksi, keberadaan Dodol Bengkel yang kini terpusat pemasarannya di kawasan jajanan kuliner Desa Pasar Bengkel, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdangbedagai (Sergai), bakal terancam pascaoperasional Jalan Tol Kualanamu-Tebingtinggi yang diprediksi selesai tahun 2017.
“Pasti terancam. Kita tidak katakan mati, tapi pasti menurun,” kata Ketua Umum Sentra Informasi Masyarakat dan Petani (Simpati) Sergai Safrul Hayadi SH menyikapi kondisi itu kepada Analisa, Minggu (7/6) saat mengunjungi kawasan kuliner Pasar Bengkel.
Dengan beroperasinya Jalan Tol Kualanamu-Tebingtinggi yang lajurnya tidak melintasi kawasan kuliner Pasar Bengkel, dipastikan tingkat pembeli akan menurun karena selama ini pengusaha Dodol Bengkel kawasan itu mayoritas mengandalkan pembeli dari penumpang angkutan yang melintas.
Mantan anggota DPRD Sergai ini memastikan, imbas bakal beroperasinya Jalan Kualanamu-Tebingtinggi akan mengancam pengusaha Dodol Bengkel bila sistem pemasarannya tidak berubah dan bertahan dengan pola lama yang mengharapkan orang datang.
Campur Tangan
Untuk menyikapi ancaman itu, campur tangan pemerintah mutlak dilakukan. Tidak bisa tidak, Pemkab Sergai punya tanggung jawab besar menyelamatkan pengusaha Dodol Bengkel yang sudah puluhan tahun menjadi salah satu ‘investor’ ekonomi di “Tanah Bertuah Negeri Beradat”.
Sebuah kebijakan tidak populis bila ancaman ini tidak disikapi Pemkab Sergai untuk campur tangan menyelamatkan Dodol Bengkel sebagai makanan khas Sergai yang pemasarannya sudah mencapai negeri jiran Malaysia.
“Tidak bisa tidak, pemerintah harus campur tangan. Campur tangan pemerintah menjadi ujung tombak untuk mengkoordinir agar Dodol Bengkel yang pemasarannya sudah sampai Pekanbaru bahkan Malaysia ini, tetap produktif” tegasnya.
Simpati terang Safrul, meminta dan mendesak Pemkab Sergai untuk segera turun dan campur tangan menyelamatkan keberadaan Dodol Bengkel dari ancaman pemasaran yang semakin kompetitif terlebih bila Jalan Tol Kualanamu-Tebingtinggi beroperasi.
“Ikon” Sergai
Lebih spesifik Safrul menilai, keberadaan Dodol Bengkel yang cita rasanya sangat berkualitas, sudah sangat layak dijadikan sebagai “Ikon” makanan khas Kabupaten Sergai. Kebijakan untuk menjadikan Dodol Bengkel sebagai “ikon” makanan khas Sergai ini juga salah satu solusi mengeluarkan ancaman terhadap pemasarannya ke depan.
“Saya menilai, Dodol Bengkel ini sangat layak dijadikan ikon makanan khas Sergai. Produksi dodol ini kan sudah puluhan tahun. Dibandingkan jenis makanan lain, Dodol Bengkel layak dijadikan ikon. Simpati mendorong agar Dodol Bengkel segera ditetapkan menjadi ikon makanan khas Sergai” tegas Safrul.
Guna mendorong agar Dodol Bengkel dijadikan sebagai “Ikon” makanan khas Sergai, dibutuhkan payung hukun peraturannya seperti Peraturan Daerah (Perda). Bila payung hukumnya sudah disahkan, konsekuensi promosi Dodol Bengkel akan memengaruhi pemasarannya.
Pengadaan payung hukum semisal Perda yang menetapkan Dodol Bengkel sebagai ‘Ikon’ makanan khas Sergai akan sangat membantu promosi pemasarannya karena bersifat mengikat. Contohnya, bila pejabat Pemkab Sergai atau anggota dewan melakukan kunjungan ke daerah lain, mereka harus membawa Dodol Bengkel untuk dipromosikan.
Kebijakan itu juga akan sangat memudahkan kepala daerah untuk menginstruksikan agar dalam setiap acara pemerintahan wajib salah satu jenis makanannya berisi Dodol Bengkel termasuk semua hotel dan rumah makan di Sergai juga wajib menyajikannya.
“Pemerintah kan bisa mengeluarkan kebijakan seperti itu. Setiap acara pemerintah harus ada dodolnya termasuk di hotel maupun rumah makan, atau juga super market yang ada di Sergai ini. Kalau ini diterapkan, pastilah Dodol Bengkel ini akan maju dan berkembang dan menjadikan Sergai ini lebih maju dan terkenal” terangnya.
Safrul berharap, siapa pun pemimpin Sergai ke depan, termasuk dirinya bila kelak jadi pemimpin harus punya keberpihakan mengeluarkan kebijakan ini sehingga kearifan lokal yang menjadi nilai-nilai luhur dan jati diri sebuah daerah, bisa tetap lestari dan bermanfaat untuk masyarakat.
Merosot
Sementara itu, salah satu pengusaha Dodol Bengkel H Zulifkar Lubis menuturkan, usaha dodol yang digelutinya sejak turun-temurun dari ayahnya saat ini dalam kondisi merosot karena sistem pemasaran yang selama ini dilakukannya mengalami kendala.
Persentase merosotnya pendapatan dari usaha dodol bahkan cukup tinggi mencapai sekira 70 persen dari selama ini. Padahal untuk kualitas maupun permodalan, dirinya tidak bermasalah namun terkendala dengan pemasarannya.
Dia mengakui, untuk pembinaan terhadap pengusaha Dodol Bengkel yang mencapai seratusan belum pernah dilakukan secara serius oleh Pemkab Sergai melalui dinas terkait. Padahal pembinaan sangat dibutuhkan mereka untuk bisa maju dan berkembang.
“Gak pernah ada binaan. Gak ada. Kalau ada binaan, ini kan bagus” ucapnya sembari menerangkan dodol rasa durian menjadi dodol paling diminati konsumen. (ak)