Saling Menghargai

Oleh: Jekson Pardomuan. “Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya.” – Maleakhi 3 : 18.

Menghargai sesama umat manusia dan mencintai per­bedaan adalah hal terindah dalam hidup kita. Hari-hari ini, saudara kita yang beragama Islam sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1436 H. Kita harus menghargainya dan menghormati keberadaan mereka yang sedang menjalankan ibadah puasa. Kita selaku anak Tuhan yang taat dan takut akan Tuhan, pasti akan menjauhi yang namanya menyakiti hati orang lain apalagi melakukan fitnah dan kata-kata yang menjelekkan orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengisi hari-hari yang diberikan Tuhan kepada kita. Kalau kita sedang bekerja, be­kerjalah dengan sepenuh hati. Kalau sedang me­nik­mati masa liburan, isilah liburan dengan kegiatan-ke­giatan bermanfaat. Bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Jangan melakukan sebuah pekerjaan yang tidak dikehendaki oleh Tuhan seperti terjun ke hal-hal negative yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Ber­doalah senantiasa agar Tuhan menjaga mulut dan perilaku kita jangan sampai mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan orang lain.

Dalam Yakobus 4: 11 dituliskan “Saudara-sau­daraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa mem­fitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau meng­hakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya.”

Kalimat yang mengatakan “fitnah lebih kejam dari pembunuhan” memang ada benarnya. Ketika seseorang difitnah dan orang yang mendengarkan kata-kata fitnah itu langsung percaya, maka hancurlah reputasi orang yang difitnah.  Fitnah lebih kejam dari pembunuhan adalah istilah yang hampir diketahui semua orang, baik tua atau muda, bahkan siapa saja. Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) akhir tahun ini, beberapa pemberitaan media sudah memunculkan kejelekan-kejelekan orang lain. Ada banyak kebohongan-kebohongan dan hal-hal yang dilebih-lebihkan hanya untuk menjatuhkan lawan politik. Berbagai upaya dilakukan oleh tim kampanye pasangan calon agar lawan politiknya dibenci oleh orang lain. Kita berharap, menjelang Pilkada kota Medan nanti, tidak ada perilaku seperti ini.

Alkitab mengingatkan kita agar setiap kali men­dengar kata-kata bohong, dusta, fitnah dan adu domba dari berbagai kalangan jangan langsung dimasukkan ke dalam hati. Cerna terlebih dahulu, kemudian amati dan pikirkan apakah ucapan itu benar atau hanya se­kadar untuk menjelekkan seseorang. Bukti fitnah lebih kejam dari pembunuhan, contohnya, andaikan sese­orang memfitnah Anda telah melakukan pembunuhan atau kejahatan lainnya, padahal Anda sama sekali tidak melakukan apa-apa. Bukankah itu mematikan karakter namanya ? Bukan hanya mematikan karakter. Kalau fit­nah ini sudah menyebar dan akhirnya berurusan de­ngan ranah hukum akan lebih rumit lagi per­ma­sa­la­hannya.

Bisa jadi, kalau posisi kita terjepit dan dipaksa untuk me­ngakui perbuatan yang sama sekali bukan kita pe­lakunya akan terasa sakit. Mungkin, dari antara kita ada yang pernah mengalami hal menyedihkan ini, di­mana Anda sendiri sesungguhnya tidak pernah me­lakukan hal itu tapi Anda dipaksa untuk mengakuinya.

Firman Tuhan dalam Imamat 19 : 16 “Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau me­ngancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN.”  Hanya orang-orang yang tidak taat dan tidak takut pada Tu­han yang mau menyebarkan kata fitnah atau men­ciptakan cerita fitnah. Ada banyak jenis fitnah yang di­lakukan orang hanya untuk mendapatkan keuntungan pri­badi, keuntungan kelompok atau keuntungan bagi orang yang dianggapnya bisa memberikan sesuatu ke­padanya. Apakah ada diantara kita yang menyukai fit­nah ? Tanpa sadar sesungguhnya kita juga pernah ber­kata fitnah atau menyebar fitnah hanya untuk membela diri atau menyelamatkan teman, pacar atau sahabat.

Lukas 6 : 27 – 29 menuliskan “Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah mu­suhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Ba­rangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.”

Firman Tuhan selalu mengingatkan kita agar saling menghargai dan menghormati serta tidak menyebar fitnah. Sebenarnya, ada banyak ayat di dalam Alkitab yang mengingatkan kita untuk selalu hidup benar di dalam Tuhan. Tak perlu terlalu berambisi untuk men­jadi pemimpin kalau pada akhirnya kita hanya jadi pemimpi yang tak pernah bisa mewujudkan mimpi kita menjadi pemimpin. Hal ini sulit diwujudkan karena kita tidak pernah berpengharapan kepada Tuhan dan me­nye­rahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Tuhan.

Saling menghargai adalah sikap yang sangat di­dam­bakan oleh semua kalangan. Jangan pernah membeda-bedakan atau mempersoalkan apa yang dilakukan orang lain. Jangan pernah menganggap diri kita paling be_nar. Di dalam Alkitab pun sesungguhnya kita dia­jarkan untuk berpuasa. Berpuasa untuk tidak me­lakukan hal-hal yang salah dimata Tuhan.

Berpuasa tidak hanya sekadar berpuasa makan dan minum, yang paling penting adalah berpuasa untuk tidak berbuat jahat, berpuasa untuk tidak melakukan hal-hal negatif yang tidak dikehendaki oleh Tuhan. Menghargai orang yang berpuasa juga adalah salah satu ajaran firman Tuhan agar kita tidak menebar kata-kata yang tidak baik dan membuat orang lain sakit hati kepada kita.

Mari saling menghargai dan menghormati. Hanya dengan cara itu kita akan hidup dengan tenang di dalam dunia ini, hidup rukun di lingkungan tempat tinggal kita. Mulailah menabur kebaikan dan menjauhi segala bentuk kejahatan yang merugikan orang lain terlebih-lebih merugikan diri sendiri. Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, dan buang jauh-jauh rasa curiga, cemburu atau ingin menang sendiri. Menabur kebaikan dan menolong orang lain yang membutuhkan akan mendatangkan kebaikan juga.

“Dengarlah firman TUHAN, hai kamu yang gentar kepada firman-Nya! Saudara-saudaramu, yang membenci kamu, yang mengucilkan kamu oleh karena kamu menghormati nama-Ku, telah berkata: "Baiklah TUHAN menyatakan kemuliaan-Nya, supaya kami melihat sukacitamu!" Tetapi mereka sendirilah yang mendapat malu.” Yesaya 66 : 5.

Menghargai orang yang sedang berpuasa adalah salah satu bukti bahwa kita mengasihi sesama. Sikap saling menghormati dan menghargai adalah cermin dari sikap kita yang terbuka dan tidak memaksakan kehendak pada orang lain. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

()

Baca Juga

Rekomendasi