Anakku, Ternyata Kau Sudah...!

Oleh: Azmi TS. Kelucuan Bocah diadopsi ke bidang kanvas  oleh Pratomo Su­geng ini kilas balik masa lalunya. Sulit dilupakan tentang kebahagiaan, keluarga harmonis dan dunia penuh kasih sayang. Secara realis lukisan ini menampilkan prilaku bocah dalam keceriaan yang merdeka.

ANAK-anak atau istilah la­innya bocah, punya daya ta­rik tersendiri buat pelukis. Dari balik kata itu, ada terselip se­penggal kisah. Dunia anak (bo­cah), kisah yang bisa ditelusuri lewat keluguan, kelucuan, ke­po­losan dan kenaifannya. Ki­sah lain tentang anak-anak ju­ga ada keceriaan dan rasa ke­ingintahuannya lebih sering dia lontarkan dengan gerakan tu­buh atau celotehan suaranya.

Tingkah laku anak memang sangat menggemaskan apabila kita melihat gerakan tubuhnya tertatih-tatih alias baru bisa ja­lan atau berdiri. Belum lagi apa­bila para ibu-ibu hamil ge­ram kalau melihat anak orang la­in bertubuh gendut, mata belok ditambah pipi bentuknya yang cabi (tembam). Jangan sampai ada hasrat mencabik-nya (cubit/sobek) bisa melang­gar HAM jadinya.

Menariknya lagi para anak-anak ini selalu merasa tak sen­dirian kalau sibuah hati ini su­dah lancar bicara aktif, pastilah perlu perhatian penuh. Masa anak yang berusia di bawah li­ma tahunan atau pra-sekolah inilah yang banyak tingkah la­ku­nya. Mereka pun dieksplo­ra­sikan oleh perupa Pratomo Su­geng (1946). Konsep (ide) lu­kisan tema anak terbilang bri­lian dan tentunya unik, se­cara visual maupun non-visu­al pasti yang ditawarkan sudah direncanakan.

Lukisannya banyak berce­ri­ta tentang kelucuan, juga ke­se­nangan para generasi emas bangsa ini. Beberapa lukisan la­innya juga berkisah tentang anak yang beranjak dewasa. Dalam tafsiran konsep lukisan tentang anak-anak, tersirat ma­sa-masa bahagianya sewaktu masih kecil. Seakan-akan lu­kisan ini adalah pengalaman pe­lukisnya masa lalu (tempo dulu).

Masa indah tak bisa dilupa­kan sekaligus tak mungkin ter­ulang, ketika orang sudah beranjak dewasa dan setelah­nya jadi tua. Kalau ditanyakan kepada orang yang sudah de­wa­sa, pastilah jawabannya ma­sa kanak-kanak adalah sulit dilupakan. Lukisan Pratomo Sugeng layak diapresiasi, ka­re­na dia berhasil memadukan teknik dengan latar cerita lewat lukisan bertema, anak dengan medium basah Acrylic ini.

Seandainya putaran waktu bisa dibalikkan ke kebelakang, rasanya mungkin ada orang de­wasa ingin kembali ke dunia itu lagi. Pelukis yang sangat kon­sisten memilih tema luki­san bocah, adalah Pratomo Sugeng. Dia tidak hanya pia­wai memilih posisi dan gestur, tapi juga makna di balik lukis­an itu. Unik lagi lukisannya tak hanya menawarkan tema ba­ru, tapi juga mengarahkan pe­nikmat memberikan penaf­sir­an baru lagi.

Terkadang dia melukiskan ge­rak anak-anak, wajah yang me­melas, terdapat pada lukis­an ‘Alvin Jongkok’ dan ‘Oh Segarr...’. Dia berhasil melu­kis­kan juga posisi anak ketika memakai busana orang dewa­sa. Tercermin jelas pada karya ‘Baju Kebesaran’ terlihat dua (kembar) bocah tersenyum lebar, sosok yang seolah-olah penasaran. Karya lukisan Pra­tomo Sugeng tak hanya me­nyu­guhkan teknik basah, tapi cerita gestur realita kehidupan anak.

Itulah kelucuan bocah yang begitu apik dan detail diung­kap­kan Pratomo Sugeng. Lu­ki­san dengan drafery (lekukan kain) sempurna seakan lukisan itu bernyawa. Berbagai bahan dan teknik yang diungkapkan pelukis tentang bocah terma­suk salah satu menambah ke­lengkapan tematik. Jarang pu­la pelukis realis memadukan dua medium berlawan basis  ba­sah dan kering dalam satu kanvas.

Walaupun tematik itu se­der­hana, tapi sanggup meng­gu­gah rasa empati dan simpati kita. Saat ini fenomena menja­di fakta kalau ada orang tua te­ga membiarkan anaknya ber­keliaran di jalanan. Anak-anak memang harus dalam lindung­an orang dewasa (orang tua). Jangan lagi ada anak merasa­kan, dia tak mendapatkan ka­sih sayang dan sosok yang di­dambakannya dari ayah dan ibu­nya.

Semua perkembangan mu­lai dari rahim ibu, hingga tum­buh besar, jangan sampai terlontar; Anakku... Ternya­ta... Kau Sudah...!  Semua in­san pastinya tau dan peduli bu­kan sebaliknya, tanggung­ja­wab yang dia­ma­nahkan Tu­han diabaikan (telantarkan). Kita su­dah siap dengan segala konsekuensi ke­lebihan dan ke­kurangan pada anak, karena se­­muanya datang dari sang Ma­ha Pencipta.

Semuanya terpulang kepa­da kearifan se­jauh mana bekal ilmu mendidik yang siap kita tu­­larkan kepada bakat dan po­tensi diri anak ten­tunya. Sesi­buk apapun luangkan waktu ter­sisa dari padatnya aktivitas kepada keluarga. Jangan sam­pai masa keemasan anak kita tercerabut dari akar kegembi­raan, keceriaan dan kenaifan­nya. Berbahagialah rasanya me­lihat dan menghantarkan anak kita menuju kesuksesan di dunia dan akhirat kelak.

()

Baca Juga

Rekomendasi