Oleh: Jekson Pardomuan.
“Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Matius 6 : 16 – 18).
Di dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kalimat berpuasa ada sekitar 55 ayat. Termasuk cerita tentang Musa berpuasa dan Yesus berpuasa selama 40 hari 40 malam lamanya. Selama Yesus berpuasa, iblis sangat ulet menggoda Yesus agar puasanya tidak penuh.
Bagaimana dengan kita umat Kristen ? Apakah kita juga harus berpuasa ? Seperti yang dilakukan saudara kita yang beragama Islam ? Kalau membaca ayat firman Tuhan di dalam Alkitab tentang berpuasa, Alkitab tidak memerintahkan orang-orang Kristen untuk berpuasa. Puasa bukanlah sesuatu yang dituntut atau diminta Allah dari orang-orang Kristen.
Pada saat yang sama, Alkitab memperkenalkan puasa sebagai sesuatu yang baik, berguna dan perlu dilakukan. Kitab Kisah Rasul mencatat tentang orang-orang percaya yang berpuasa sebelum mereka mengambil keputusan-keputusan penting (Kisah Rasul 13:4; 14:23). Doa dan puasa sering dihubungkan bersama (Lukas 2:37; 5:33). Terlalu sering fokus dari puasa adalah tidak makan.
Seharusnya tujuan dari puasa adalah melepaskan mata kita dari hal-hal duniawi dan berpusat pada Tuhan. Puasa adalah cara untuk mendemonstrasikan kepada Tuhan, dan kepada diri sendiri, bahwa Anda serius dalam hubungan Anda dengan Tuhan. Puasa menolong Anda untuk memperoleh perspektif baru dan memperbaharui ketergantungan pada Tuhan. Puasa juga sebagai salah satu sarana bagi kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Sekalipun di dalam Alkitab puasa selalu berhubungan dengan tidak makan, ada cara-cara lain untuk berpuasa. Apapun yang dapat Anda tinggalkan untuk sementara demi untuk memusatkan perhatian pada Tuhan dengan cara yang lebih baik dapat dianggap sebagai puasa (1 Korintus 7:1-5).
Puasa perlu dibatasi waktunya, khususnya puasa makanan. Tidak makan dan minum dalam jangka waktu yang panjang dapat merusak tubuh. Puasa bukan untuk menghukum tubuh Anda, tapi untuk memusatkan perhatian pada Tuhan. Puasa tidak boleh dianggap sebagai salah satu “metode diet.” Jangan berpuasa untuk menghilangkan berat badan, tapi untuk memperoleh persekutuan yang lebih dalam dengan Allah.
Siapa saja anak Tuhan atau umat Kristen di muka bumi ini bisa berpuasa. Ada orang-orang yang tidak bisa puasa makan (penderita diabetes misalnya), tapi setiap orang dapat untuk sementara meninggalkan sesuatu demi untuk memfokuskan diri pada Tuhan, yaitu dengan berpuasa. Berpuasa yang lebih sering diidentikkan dengan puasa makanan, sesungguhnya lebih dari itu.
Selama berpuasa, kita juga harus berpuasa dalam menjaga kata-kata, menjaga sikap dan menjaga perilaku kita sehari-hari. Kalau dalam bekerja, bekerjalah dengan sepenuh hati dan jadikan puasa sebagai sebuah tantangan untuk melakukan yang terbaik. Berpuasa juga menjaga mata dari hal-hal yang duniawi.
Dengan cara itu, kita dapat memusatkan diri pada Kristus dan bisa menjalin hubungan yang lebih baik dengan Kristus. Puasa bukanlah cara untuk membuat Tuhan melakukan apa yang kita inginkan. Puasa adalah sarana untuk mengubah kita, bukan Tuhan. Puasa bukanlah cara untuk kelihatan lebih rohani dibanding orang lain. Puasa harus dilakukan dalam kerendahan hati dan dengan penuh sukacita.
Matius 6:16-18 seperti telah dituliskan diawal renungan ini, mengingatkan kita supaya dalam berpuasa, jangan muram seperti orang munafik. Berpuasalah dengan niat yang tulus dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Lebih Dekat dengan Tuhan
Puasa memang tidak diharuskan atau diwajibkan. Lukas 5:33-35 mengisahkan ketika Yesus menjawab pertanyaan orang-orang Farisi tentang murid-murid-Nya yang tidak diajarkan berpuasa sebagaimana para murid Yohanes Pembaptis. Yesus menjawab: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” Jawaban Yesus ini memberi kesan bahwa puasa tidak wajib dilakukan, terutama ketika Ia masih bersama para murid.
Di beberapa gereja saat ini, ada anjuran untuk menjalankan puasa. Selain bermanfaat untuk kesehatan, dengan berpuasa kita akan lebih mengenal dan lebih bisa dalam menahan segala kehendak yang sesungguhnya sangat tidak disukai oleh Tuhan. Niat dan pelaksanaan puasa itu terserah pribadi masing-masing. Misalnya, bisa menentukan sendiri jangka waktunya, yakni 8 jam, 1 hari, 1 hari 1 malam, 3 hari, 7 hari, 40 hari, dan seterusnya. Jenis puasa juga beragam, seperti hanya makan sayur, tidak makan, tidak makan dan tidak minum, atau puasa kebiasaan jelek seperti misalnya tidak merokok dan tidak berjudi.
Dalam berpuasa, umat Kristen harus memperbanyak jam doa, pujian penyembahan dan baca Alkitab. Berpuasa membimbing kita untuk lebih intim dengan Tuhan, lebih dekat lagi dengan Tuhan lewat doa dan penyembahan. Ketika hari ini atau besok kita memutuskan untuk berpuasa, berpuasalah dengan sepenuh hati. Tak perlu orang lain tahu kalau kita sedang berpuasa. Jangan muram mukamu saat berpuasa, tetapi bersukacitalah dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Amin.