Rahasia Senyum

Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW. menyatakan, “Senyummu pada saudaramu merupakan sedekah.” (HR. Riwayat At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan al-Baihaqi). Luar biasa ajaran Islam. Ternyata beribadah tidak sulit dan tidak perlu mengeluarkan modal. Ada ibadah yang paling gampang dan dapat dilakukan oleh siapa pun. Dengan senyum manis yang tulus saja kepada sesama kita sudah memberikan sedekah kepadanya dan ini dihitung ibadah di sisi Allah.

Di sisi lain, senyum ternyata membuat seseorang awet muda. Banyak sudah penelitian ilmiah yang membuktikan keampuhan senyum ini. Sebuah survey menunjukkan bahwa orang yang jarang senyum dan hidup dalam tekanan, tidak kurang dari 32 otot wajahnya tertarik. Hal ini akan mengakibatkan munculnya garis-garis ketuaan. Sebaliknya, orang yang sering tersenyum terlihat tampil lebih muda dan segar. Orang yang suka tersenyum adalah orang yang easy going dalam hidupnya.

Dalam sebuah penelitian lain, para ahli di Wayne State University, Michigan, USA, mempelajari 230 foto pemain liga utama bisbol yang dicetak dalam Baseball Register pada tahun 1952. Dari foto-foto tersebut dibedakanlah foto orang-orang yang menyunggingkan senyum dengan foto orang yang serius. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang berfoto dengan senyuman lebih panjang umur dan lebih bahagia daripada orang yang berfoto dengan muka serius. Sebanyak 184 pemain yang sekarang sudah meninggal dunia masuk dalam kategori “tidak tersenyum”.

Memang ajal adalah masalah kekuasaan mutlak Allah. Namun demikian, kita bisa melihat bahwa cara menyikapi hidup sangat berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental seseorang. Orang yang menyikapinya dengan serius, terlalu bermuka ketat dan mahal senyum, biasanya mencerminkan kepribadian yang kaku, tertutup, tidak ramah dan cap-cap negatif lainnya. Di kampus, para mahasiswa sering memberi gelar kepada dosennya yang terkenal galak, kaku dan kurang ramah sebagai “Dosen Killer”.

Pada gilirannya, orang demikian sebenarnya hanya mempersempit ruang gerak pergaulannya. Ia tidak banyak memperoleh kawan, karena orang sudah takut duluan padanya. Ketika ada masalah yang harusnya bisa ia sampaikan kepada orang-orang yang layak dan dapat dipercayanya, ia tidak punya kawan untuk itu. Padahal, menyampaikan unek-unek dan beban masalah di hati kepada orang yang kita percayai adalah salah satu cara untuk mengurangi beban dalam diri.

Akhirnya, karena tidak memiliki saluran untuk menyampaikan permasalahannya, ia pun menanggungnya sendiri. Lama kelamaan ini semakin menggumpal. Dadanya sesak, pikirannya sempit. Jantungnya pun berdegup tidak normal. Mekanisme kerja organ-organ tubuhnya menjadi terganggu. Ia pun mengalami stres. Kalau ini tidak bisa ia atasi akan menjadi fatal dan dapat mengakibatkan kematiannya.

Sebaliknya, orang yang ramah dan selalu senyum tulus, peredaran darahnya akan lancar. Jantungnya berdegup normal. Senyum dapat meringankan stres. Biasanya, orang yang stres bisa terlihat dari wajahnya, tapi dengan tersenyum ia bisa menghindari diri, minimal mengurangi, dari rasa letih dan lelah yang diakibatkan stres. Jika sedang stres, cobalah ambil waktu untuk tersenyum. Stres akan terkurangi dan dengan demikian kita akan dapat berpikir positif untuk segera mencari jalan keluar dari permasalahan yang mengakibatkan kita stres.

Orang yang suka senyum akan menghadapi masalah dengan ringan dan lapang dada. Seberat apa pun masalah akan dihadapinya. Baginya, tidak ada masalah yang tidak terselesaikan, pasti ada jalan keluarnya. Ia sangat yakin, Allah tidak akan memberikan cobaan dan masalah di luar kemampuan hamba-Nya. Ia akan selalu mengembalikan segalanya dengan mendekatkan diri kepada Sang Pemberi Masalah (Allah). Selain itu, ia dapat membagi permasalahan kepada orang yang dapat ia percayai. Hal ini tentu saja menjadi cara yang baik dalam mengurangi beban masalahnya.

Senyum ramah simpatik kita kepada orang lain akan memberikan rasa senang kepada orang yang kita senyumi itu. Ketika kita pagi-pagi keluar rumah, lalu berpapasan dengan tetangga yang hendak pergi ke kantor, umpamanya, kita menyunggingkan senyum tulus kepadanya seraya berucap, “Mau berangkat, Pak?” Walaupun hanya senyuman dan tiga patah kata itu yang kita ucapkan kepadanya, rasanya ini sudah memperlihatkan sikap bersahabat kita kepada tetangga tadi. Bukan kita tidak tahu bahwa si tetangga itu mau berangkat kerja ke kantor. Namun yang kita lakukan di sini jauh dari sekadar menegur. Di balik senyum dan kata-kata itu sebenarnya kita ingin menyampaikan simpati kepadanya. Kita hendak menunjukkan perhatian sebagai tetangga kepadanya. Kita ingin menyambung hati dengannya dan ia pun menyambut dengan senyum dan jawaban yang ramah pula.

Senyum ternyata menjadi media yang paling efektif dalam pola hubungan kita sesama manusia. Hadis Nabi di atas sudah memperlihatkannya kepada kita. Tersenyumlah, niscaya kita akan bahagia..

()

Baca Juga

Rekomendasi