Oleh: Bhikkhu Khemanando Thera
Pendahuluan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Cinta” berarti: suka sekali, sayang sekali, kasih sekali, terpikat (antara laki-laki dan perempuan), ingin sekali, berharap sekali, rindu, susah hati dan risau. Dalam KBBI juga terdapat kata “Cintamani” yang berarti intan yang bertuah atau ular yang mendatangkan kebahagiaan (dalam percintaan).
Bagaimana Cinta menurut Buddha Dhamma?
Dalam pembabaran dhammaNya, Buddha banyak menyebut kata cinta. Di dalam Dhammapada, ada bab yang berjudul Piyavagga yang berarti Kecintaan. Di dalama Majjhima Nikaya juga ada disebutkan yaitu sutta yang berjudul Piyajatika Sutta, khotbah mengenai orang-orang bercinta. Seorang Resi Vyatsyayana, yaitu seorang pujangga India yang sangat terkenal sampai hari ini karena karyanya yang masih banyak dipelajari sebagian orang di muka bumi ini, yaitu mengenai Kama Sutra bahkan karyanya tersebut di angkat ke layar lebar, dan Kitab Kama Sutra tersebut menghebohkan dan menjadi penutan bagi pasangan yang lagi falling in Love. Buddha juga pernah membabarkan Kitab yang sama yang terdapat di dalam Sutta Nipata, Kama Sutta. Isi kedua kitab tersebut sangat bertolak belakang. Kama Sutra mengajarkan mengenai teknik dalam bercinta, namun di dalam Kama Sutta Buddha mengajarkan mengenai kenikmatan nafsu indera yang harus dihindari. Beliau menuturkan: “Jika manusia yang hanya menginginkan kenikmatan-kenikmatan indera itu tidak memperolehnya, maka ia akan menderita bagaikan tertusuk anak panah” (SN-767). Dan juga didalam Sutta Nipata 769 beliau menuturkan: “Manusia yang menginginkan berbagai objek indera, seperti misalnya: rumah, kebun, emas, uang, binatang, pelayan, dan lain-lain, maka emosi yang kuat akan menguasainya, bahaya akan menghimpitnya, dan penderitaan akan mengikutinya bagaikan air yang masuk kedalam kapal yang karam.”
Pengertian Cinta dalam Agama Buddha
Piyadassi dalam bukunya “The Buddha’s Ancient Path” menyatakan cinta adalah suatu kekuatan aktif, setiap tindakan mencintai dilakukan dengan pikiran tak bernoda untuk menolong, membantu, menyenangkan, membuat jalan lebih mudah, lebih halus, menakhlukkan kesedihan dan merupakan kebahagiaan tertinggi (Dhammananda, 2003:242-243). Dalam agama Buddha banyak istilah mengenai kata Cinta, seperti: Piya, Pema, Rati, Kama, Tanha, Ruci, dan Sneha yang memiliki arti: rasa sayang, kesenangan, cinta kasih, kasih sayang, kesukaan, nafsu indera, kemelekatan, dan sebagainya, yang terjalin antara laki-laki dan perempuan yang hidup dalam sebuah keluarga.
Buddha menjelaskan sifat metta atau cinta kasih secara rinci didalam Karanîya metta sutta: “Mâtâ yathâ niyam puttam, Âyusâ ekaputtamanurakkhe, Evampi sabbabhûtesu, Mânasambhâvaye aparimânam ; “Sama seperti seorang ibu yang melindungi anak satu-satunya, bahkan dengan resiko hidupnya sendiri, orang mengembangkan hati kepada semua makluk dengan pikiran cinta tanpa batas keseluruh penjuru dunia tanpa ada halangan, kebencian dan permusuhan.”
Pengertian Pengembangan Cinta
Pengembangan cinta dilakukan melalui pertimbangan buruknya suatu kebencian, manfaat membuang kebencian, mempertimbangkan kenyataan, sesuai dengan karma bahwa sesungguhnya tidak ada yang harus dibenci, kebencian adalah perasaan bodoh yang menimbulkan kegelapan dan menghalangi pengertian benar (Piyadassi, 2003:250). Kebencian menahan; cinta melepaskan. Kebencian mencekik; cinta membebaskan. Kebencian membawa penyesalan; cinta membawa kedamaian. Kebencian menghasut; cinta mendamaikan dan menenangkan. Kebencian memecah belah; cinta menyatukan.Kebencian mengeraskan; cinta melembutkan. Kebencian menghalangi; cinta menolong. Melalui cara yang tepat dan pemahaman benar tentang akibat kebencian dan manfaat cinta, hendaknya selalu mengembangkan cinta (Dhammananda, 2003:243).
Pengembangan cinta merupakan suatu cara agar manusia memiliki rasa toleransi, saling menghargai, menghormati dengan memperlakukan sesama dengan pikiran, ucapan dan perbuatan yang penuh cinta kasih (M.i.322-323), sehingga kedamaian, ketentraman dan kerukunan hidup tercipta. Pengembangan cinta dilakukan dengan selalu mengembangkan pikiran positif yang tidak terbatas dan menyingkirkan pikiran buruk atau negatif.
Pengembangan Cinta Menurut Pandangan Buddha Dhamma
Pembentukan prilaku melalui pelaksanaan sila dilakukan dengan ucapan, tindakan dan mata pencaharian benar. Ucapan benar berarti menghormati kebenaran, kesejahteraan orang lain dengan menghindari berdusta, memfitnah, berkata kasar dan omong kosong. Berkata dengan halus dan lembut dapat mengubah hati dan pikiran penjahat yang keji. Mengembangkan cinta dapat dilakukan dengan cara mengendalikan, membudayakan dan menggunakan ucapan secara positif.
Pikiran, ucapan dan tindakan benar melibatkan rasa hormat pada kehidupan, kepemilikkan dan hubungan personal. Menghormati kehidupan berarti menghindari perbuatan membunuh karena hidup bernilai bagi semua makhluk, semua takut pada hukuman dan kematian. Menjauhkan diri dari mengambil kehidupan dan tidak menyakiti makluk hidup lainnya. Buddha memberikan nasihat “Hendaknya seseorang menjauhi pembunuhan, menahan diri dari pembunuhan makhluk, membuang alat pemukul dan pedang, malu dengan perbuatan kasar, hidup dengan cinta kasih, kasih sayang dan bijaksana terhadap semua makhluk yang hidup, ini sila yang harus dilaksanakan” (D.i.227).
Pikiran, ucapan dan tindakan benar dengan mengembangkan cinta kepada semua makhluk dilakukan melalui kebajikan-kebajikan seperti jujur, rendah hati, lemah lembut, tidak sombong, merasa puas dengan yang dimiliki, mudah dilayani, mudah disokong, hidup sederhana, tenang inderanya, tahu malu, tidak melekat pada keluarga, selalu berpikir semoga semua makhluk berbahagia dan tentram (Khp.8; Sn.143-145). Melakukan kebajikan tidak mengharap balasan dari orang yang diberikan kebajikan tersebut. Pengembangan cinta kasih melalui kebajikan ini membuat semua makhluk hidup rukun, damai, tentram dan bahagia. Semua makhluk saling percaya, menghormati, menghargai, tidak menyakiti serta memberikan kebebasan kepada setiap makhluk untuk hidup. Memiliki sila yang baik membawa kebahagiaan di kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang.
Kesimpulan
Dengan mengembangkan cinta akan membawa pada pembebasan atau nissarana dhatu. Kebebasan pikiran melalui cinta kasih atau metta cetovimutti dilakukan dengan cara mengembangkan cinta kasih keseperempat bagian dunia, kesetengah dunia, ketigaperempat dunia, dan keseluruh dunia. Dengan demikian seluruh dunia, di atas, di bawah, di sekeliling dan dimana saja, secara terus menerus mengembangkan cinta kasihnya hingga jauh, bertambah luas dan tidak terbatas (M.iii.152-162). Kebebasan pikiran melalui cinta kasih yang dikembangkan, diperbanyak, dijadikan kendaraan, dijadikan landasan, diperlancar, dipupuk dan dilaksanakan dengan baik. Membuat itikad jahat atau byapada tidak akan menguasai pikiran, karena kebebasan pikiran melalui cinta kasih merupakan kebebasan dari itikad jahat (D.iii.279). Buddha mengatakan: “Loko Patambhika Metta” artinya dengan cinta dapat menyelamatkan dunia. Maka dengan apa yang telah di ajarkan oleh Buddha yang dapat memberikan kekuatan dan inspirasi bagi kita untuk menolong semua makhluk tanpa batas. Dunia kita hari ini sedang dilanda berbagai masalah kronis yang tak mudah diselesaikan, dimana angka kriminalitas, kekerasan, kebencian, dendam, irihati, korupsi, kolusi dan nepotisme dan berbagai dekadensi moral yang akut terus meningkat, serta ancaman perang dari Negara-negara yang sedang bertikai. Marilah kita melakukan sesuatu pada dunia ini, dengan mengembangkan cinta di dalam diri kita lalu memancarkannya kepada semua makhluk. Peduli terhadap sesama, peduli kepada semua makhluk, dunia dan semuanya, agar mereka berbahagia dan kita semua akan bahagia. Sabbe satta bhavantu sukhitatta; semoga semua makhluk turut berbahagia.