Oleh: M. Praja Wibawa.
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) merupakan Organisasi atau Lembaga yang didirikan oleh Mantan Presiden RI ketiga, BJ Habibie. Lembaga ini bertujuan untuk menciptakan kemajuan dalam pengembangan ilmu bagi negeri ini. AIPI adalah wadah bagi para ilmuwan dalam negeri. Sejak dibentuknya lembaga ini hingga sekarang, AIPI hanya memiliki anggota tak lebih dari 100 (seratus) orang. Menurut Bapak BJ Habibie, ini merupakan suatu kemaluan bagi dirinya sendiri. Dengan kekayaan SDM (Sumber Daya Manusia) yang Indonesia miliki, mengapa lembaga ini hanya memiliki 100 anggota saja. Menurut beliau, 250 juta penduduk di Indonesia adalah keunggulan bagi kita, seharusnya dengan jumlah penduduk sebesar itu, AIPI diharapkan memiliki 1.000 atau lebih anggota yang terdiri dari berbagai ilmuwan. AIPI adalah kumpulan ilmuwan-ilmuwan muda yang menguasai bidang-bidang tertentu, AIPI mempunyai 5 (lima) Komisi yaitu Komisi Ilmu Rekayasa yang sebelumnya diketuai oleh Pak BJ Habibie, Komisi Ilmu Kedokteran, Komisi Ilmu Sosial, dan Komisi Kebudayaan.
Pak BJ Habibie mengatakan, AIPI adalah satu-satunya lembaga ilmu pengetahuan di Indonesia yang dinaungi langsung oleh Undang-undang yaitu UU Nomor 8 tahun 1990 Tentang AIPI. Dengan adanya UU itu yang dibuat 10 tahun lalu, beliau berharap wadah ini diperbaharui dengan menyampingkan kepentingan golongan, politik, dan keluarga. AIPI semata-mata hanya menjunjung kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Biografi Habibie
Setelah tamat SMA di Bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB (Institut Teknologi Bandung), Ia tidak sampai selesai disana, karena beliau mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman, karena mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya Dirgantara dan penerbangan bagi Indonesia maka ia memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH). Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk sungguh-sungguh di rantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau swasta dari pada teman-temannya yang lain. Musim liburan bukan liburan bagi beliau justru kesempatan emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka lebih banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan uang, tanpa mengikuti ujian.
Beliau mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 dengan predikat Cumlaude (Sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5, Dengan gelar insinyur, beliau mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta api Jerman. Pada saat itu Firma Talbot membutuhkan sebuah wagon yang bervolume besar untuk mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya besar. Talbot membutuhkan 1000 wagon. Mendapat persoalan seperti itu, Habibie mencoba mengaplikasikan cara-cara kontruksi membuat sayap pesawat terbang yang ia terapkan pada wagon dan akhirnya berhasil. (kutipan : Biografi BJ Habibie)
Melihat penjuangan Pak BJ Habibie tersebut, bukan suatu hal yang mustahil bagi negara kita untuk berkembang menjadi negara yang modern atau maju. Apabila para ilmuwan AIPI menerapkan prinsip seperti Pak Habibie, maka cita-cita yang belum tercapai negara ini, akan terlaksana demi menciptakan industri pesawat terbang sendiri.
Harapan Habibie
Apabila para ilmuwan AIPI dapat mengembangkan lembaga ini, beliau berharap para ilmuwan ini dapat melanjutkan projek beliau yang tertunda. Menciptakan pesawat terbang high complex, bukan suatu hal yang tidak mungkin bagi negara ini. Menurut beliau, dengan pertumbuhan jumlah penumpang dalam 10 tahun terakhir ini dengan rata-rata 19,6 persen tiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa industri pesawat terbang merupakan peluang yang sudah pasti akan menjadi kebutuhan masyarakat. Pak Habibie mengatakan, peningkatan jumlah penumpang pesawat berkaitan dengan GDP (Gross Domestic Product). Sebagai negara kepulauan, menghadirkan pesawat yang dapat diproduksi sendiri adalah keharusan. Itulah sebab mengapa menjadi keharusan bagi negara ini, untuk menciptakan industri pesawat terbang sendiri.
Pada awal era reformasi, banyak negara yang belajar di negara kita dan mereka berkembang, seperti Malaysia dan beberapa negara tetangga lainnya. Pada duhulunya SDM negara tersebut belajar di negara yang majemuk ini. Tapi, sekarang kebalikannya. Hal ini membuktikan bahwa dari dulu negara kita sangat berpotensi untuk menjadi negara sumber pengetahuan. Seandainya, anggota AIPI berjumlah 1.000 orang, hal ini bukan menjadi mimpi lagi untuk menciptakan industri pesawat terbang sendiri.
AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia) merupakan suatu lembaga yang sangat khusus, para ilmuwan-ilmuwan terbaiklah yang bersatu dalam lembaga tersebut. BJ Habibie sangat berharap agar lembaga ini bisa mengembangkan ilmu pengetahuannya ke pemerintahan serta mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai cita-cita negara ini. Rencana pembuatan industri pesawat terbang merupakan proyek yang tertunda semoga AIPI bisa mengembangkannya dan beliau berharap pemerintah juga mendukung setiap rencana pengembangan proyek tersebut.***
Penulis adalah Staf Sekretaris Dewan Pengawas Tirtanadi Sumatera Utara.