Penelitian:

Pria Bodoh Suka Selingkuh

MENYINGKAP tentang psikologi laki-laki, ternyata ada banyak hal yang sebenarnya lebih dari yang diperkirakan. Kebanyakan penelitian tentang laki-laki tidak terlalu bisa diandalkan karena berdasarkan penelitian mereka yang terlibat penelitian, usia 18 hingga 22 tahun, hanya memberikan pandangan yang sempit tentang kejiwaan mereka.

Mungkin mereka malu, berpura-pura untuk menunjukkan hal-hal yang sebenarnya mereka rasakan. Dilansir dari Health Me Up ada beberapa fakta tentang laki-laki yang mungkin bisa mengubah pandangan para perempuan.

Laki-laki sungguh-sungguh menjalani kehidupan keluarga.

Kepercayaan bahwa perempuan mau segera hidup dan menjalani hubungan yang serius dan pria hanya ingin hidup sembarangan selamanya, mungkin salah satu kesalahpahaman terbesar yang berasal dari kecenderungan merekrut pemuda sebagai subjek tes.

Kemungkinan laki-laki berselingkuh terjadi sebelum usia 30 tahun. Setelah usia tersebut, mereka akan berfokus pada penyediaan kebutuhan keluarga mereka nanum pada laki-laki yang ber IQ rendah yang terjadi adalah sebaliknya semakin tua semakin sering berselingkuh.

Laki-laki terprogram untuk memeriksa perempuan. Hal ini terjadi karena hormon testosteron, yang mengatur libido, dengan emosi lain seperti agresi dan permusuhan. Laki-laki memiliki enam kali lebih banyak jumlah testosteron dalam tubuh mereka daripada wanita.

Testosteron merusak wilayah otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol impuls. Ini mungkin menjelaskan mengapa laki-laki menatap perempuan seolah-olah “tak terkendali.”

Ketika pandangan sudah beralih dari perempuan, mereka pun melupakannya. Satu bulan sebelum menjadi ayah, otak laki-laki menjadi sangat siap untuk kerjasama.

Menuju masa-masa menjadi ayah, laki-laki mengalami perubahan hormonal. Tingkat prolaktin mereka naik, dan testosteron turun. Perubahan hormon mendorong terciptanya perilaku sebagai ayah.

Teori lain menunjukkan bahwa feromon seorang perempuan hamil dapat melayang ke pasangannya untuk merangsang perubahan ini.

Laki-laki harus mempertahankan wilayah mereka.

Wilayah

Laki-laki didesain untuk mempertahankan wilayah mereka. Studi menunjukkan bahwa mamalia jantan memiliki area otak yang lebih besar yang bertanggung jawab pada perilaku “posesif” pada rekan perempuan mereka.

Namun, studi lebih lanjut rasanya perlu dilakukan pada manusia. Perempuan pun juga bisa merasakan posesif yang berlebihan, tapi laki-laki jauh lebih mungkin untuk menjadi agresif dan melakukan kekerasan jika mereka kehidupan cinta atau wilayahnya terancam.

Laki-laki yang tak setia memiliki IQ lebih rendah.

Penelitian telah menemukan bahwa semakin cerdas seorang laki-laki, semakin kecil kemungkinannya untuk menipu pasangannya dan memakai jasa seks komersial atau prostitusi. Laki-laki yang lebih cerdas memilih untuk menjadi ‘lebih berkembang’.

Dengan demikian, ketika datang godaan yang berhubungan pada kesetiaan, laki-laki yang kurang cerdas dinilai tidak bisa beradaptasi dan akhirnya menyerah pada godaan, lalu menjalani perselingkuhan. Teori ini memprediksi bahwa laki-laki cerdas lebih setia.

Laki-laki lebih emosional. Meskipun perempuan umumnya diyakini sebagai gender yang lebih emosional, para peneliti telah menemukan bahwa bayi laki-laki cenderung lebih emosional, reaktif, dan komunikatif dibandingkan bayi perempuan.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Scandinavian Journal of Psychology, ketika anak laki-laki bertambah tua mereka memiliki respons emosional sedikit lebih kuat. Tapi hal itu hanya terjadi sebelum mereka menyadari perasaannya.

Para peneliti memonitor ekspresi wajah dan menemukan bahwa segera setelah laki-laki sadar dirinya sedang emosi, pria memasang poker face.

Laki-laki lebih rentan terhadap kesepian.

Kesepian memengaruhi kesehatan mental dan fisik setiap orang dan laki-laki yang lebih tua tampaknya secara khusus sangat rentan terhadap kesepian.

Hal ini mungkin karena laki-laki cenderung tidak suka bergabung dengan orang lain ketika suasana hati sedang tak menentu.

Hal ini memperparah kesepian dan memengaruhi sirkuit sosial otak mereka.

Laki-laki yang hidup sendiri pun cenderung meninggal lebih cepat daripada pria yang hidup dengan pasangan.

Studi juga menunjukkan bahwa laki-laki dalam hubungan yang stabil akan lebih sehat, hidup lebih lama dan mengalami penurunan kecemasan dan stres. (ttw/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi