Oleh: Zulmaidi
KERUSAKAN lingkungan semakin parah akibat penggundulan hutan sebagai penyebab utama kekeringan dan kelangkaan air bersih. Kawasan hutan yang selama ini menjadi daerah tangkapan air telah rusak karena penebangan liar.
Laju kerusakan di semua wilayah sumber air semakin cepat, baik karena penggundulan di hulu maupun pencemaran di sepanjang daerah aliran sungai (DAS). Kondisi ini mengancam fungsi dan potensi wilayah sumber air sebagai penyedia air bersih.
Hasil riset yang dilakukan Unesco-IHE hampir semua sungai dan sumber air yang ada di sekitar Kota Medan telah mengalami pencemaran limbah domestik, limbah pabrik dan akibat galian C. Hanya sumber air Sibolangit satu-satunya sumber air yang paling baik saat ini.
Pihak Unesco sendiri akan membantu PDAM Tirtanadi untuk menjaga dan memelihara sumber daya air yang ada yang merupakan sumber air baku bagi pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat.
Unesco-IHE juga akan berkoordinasi dengan Pemko Medan dan Pemprovsu untuk policy mengenai pemeliharaan sumber daya air yang ada di Kota Medan sekitarnya.
Bagi PDAM Tirtanadi yang mengemban fungsi memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya, sumber air merupakan hal yang sangat vital untuk dijaga.
Sangat Terbatas
“Sumber air sangat terbatas dan tidak bisa dibuat. Kita hanya bisa mencari sumbersumber air baru. Semua pihak diharapkan bersama-sama menjaga sumber air agar terus mengalir bagi kehidupan,” kata Direktur Air Minum PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara, Ir.H. Delviandri, M.Psi di dampingi Kadiv PR Irsan Effendi Lubis, S.Sos, MM saat wawancara dengan Analisa di ruang kerjanya, Jumat (3/7).
Permasalahannya saat ini adalah kecukupan sumber daya air tidak dibarengi pengelolaan yang baik, sehingga menjadi kendala kecukupan mendapatkan air baku. Musim hujan jumlah air melimpah, bahkan memicu terjadinya musibah banjir. Sementara musim kemarau kering kerontang, kesulitan sumber air.
Rendahnya kualitas pengelolaan sanitasi menimbulkan pencemaran pada badan air permukaan (sungai). Padahal, sumber air PDAM Tirtanadi dominan berasal dari air sungai. Yakni, Sungai Belawan, Sungai Deli, Sungai Belumai dan Sungai Denai.
Sekarang, kata Delviandri, kondisi sungai-sungai ini ditetapkan Badan Wilayah Sungai (BWS) sebagai zona merah. Artinya, tidak bisa lagi diambil airnya karena sudah maksimal. Pihak BWS merekomendasikan untuk memanfaatkan Sungai Bingei dan Sungai Ular, sebagai sumber air.
Dijelaskan, jumlah pelanggan PDAM Tirtanadi saat ini sebanyak 400 ribu lebih sambungan rumah (SR). Tirtanadi memiliki 6 unit instalasi pengolahan air (IPA) ditambah beberapa unit sumur bor dalam. Total produksi air 6.800 liter/detik.
Keenam IPA tersebut, yakni IPA Sibolangit memiliki kapasitas 550 hingga 610 liter/detik. Sumber air berasal dari sejumlah mata air. Ini IPA pertama yang dimiliki PDAM Tirtanadi, dibangun sejak tahun 1905 oleh Pemerintah Belanda.
IPA Sunggal, merupakan IPA pertama dengan sistem pengolahan lengkap yang mengolah air Sungai Belawan. Kapasitas produksi awal dirancang 1.500 liter/detik. Setelah ditingkatkan kapasitas produksinya sekarang rata-rata 1.900 liter/detik. Saat ini ditambah lagi 500 liter/detik.
Kemudian, IPA Deli Tua. Produksi awal dirancang sebesar 1.400 liter/detik sekarang menjadi 1.600 liter/detik. Air baku yang digunakan berasal dari Sungai Deli. IPA Belumai (PT Tirta Lyonaise Medan-TLM). Kapasitas produksi 500 liter/detik menggunakan air baku dari Sungai Belumai.
IPA Limau Manis, kapasitas produksi 500 liter/detik sekarang ditingkatkan menjadi 560 liter/detik. IPA Hamparan Perak, kapasitas produksi 200 liter/detik.
Menurut Delviandri, dengan pertumbuhan pelanggan sekitar 15.000 hingga 20.000 SR per tahun, maka kebutuhan air masih kurang. “Setiap tahunnya kita butuh 200 liter/detik tambahan produksi air,” katanya.
Tambah Produksi
Tahun ini PDAM Tirtanadi merencanakan melakukan penambahan kapasitas produksi di PT Tirta Lyonaise Medan sebesar 400 liter/detik. Pembangunannya dijadwalkan selesai 2016.
Kemudian, terealisasinya penambahan 500 liter/detik di IPA Sunggal pada September 2015. IPA Martubung diharapkan beroperasi awal 2016 dengan kapasitas 200 liter/detik. Dengan penambahan produksi yang baru ini, maka akan tercukupilah penambahan pelanggan yang ada.
Rencananya PDAM Tirtanadi juga akan membuat Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional. Yakni, satu sistem penyediaan air minum lintas kabupaten/kota. Saat ini sedang disusun design engeenering detail-nya oleh PU Cipta Karya Jakarta Pusat. Dalam program ini akan dibangun kapasitas produksi air 2.000 liter/detik berlokasi di Sungai Bingei, Binjai.
SPAM Regional akan melayani kebutuhan air bersih untuk Kota Medan, Binjai dan Deliserdang. “Ini program jangka panjang 5 tahun ke depan. Pembangunan SPAM Regional dengan dana Rp 600 miliar ini direncanakan dimulai tahun 2016 dan beroperasi tahun 2017,” kata Delvi.
Khusus untuk Kota Medan, SPAM Regional ini akan melayani kebutuhan air di wilayah Barat dan wilayah Utara. Kebutuhan air wilayah Utara akan dilayani oleh IPA Martubung 200 liter/detik dibantu dengan SPAM Regional.
Untuk menjaga sungai dari pencemaran limbah, pihak PDAM Tirtandi bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Sumatera Utara dan BLH Kota Medan. Pihak BLH kini memiliki program “Sungai Bersih”. Yakni, program menjaga sungai yang betul-betul ramah dengan lingkungan di mana masyarakat tidak buang sampah sembarangan.
Program ini dilaksanakan di Sungai Deli dan Sungai Belawan. “Jadi, sungai ini betul-betul dijaga kebersihannya karena bukan hanya Tirtanadi yang menggunakan tapi juga masyarakat,” ujarnya.
Di kawasan Sibolangit, PDAM Tirtanadi bekerja sama dengan warga setempat membuat lubang resapan air (bipori).
“Kita juga bekerja sama dengan dinas kehutanan membagikan bibit pohon kepada masyarakat untuk ditanam di kawasan daerah tangkapan air agar sumber air tetap terjaga,” kata Delviandri.