Potensi Kemuliaan dan Kesombongan Manusia

Oleh: Drs. Zulkarnain M.H

Allah menciptakan manusia dari unsur tanah. Dalam salah satu hadist disebutkan “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari gumpalan tanah yang diambil dari seluruh tempat yang ada di bumi”. Jika Allah menghendaki bisa saja manusia diciptakan dari unsur yang lain. Bisa saja diciptakan dari unsur cahaya seperti malaikat atau dari api seperti bangsa iblis atau dari unsur lain seperti emas, perak, tembaga atau bisa saja dari unsur yang belum pernah kita tahu. Tentu Allah yang maha kuasa dan sangat mampu. Tetapi justru manusia diciptakan dari tanah yang kita pijak setiap saat. Menurut pemahaman keislaman kita tidaklah mungkin Allah ciptakan manusia berasal dari unsur tanah tanpa maksud dan rahasia tertentu, luar biasanya Allah menyebut penciptaan ini adalah sebaik-baik ciptaan (Alquran surat at-Tin : 4).

Hadis yang disebutkan di atas sinkron dengan temuan penelitian bahwa unsur-unsur yang terdapat pada tubuh manusia juga terdapat di dalam tanah. Tubuh manusia terdiri atas air (kadarnya antara 54-70%), lemak (14-26%), protein (11-17%), karbohidrat (10%), dan unsur-unsur anorganik (5-6%). Jika kandungan itu diurai ke dalam unsur-unsur dasarnya maka akan didapat hasil bahwa tubuh manusia terdiri atas oksigen (65%), karbon (18%), hydrogen (10%), nitrogen (3%), kalsium (1,40%), fosfor (0,70%), sulfur (0,20%), potassium (0,18%), sodium (0,10%), klor (0,10%), magnesium (0,054%), dan beberapa unsur lain (0,014%), seperti yodium, fluor, brom, besi, dan lain-lain. Unsur-unsur kimia yang dikandung tanah tidak berbeda dengan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tubuh manusia. Sesuai dengan teks Al-Quran surah al Mukminun ayat 12 menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari sari pati tanah (Al Quran surah al Mukminun: 12).

Tubuh manusia secara jasmaniah oleh Quran sendiri dikatakan lemah (Quran surat an-Nisa ayat 28) terbukti bahwa tubuh yang terbungkus oleh daging sangat rentan kepada alam sekitarnya, mudah sakit, kotor, sesudah mati mudah sekali membusuk.

Patut direnungkan bahwa selama 34 kali di dalam salat wajib sehari semalam kepala bagian tubuh paling mulia di tubuh manusia harus “menyungkurkan diri” dengan bersujud ke atas tanah tempat asal muasal kejadiannya, belum termasuk salat-salat sunnah. Semua ini pasti mengandung pelajaran untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Pasti ada rahasia tertentu mengapa ibadah yang diberikan kepada manusia lebih banyak gerakan meletakkan kepala yang dimuliakan kepada tanah yang menjadi asal usul kejadiannya tempatnya berpijak kemanapun. Jawaban yang sering kita dengan adalah sebagai perwujudan kehambaan kita kepada sang Khalik. Tetapi secara hakiki semua ibadah apapun Allah tidak memerlukannya karena Allah maha sempurna dan tidak bergantung kepada apapun termasuk sujudnya manusia. Jadi sebenarnya pelajaran yang terbaik dari sujud itu sendiri adalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.

Ketika manusia diciptakan malaikat sedikit “protes” kepada Allah taala sementara iblis bukan hanya protes tapi membangkang tidak mau sujud kepada manusia meski dia harus terdepak dari surga akibat kesombongan dan keangkuhannya atau sikap takabbur dalam bahasa syariat. Perbuatan iblis hanya karena kesombongan asal kejadiannya yang terbuat dari api. Tetapi benarkah iblis paling sombong dan paling dholim. Jawabannya tentu tidak. Sesombongnya iblis tidak ada yang sampai memaklumatkan dirinya sebagai tuhan seperti Raja Firaun, sifat sombong karena kekayaannya seperti Qarun. Iblis hanya tergelincir menjadi durhaka karena sombong pada asal kejadiannya yang dianggapnya lebih mulia dari pada manusia.

Rahasia sesungguhnya penciptaan manusia dari tanah, tempat kematian ke tanah, sujudpun ke tanah, sesungguhnya memang Allah yang maha tahu Tetapi dari ayat ayatNya dapat diketahui bahwa manusia punya watak untuk menyombongkan diri yang luar biasa, semua menjadi bahan kesombongan, sombong karena harta, keturunan, pangkat jabatan dan sering berlaku dholim atau melampaui batas. Jika kebaikan yang diperolehnya manusia sangat bakhil dan jika keburukan yang didapat manusia selalu berkeluh kesah.

Tabiat kesombongan dan keangkuhan manusia telah ada sejak ketika Allah menawarkan kepada semua makhluk yang ada, langit, bumi dan gunung-gunung untuk memegang amanah menjalankan syariat namun tidak satupun yang sanggup memegang amanah ini kecuali manusia, sebagaimana firman Allah surah al Ahzab 72.

Potensi kesombongan manusia tersebut sejalan dengan hakikat diri manusia yang tercipta dari tanah, perintah untuk bersujud ke tanah dan jika mati dikembalikan ke tanah agar manusia senantiasa sadar dia tercipta dari tanah dan sari pati tanah yang hina. Dengan begitu potensi tersebut tidak berkembang. Itu juga belum cukup menyelamatkan manusia dari sikap kesombongannya kecuali senantiasa memohon perlindungan dan hidayah Allah, karena hanya Allah yang dapat memberi hidayah kepada hambanya.

 Dalam salah satu hadist qudsi disebutkan “Allah berfirman sifat sombong itu selendangKu dan keagungan itu pakaianKu. Barangsiapa menentangKu dari keduanya maka Aku akan masukkan ia ke neraka jahannam (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ahmad). Dari hadist tersebut dapat dipahami demikian sangat benci dan murkanya Allah kepada sifat sombong yang ada pada diri manusia. Oleh karena itu sangat korelatif sekali antara potensi kesombongan manusia dan hakikat penciptaan manusia dari tanah, sujud ke tanah dan kembali ke tanah agar manusia bisa dapat meredam potensi kesombongan tadi selamanya. Utamanya di saat bulan Ramadhan karena kwantitas mensujudkan diri kepada tanah tempat asal muasalnya diciptakan lebih di banding bulan-bulan yang lain.

Sebaliknya dibalik potensi kesombongan dan keangkuhan manusia tersebut, manusia adalah makhluk paling mulia dengan kesempurnaan akal dan kalbu serta fitrah kesucian yang mampu mengakomodir dan mengantisipasi semua gejolak kesombongan serta amarah nafsu lainnya Para rasul, anbiya, waliyullah, syuhada adalah manusia pilihan yang mengalahkan kemuliaan makhluk Allah yang lain. Rosul Muhammad sebagai manusia telah mendapatkan posisi puncak sebagai kekasih Allah (khabibullah) bukannya malaikat yang tugasnya hanya beribadah saja. Demikian semoga Ramadhan dapat menempa diri kita menjadi orang yang berakhlakul karimah jauh dari sikap sombong karena kita hanyalah tercipta dari saripati tanah atau air yang hina. Subahnallah wallahu a’lam.

()

Baca Juga

Rekomendasi