Oleh: Sofyan. Menurut Kepala Pusat data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat ini kekeringan telah melanda 16 Provinsi yang terdiri dari 102 Kabupaten Kota dan 721 Kecamatan di Indonesia hingga akhir Juli 2015 dan 111 ribu hektar lahan pertanian mengalami kekeringan bahkan akan lebi meluas lagi. Menurut analisa BMKG dan LAPAN pada bulan Juli-November 2015 kondisi iklim di wilayah Indonesia terutama yang berada di bagian Selatan khatulistiwa akan dipengaruhi oleh Elnino Moderate, bahkan diperkirakan akan menguat sekitar November 2015. Kondisi ini tentu akan memberikan efek pada tingkat intensitas dan frekuensi curah hujan yang akan semakin berkurang, bahkan awal musim penghujan 2015.2016 di beberapa wilayah akan mengalami kemunduran.
Secara ilmiah penyebab kemarau telah ditegaskan di atas, namun menurut kacamata agama Islam penyebab tidak turunnya hujan sebagaimana termaktub dalam Alquran Surat Al-A’raf 130 yaitu hukuman Tuhan kepada manusia karena kesombongan dan kemaksiatan yang dilakukan, “Dan Sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.”(Al-A’Raaf 130). Rasulullah saw.
Ayat di atas mengisahkan tentang kemarau yang ditimpakan Tuhan kepada Fir’aun dan kaumnya sebagai hukuman atas kesombongan, kezaliman dan tindakan sewenang-wenang yang dia lakukan kepada Nabi Musa as. Menurut Ibnu Kasir menjelaskan ayat di atas bahwa Allah telah menguji dan mencoba serta menimpakan musibah kepada mereka yaitu tahun-tahun yang kering, peceklik yang berkepanjangan dan kelaparan karena minimnya tumbuh-tumbuhan. Menurut Abi Ishaq mengatakan dari Ibnu Haiwah bahwa masa-masa itu pohon kurma hanya membuahkan sebiji buahnya.
Pemimpin yang sombong, haus kekuasan merasa bahwa kekuasaan yang dia miliki mengharuskan orang lain untuk mengabdikan diri dengan melayani semua keinginannya, bahkan ada yang menganggap dirinya Tuhan. Kesombongan dan kelaliman yang dia lakukan justru akan menyebabkan turunnya murka Tuhan.
Penyebab Kemarau Menurut Rasulullah Saw.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah saw. menegaskan penyebab hujan tidak turun antara lain masyarakat Muslim enggan mengeluarkan zakat, mengurangi timbangan akan ditimpa paceklik, susahnya kehidupan dan kezaliman penguasa. Karena sayangnya Tuhan kepada makhluk selain manusia, akhirnya Dia turunkan hujan. Redaksi hadis tersebut sebagai berikut,” Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan ditimpa paceklik, susahnya penghidupan dan kezaliman penguasa atas mereka. Tidaklah mereka menahan zakat (tidak membayarnya) kecuali hujan dari langit akan ditahan dari mereka (hujan tidak turun), dan sekiranya bukan karena hewan-hewan, niscaya manusia tidak akan diberi hujan….”(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (2/1322) no. 4019).
Hadis dan ayat di atas sejatinya dapat membuka mata dan menyadarkan kita semua bahwa mungkin selama ini manusia Indonesia banyak melakukan kesalahan maupun kezaliman, dan kemaksiatan. Barangkali kalau kita teliti secara cermat saat berada di pasar-pasar banyak pedagang yang dengan sengaja mengurangi timbangan demi mendapatkan laba berlipat ganda, bahkan banyak yang menimbun-nimbun barang sehingga barang tersebut langka didapat lalu dia memperoleh keuntungan besar dari perbuatannya tersebut. Pada hal jelas jual beli seperti ini dilarang dalam Islam.
Belum lagi praktek ribawi yang banyak dilakukan masyarakat, sehingga terkadang ada peminjam yang harus mengembalikan uang pinjaman dengan berlipat karena telat atau tak sanggup membayar tepat waktu.
Para pengusaha dan orang-orang kaya yang diberi harta berlebih, terkadang kita lihat masih enggan mengeluarkan hak fakir, miskin dan mustahak zakat. Mereka merasa sayang mengeluarkan hartanya untuk melaksanakan salah satu kewajiban agama yang harus dilakukan seorang hamba yang memiliki rezeki berlebih.
Penguasa yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat, melakukan korupsi memakan uang rakyat dan perbuatan kemaksiatan yang banyak dilakukan orang dengan sengaja menjadi penyebab Tuhan enggan menurunkan air yang menjadi kebutuhan pokok makhluk hidup. Kita lihat kemaksiatan merajalela dilakukan oleh manusia, mulai perjudian yang samar-samar bentuknya sampai yang terang-terangan dilakukan orang, prostitusi dan perzinahan dilakukan tanpa rasa malu, mencuri, merampok dan membunuh telah menjadi hal biasa kita lihat. Semua kejadian di atas tentu berdampak terhadap minimnya curah hujan dari langit.
Seandainya tidak ada makhluk lain tentu Tuhan tidak akan menurunkan hujan dari langit, karena kasih dan sayangnya Tuhan kepada hewan dan tumbuh-tumbuhan maka hujanpun Dia turunkan.
Solusi Mengatasi Kekeringan
Jalan keluar agar Tuhan menurunkan hujan tentu dengan jalan taubat, setiap insan sejatinya menyadari bahwa kelalaian, kezaliman dan kemaksiatan yang telah dilakukan kepada Tuhan harus segera diberhentikan. Kepada para pedagang berhentilah untuk mengurangi timbangan, para penguasa dekatkan diri kepada Tuhan, jangan melakukan tindakan yang merugikan bangsa, Negara dan rakyat kecil. Para pelaku maksiat berhentilah untuk meningkatkan kemaksiatan, segeralah mohon ampunan Tuhan, dekatkan diri kepada-Nya, perbanyak amal kebajikan dan tingkatkan kebaikan.
Bagi kita yang memiliki harta berlebih keluarkan zakat, berikan hak yatim piatu, fakir miskin dan mereka yang membutuhkan. Jangan menumpuk kekayaan, dekatkan diri kita kepada-Nya dengan kekayaan yang kita miliki.
Sejatinya kita mengingat pesan Allah dalam Alquran,” Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiyaa’: 35). Ayat ini tentu mengingatkan kita bahwa hidup manusia tidak akan sepi dari ujian, cobaan dan berbagai rintangan baik yang baik maupun yang buruk. Dengan ujian tersebut Allah mengingatkan kita agar senantiasa tidak melupakan-Nya, selalu berdo’a agar keluar dari ujian tersebut dengan selamat.
Manusia makhluk lemah, ketika Dia berikan kepada kita ujian maka jangan menjauh dari-Nya dekatkan diri kepada ilahi. Untuk mengingat keagungan Tuhan Sang Pemberi nikmat, yang menghidupkan, mematikan serta menurunkan hujan maka lakukanlah shalat istisqa’.
Shalat istisqa adalah shalat untuk memohon hujan dari Allah swt. Shalat sunah istisqa itu hukumnya adalah sunah bagi orang yang muqim (menetap), dan juga bagi orang yang bepergian ketika membutuhkan, sebab terputusnya hujan atau terputusnya sumber air, dan sebagainya.
Shalat sunah istisqa itu boleh diulang kembali untuk yang kedua kalinya dan lebih banyak lagi dari yang sudah dilaksanakan, jika belum dikaruniai hujan hingga Allah mengaruniai hujan. Shalat istisqa memiliki banyak kebaikan dan nasehat-nasehat, dengan shalat istisqa kita diingatkan oleh imam agar bertaubat dan taat mengikuti perintah-Nya, kemudian dianjurkan memperbanyak sedekah lalu menghentikan diri dari berbagai perbuatan lalim atau durhaka kepada sesama hamba (manusia), supaya berdamai (bersikap baik) terhadap musuh-musuhnya.
Dianjurkan sebelum melaksanakan shalat untuk berpuasa karena salah satu doa yang didengar Tuhan adalah mereka yang berpuasa. Kemudian melaksanakan shalat dengan khusyu’, merendahkan diri dihadapan ilahi seakan-akan kita makhluk yang hina. Jangan lupa kita mengajak semua orang dari anak-anak, remaja maupun orang-orang tua. Shalatlah dengan pakaian yang biasa dipakai, sederhana dan tidak memakai wangi-wangian. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita untuk menjadi hamba yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada-Nya, amin.
Penulis Pembimbing rohani di Pusat Rehabilitasi Narkoba Pamardi Insyaf Kemensos Sumut, dosen STAI Darularafah dan mahasiswa S 3 UIN-SU.