Oleh: Isnaini Kharisma.
Mengenal desain arsitektur lansekap sebenarnya sangat mudah dilihat dari keberadaan taman di tengah kota. Sebab, definisi Arsitektur Lansekap sendiri memang berkaitan dengan pengaturan lahan di tengah kota. Seorang arsitek merancang arsitek taman biasanya cenderung memiliki patron arsitektur lansekap.
Arsitektur jenis ini, menurut Meyga Fitri Handayani, ST. MT, merupakan ilmu dan seni perencanaan (planning) serta perancangan (design) lalu pengaturan lahan, penyusunan elemen-elemen alam dan buatan melalui aplikasi ilmu pengetahuan dan budaya. "Lalu harus memperhatikan keseimbangan kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan sumber daya hingga pada akhirnya dapat tersajikan suatu lingkungan yang fungsional dan estetis," ujarnya kepada Analisa.
Aturan taman pun, ketika ingin didesain dengan arsitektur lansekap juga ada tata caranya. "Aplikasi desain taman pada arsitektur lansekap ada beberapa tahap. Sebelum merencanakan sebuah taman, kita harus menetapkan tujuan, sasaran dan gagasan awal dari rancangan lansekap taman yang hendak dicapai," paparnya.
Kemudian, dari gagasan tersebut, ada banyak hal yang seharusnya tidak boleh luput dari perhatian. "Gagasan tersebut yakni segi fungsi, bentuk, estetika dan teknologi. Barulah tahap berikutnya kita melakukan analisis dan pembuatan konsep rancangan, terkhusus harus dengan pertimbangan komponen-komponen desain dan prinsip-prinsip dari desain lansekap," ujarnya.
Terkait arsitektural lansekap di dua taman di Medan, misalny Taman Beringin dan Taman Ahmad Yani, Mega memberikan pendapatnya. "Taman Beringin berada di jalan Jendral Sudirman dengan luas sekitar 12.219 m2, berada di depan rumah dinas Gubernur Sumatera Utara. Kondisi lahannya berkontur, dan tepat di samping sungai," tuturnya.
Vocal point Taman Beringin, lanjutnya, ada pada kolam air mancur. "Vocal pointnya adalah air mancur, yang dijadikan pusat berkumpul. Artinya, keberadaannya sangat penting, salah satunya berfungsi mengurangi polusi," ujarnya.
Unsur berikutnya dalam arsitektur lansekap, adalah penyusuna elemen-elemen alam. "Jenis tumbuhan di Taman Beringin lebih kurang ada 20 spesies tanaman. Dari papan nama yang dipasang Pemerintah Kota Medan, fungsi utama taman ini sebenarnya lebih mengarah sebagai hutan kota, taman juga dilengkapi dengan permainan untuk anak-anak," katanya.
Tetapi, dia meragukan fungsi hutan kota pada taman ini dikarenakan jenis elemen alam seperti tanaman-tanamannya yang sangat minim. "Jika taman merupakan hutan kota, sayangnya, jenis tanaman yang ada cukup sedikit dan kurang bervariasi. Kondisi pepohonan saat ini juga sudah sangat tua sehingga membahayakan," ungkapnya.
Berikutnya, dia pun memiliki pandangannya sendiri terhadap Taman Ahmad Yani. "Taman ini memiliki luas sekitar 19.110,20 m2 berada di Jalan Imam Bonjol dan Jalan Sudirman. Taman ini, setahu saya, awalnya dirancang Pemerintah Belanda yang difungsikan sebagai alun-alun. Wadah berkumpulnya penduduk di sekitar taman, yang saat itu mayoritas merupakan orang-orang Belanda yang mendukung keberadaan bangunan Rumah Sakit, Gereja dan Sekolah pada masa itu," sebutnya.
Vocal Pointnya ada pada sebuah monumen patung pahlawan Indonesia, yakni Ahmad Yani. "Keberadaan patung Ahmad Yani menjadi vocal point pada Taman Amad Yani. Patung ini merupakan hasil karya Ki Heru. Sebenarnya, kawasan Taman Ahmad Yani sangat kental kaitannya dengan nilai historis juga terhubung sebagai kawasan konservasi (pelestarian)," jelasnya.
Selain itu, saat ini, Taman Ahmad Yani dijadikan taman kota dengan fungsi utama sebagai tempat rekreasi. "Selain memiliki jenis tanaman yang cukup banyak dan beragam taman, taman ini juga dilengkapi dengan beberapa sarana olahraga dan permainan anak-anak," lanjutnya.
Tetapi, sayangnya, taman ini mengabaikan nilai historis. "Keberadaan patung Ahmad Yani sebagai pengingat kesan monumental pada kawasan tersebut, nyatanya telah hilang. Adanya pepohonan di sekeliling taman yang terlalu penuh sehingga menutupi keberadaan patung tersebut. Patung yang menjadi ciri kawasan itu tidak terlihat dengan jelas dari ke empat sisi jalan. Selain itu, Taman Ahmad Yani memiliki 4 pintu masuk, tapi sayang hanya 1 pintu masuk yang difungsikan," lanjut Mega.
Taman Beringin bertujuan sebagai hutan Kota tapi variasi tanaman sangat minim. "Seharusnya, selain sebagai hutan kota, Taman Beringin dapat difungsikan menjadi taman edukasi dan penelitian. Sehingga masyarakat, khususnya generasi muda, dapat mengenal beberapa jenis tanaman misalnya dengan ada keterangan-keterangan pada tanaman di sana," katanya.
Untuk Taman Ahmad Yani, dengan tujuan sebagai taman rekreasi perlu memunculkan nilai historis. "Adanya upaya itu dapat menonjolkan kembali kesan monumental dari patung Ahmad Yani. Serta, harusnya ada penambahan cerita-cerita sejarah khususnya sejarah kawasan," lanjutnya.
Permasalahan lain, pada kedua taman kota ini, ada pada pengelolaan lahan parkir yang belum teralokasi dengan baik. "Seperti pada Taman Beringin, misalnya, lokasi parkirnya berada di dalam taman. Otomatis sangat mengganggu taman itu sendiri, begitu juga di Taman Ahmad Yani. Artinya, perlu disediakan tempat parkir khusus untuk kendaraan. Selain itu, yang tidak boleh dilupakan, adalah parkir untuk sepeda, harusnya juga dibuat," katanya.
Masalah sirkulasi pada kedua taman ini sebenarnya sudah cukup baik dan memadai. "Pola sirkulasinya cukup baik, bahan yang digunakan sudah sesuai. Yang perlu ditambahkan adalah sirkulasi untuk penyandang cacat dan orang tua, misalnya untuk pengguna kursi roda. Di Taman Ahmad Yani, ada baiknya ke empat pintu masuk difungsikan sehingga pejalan kaki dapat mudah masuk dari berbagai sisi taman," ucapnya.
Drainase kedua taman pun sebenarnya sudah baik. "Tetapi sebaiknya drainasenya tertutup agar tidak membahayakan anak-anak. Di Taman Ahmad Yani, saat ini, drainase dekat dengan sarana olahraga, artinya, bisa saja anak-anak terjatuh. Drainase yang tertutup, gunanya, selain lebih aman dan rapi, juga dapat difungsikan sebagai pedestrian," ujarnya.
Mengenai kenyamanan, alumni Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) dan Insitut Teknologi Medan (ITM) ini memiliki pandangannya. "Kenyamanan kedua taman masih kurang. Taman Beringin lebih banyak digunakan oleh remaja untuk pacaran. Jadi, kalau kita bawa anak-anak, kesannya tidak baik yang didapat. Keberadaan pedang kaki lima di sekitar taman kurang juga kurang nyaman," sebutnya.
Diperlukan penataan untuk hal yang satu ini dan memberi pemahaman. "Secara umum, dua taman ini perlu ditata ulang. Perlu adanya penambahan penerangan yang cukup banyak dan pengadaan tempat-tempat sampah, sehingga taman menjadi nyaman dan bersih. Satu lagi, harus lengkapi taman dengan sarana khusus penyandang cacat (disabilitas) karena mereka juga punya hak menggunakan taman kota," tambahnya.
Ada beberapa hal, jika ingin membuat taman ini lebih tertata, khususnya bisa mengaplikasikan desain arsitektur lansekap di dalamnya. "Aplikasi desain yang perlu diperhatikan ada pada banyak hal. Pertama, bahan material lansekap yakni soft material (seperti tanaman) dan hard material (seperti: lampu taman, bangku taman)," ujarnya.
Berikutnya, skala atau kesan yang ingin disampaikan pada taman. "Seperti skala intim, skala monumental dan skala ruang kota. Selain itu, sirkulasi juga penting, harus ada pola sirkulasi dan pola pergerakan manusia. Lalu, tata hijau yang berkaitan dengan penataan tanaman misalnya menggunakan tanaman sebagai pengontrol pandangan, pembatas, pengendali iklim, pencegah erosi, nilai estetis," paparnya.
Kemudian, fasilitas parkir, pencahayaan, pola lantai, kenyamanan dan drainase. "Fasilitas parkit berkaitan dengan tata letaknya, pola parkirnya, penggunanya dan kapasitas parkir. Pencahayaan berkaitan dengan pengunaan cahaya seperti lampu taman. Lalu, pola lantai berkaitan dengan pembentukan pola-pola lantai yakni perkerasan lantai seperti pada pedestrian dan plaza. selanjutnya, kenyamanan yang berkaitan dengan penggunaan ruang yang harmonis baik dari segi bentuk, tekstur, warna, aroma, suara dan cahaya. Dan khususnya drainase, yang berkaitan dengan sistem saluran pembuangan di taman," jelasnya.