Oleh: Jekson Pardomuan
“Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi. Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua. Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.” – Pengkhotbah 9 : 10 – 12.
Ketika baru tamat kuliah dan mencari pekerjaan, ada banyak orang yang sangat sungguh-sungguh dalam berdoa dan meyakinkan diri sendiri, saat sudah mendapatkan pekerjaan akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan sekuat tenaga. Seiring waktu berjalan, ketika pekerjaan sudah ditangan dan dijalani beberapa saat perasaan malas pun mulai muncul.
Terkadang ada suara dari kata hati yang mengatakan bahwa pekerjaan tersebut sesungguhnya tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan kita alias salah jurusan.
Akan tetapi, ketika kita telaah lebih jauh bahwa saat ini sudah banyak orang yang sukses di salah satu bidang pekerjaan ternyata latar belakang pendidikannya bertolak belakang bidang ilmu yang selama ini digelutinya di dunia kampus.
Mendapat pekerjaan “harus” sesuai dengan bidang ilmu yang kita pilih di perguruan tinggi sah-sah saja sepanjang lapangan kerja tersebut mau menerima kita. Bagaimana kalau tidak ? Apakah kita akan menunggu tahun-tahun berikutnya sampai perusahaan yang seirama dengan bidang ilmu kita membuka lapangan pekerjaan lagi ?
Dalam kitab Pengkhotbah pasal 9 yang di tulis oleh Raja Salomo, dimana seluruh isi kitab ini mengisahkan tentang pemahaman dan pengetahuan tentang apa sesungguhnya yang terjadi pada manusia dan apa sesungguhnya yang harus kita lakukan dalam menjalani hidup dimuka bumi ini.
Raja Salomo mengajak kita untuk benar-benar menikmati hidup ini sebagai berkat luar biasa dari Tuhan. Kalau tidak, kita akan tetap merasa tidak sunggung-sungguh dalam melakukan pekerjaan apa pun. Kita tidak bekerja dengan sekuat tenaga.
Yohanes 6 : 27 menuliskan “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."
Hidup di dunia ini rasanya sangat sia-sia karena pada akhirnya kita semua akan dijemput oleh kematian. Namun bagi Salomo adalah lebih berguna menikmati hidup sebagai pemberian Allah, dari pada meratap dan mengalami ketakutan menanti kehidupan. Nikmatilah makanan dan minuman selama ada dalam kehidupan sebab itu adalah pemberian TUHAN Allah pencipta. Nikmatilah segala sesuatu yang kita peroleh dari kerja keras kita bekerja dan pekerjaan yang kita kerjakan diberkati Tuhan dengan penuh sukacita.
Disaat kita selalu mengucap syukur kepada Tuhan, maka kita akan merasa hidup bahjagia. Kebahagiaan harus diusahakan oleh manusia. Itulah sebabnya dalam Pengkhotbah Raja Salomo menyarankan bahwa manusia perlu bekerja keras sekuat tenaga untuk menghadirkan kebahagiaan dan sukacita dalam hidup.
Lebih jauh, Pengkhotbah menyatakan dalam ayat 10 bagian akhir bahwa bekerja atau mengusahakan sesuatu adalah ciri dari orang hidup. Sebab orang yang sudah mati tidak mungkin melakukan apa-apa. Selagi masih hidup bekerjalah!! Selagi masih hidup usahakanlah kebahagiaan dan sukacita itu.
Untuk menikmati kebaikan Tuhan dan memperoleh kebahagiaan dalam menjalani hidup yang sementara ini, firman Tuhan dalam Pengkhotbah menegaskan “Biarlah selalu putih pakaianmu”. Artinya bahwa selama menikmati hidup ini sebagai karunia Tuhan; dan selama bekerja dan mengusahakan kebahagiaan hidup, maka usahakanlah kebaikan dan janganlah mengotori putihnya hidup itu dengan kotoran dosa. Hidup disebut bahagia dan dapat dinikmati apabila selama menjalani dan mengisi hidup ini, manusia menjaga dirinya dan warna hidupnya agar tidak terkotori oleh dosa.
Sebagian orang Kristen berpikir bahwa “bekerja” adalah hukuman bagi manusia lantaran manusia jatuh ke dalam dosa. Padahal, sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, TUHAN telah menciptakan manusia untuk bekerja. Terkadang, anggapan yang salah sering mewarnai kehidupan kita. Ada banyak laki-laki di daerah tertentu yang malas bekerja dan hanya duduk berjam-jam di warung kopi. Sementara isteri dan anak-anaknya bekerja dengan sungguh-sunguh demi untuk mendapatkan berkat dari Tuhan agar mereka bisa bertahan hidup.
Kejadian 2: 15 ketika TUHAN menempatkan manusia di Taman Eden “untuk mengusahakan dan memelihara” taman itu. Ini menunjukkan bahwa sejak awal, TUHAN menghendaki manusia untuk bekerja, bukannya pasif menunggu datangnya berkat atau turun begitu saja dari langit.
Menariknya, dalam nats yang kita baca hari ini (Pengkhotbah 9: 10), penulis kitab ini memotivasi kita untuk tidak setengah-setengah dalam bekerja. Bekerjalah “dengan sekuat tenaga”, dengan penuh kesungguhan, “apapun” pekerjaan kita.
Satuhal haruslah kita ingat, bahwa TUHAN menghendaki kita melakukan pekerjaan yang baik. Dan melakukan pekerjaan yang baik itu dengan sungguh-sungguh, sebab TUHAN berkenan bagi orang-orang yang dengan sepenuh hati menggunakan segenap talenta yang dimiliki untuk kemualan nama Tuhan.
Ayat 11 dari pasal ini “Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua,” mengingatkan kita untuk menyadari kemampuan kita sendiri dan mensyukuri potensi yang ada dalam diri kita masing-masing. Ketika dengan susah payah kita memperoleh pekerjaan, dan pada akhirnya Tuhan menjawab doa kita untuk bekerja sesuai dengan potensi yang kita miliki, maka bekerjalah dengan sungguh-sungguh dan sekuat tenaga, mengucap syukurlah senantiasa dan tetap berpedoman pada perintah Tuhan. Amin.