Medan, (Analisa). Jarak tempuh jalur pendistribusian bahan bakar minyak (BBM) ke Stasiun Pengisian Bahan bakar Minyak (SPBU) sering menimbulkan losses (kehilangan) pada proses pendistribusian. Karena itu, penerapan sistem distribusi terintegrasi diharapkan mampu menekan angka losses penyaluran BBM hingga ke masyarakat.
Direktur Utama PT. Elnusa Petrofin, Hafid Mulyadi, saat peluncuran Go Live Integrated Fleet Management System PT. Pertamina Persero, di Medan, Jumat (28/8) menyebutkan sistem baru akan meminimalisir losses tersebut. “Sifat BBM ini kan terjadi penguapan. Selama proses pemindahan dari terminal/depot BBM sampai ke tujuan juga akan terjadi penguapan itu, sehingga membuat beberapa bbm hilang. Pemerintah menerapkan batas tolerir losses hingga 0,15 persen. Dengan adanya sistem ini, kita berharap angka losses itu semakin kecil,” ucapnya usai acara yang dihadiri sejumlah pengusaha SPBU di area Sumbagut.
Meskipun, dilanjutkannya, selama proses perjalanan, proses penguapan pasti terjadi. “Tidak mungkin tidak ada losses, mengingat sifat BBM itu sendiri. Namun kita berusaha menekannya sekecil mungkin. Apalagi, Medan dan area Sumbagut salah satu daerah konsumsi terbesar. Dengan sistem yang kami bangun ini, tidak hanya pertamina yang bisa mengontrol perjalanan pendistribusian BBM, tapi juga pihak terkait, seperti Elnusa sebagai pengelola ditribusi, sekaligus SPBU dapat mengontrolnya langsung,” jelasnya.
Senior Supervisor External Relation Pertamina MOR I Sumbagut, Zainal Abidin, membenarkan ada kendala infrastruktur yang membuat losses bisa saja terjadi. “Salah satu kendala distribusi BBM di Sumut adalah infrastruktur. Hampir 80 persen distribusi menggunakan mobil tangki, baik ittu BBM maupun LPG. "Akibat kendala itu, jarak tempuh memberikan dampak, misalnya, kalau dari depot ke SPBU harusnya 1-2 jam saja, malah jadi berjam-jam mobil tangki itu sampai. Akibatnya, tingkat lossis bisa saja bertambah akibat jalur itu,” sebutnya.
Sampai saat ini, u capnya, pemerintah masih menerapkan bats toleransi losses hingga 0,15 persen. “Losses BBM saat ini yang masih ditolerir, selama pendistribusian dari depot ke tempat pmbongkaran, adalah 0,15 persen. Sifat bahan bakar minyak itu sendiri yang membuat ada penguapan dan berakibat pada losses,” katanya.
Erwin Dwiyanto, Perwakilan Tim ‘MOrE’ (Marketing and Operation Excellence) Kantor Pusat Pertamina, menjelaskan, pihaknya menargetkan angka losses hingga 0,2 persen. “Setelah sistem ini berjalan 1-2 bulan, kita baru bisa lihat hasilnya. Targetnya, diharapkan, dapat mengurangi losses hingga 0,2 persen karen a di Jakarta saja sudah bisa menekan sampai 0,18 persen. Minimal bisa menekan losses serendah mungkin di SPBU,” sebutnya.
Dalam sistem terintegrasi ini, ada beberapa hal yang bisa meminimalisis angka losses BBM. “Di dalam sistem ini terdapat beberapa fitur yang dibuat untuk perbaikan layanan monitor distribusi. Sehingga lossis itu bisa ditekan. Nama layanannya Integrated Fleet Management System. Di sana ada beberapa fitur yang didukung GPS tracking system. Gunanya mengetehui informasi dengan memonitor kiriman mereka secara validasi di terminal BBM, melalui proses pengisian, sampai perjalanan, hingga ke SPBU. Jadi, systemnya bisa digunakan dengan gadget apapun yang yang memiliki akses internet,” katanya.
SPBU, pemilik user id, bisa memonitor pengiriman truk tangki BBMnya. “SPBU bisa melihatnya, dengan menggunakan akses id dan passwordnya masing-masing. Mereka bisa memantau Tangki BBM sampai mana saja, kapan mobil tangkinya berhenti, bahkan siapa sopirnya. Kalau mobil tangki keluar dari jalur, SPBU juga mendapatkan warning, atau kalau mobil tangki datang terlambat, mereka bisa langsung komplain. SPBU bisa langsung dapat feedback,” jelasnya.
Layanan Integrated Fleet Management System diluncurkan di Medan dan di beberapa tempat, di antaranya Makassar dan Bandung. Hadir beberapa stakeholder, baik itu dari Pertamina MOR I Sumbagut yakni General Manager Pertamina MOR I, Romulo Hutapea, maupun pihak terkait lainnya. Dengan adanya sistem ini, pengusaha bisa memonitoring pendistribusian tangki BBM sehingga mampu mengantisipasi kemungkinan losses yang terjadi. (st)