APA JADINYA NEGERI INI
Amrin Tambuse
Apa jadinya bangsa ini
jika banyak penghuninya iri dengki
adu jotos dan kekuatan
wahai, Tuan- tuan
ingat- ingatlah sama kami
sebagai generasi penerus negeri ini
Langkat, 2015
KUTULIS SAJAK- SAJAK INDAH
Amrin Tambuse
Kutulis sajak-sajak indah
sajak orang-orang berdasi
duduk di ruangan nyaman sekali
membahas segala pernak pernik negeri
katanya:
demi kemakmuran rakyat di kemudian hari?
Langkat, 2015
SEBAGAI CERMIN KAMI
Amrin Tambuse
Bapak-bapak, ibu-ibu
beri contoh yang baik sama kami
agar kami beradab dan bermoral
jika engkau buruk dalam bersikap
maka buruklah tabiat kami
bila engkau tiada kejujuran
bersiaplah jika kelak kami jadi siluman
Langkat, 2015
BERSATULAH
Amrin Tambuse
Bersatulah wahai saudaraku
mari bahu membahu
membangun Indonesia jaya
mari berjabat tangan
eratkan barisan
kibarkan semangat
jadilah bangsa berwibawa
yang tak mudah diadu domba
Langkat, 2015
CERITAKU
Eva Riyanty Lubis
Sebelum saklar ingatanku meredup
anai-anai bubus datang menyapa
kabut menghalangi kedua retina hitamku
akan kuceritakan sebuah kisah
tentang dunia yang terpahat di hati
sibak matahari turut memicingkan mata
aku tahu dia pun ingin mendengar
jadi, Kawan, dunia telah terbelah
menunjukkan lapisan demi lapisan menganga
berlonggok-longgok hingga tiba saatnya ia memuntahkan lahar panas nan bau
tak usahlah berikan senyuman penuh liku
sudahlah, kita bersembunyi saja
lalu tertawa sepuasnya
bukankah sudah kukatakan kalau ini hanya sebahagian dari ceritaku?
Medan, Februari 2015.
CURAHAN HATI SI PECINTA
Eva Riyanty Lubis
Tubuhnya lebih dulu undur dari usia
tak ada pendar di kedua bola matanya
ia telah menjelma menjadi senyap
namun, bibir tipis yang telah melalui berbagai macam babak
kehidupan itu memberi jawab bersama setetes air mata yang jatuh
"masa lalu ketika aku menjadi mawar adalah nikmat dan sesal yang membelenggu.
itu bukan takdir dari Tuhan. tetapi akulah yang memutuskan untuk menulis takdirku sendiri."
Medan, Februari 2015.
KEHIDUPAN
Eva Riyanty Lubis
Kehidupan adalah buku
berisi lembaran-lembaran penuh warna
terkadang ada sakit yang menggerogoti raga
pun pada jiwa yakni pedih hingga hilang akal lalu berteman kegilaan
ah, kehidupan tak pernah berubah nama
namun, ia tetap terbiasa menghantui
Medan, Februari 2015
YANG TERHAPUS
Eva Riyanty Lubis
Kita yang dulu rela menghabiskan waktu duduk berdua
di puncak bukit Simarsayang
menyusun warna masa depan
bersama anatomi dari A hingga Z
namun, ketika aku berbalik dan terlambat sejenak menoleh padamu
kau telah menghapus namaku, tak bersisa
ternyata, begitu cepatnya cinta berpindah alamat
lalu aku dan cintaku hangus terbakar
Medan, Februari 2015
ISYARAT BAGI DEBU
Satria Aman Purba
Angin itu memberi isyarat bagi debu
menggesernya dari sela-sela batu
bahkan ingin jua menerbangkannya ke sana
hujan ikut menyirami lagi
dan berharap menghapus bekas-bekas
di hamparan itu hingga semua sirna bersama sang waktu
CURAHAN HATI
Satria Aman Purba
Adakah sesuatu yang bisa menjawab kisah dalam hidupku ?
lalu aku bisa merebahkan tubuh ini
di pangkuannya
mengapa orang-orang tak tahu soal yang telah terungkit di diri ini
mungkin….
aku hanya bisa menjawab mungkin saja
kadang aku harus menangis juga
tuk berbagi dengan orang lain
tapi apalah daya memang aku harus jalani semua itu
cukuplah waktu berputar menurutku
malam tak usah lagi bertamu
hingga pagi tak mau datang kembali
DITELAN WAKTU
Satria Aman Purba
Baru saja kuterima rasa di dada
mulai hidup dan bertumbuh jadi bunga
lalu dedaunanpun mulai bertumbuh
begitu jua tunas-tunas baru
di selang-selingi warna-warni
namun semua sirna ditelan waktu
hingga rasa itupun jadi berlalu
TOLIKARA
Riduan Situmorang
Di Tolikara, atas nama Tuhan kita menghujat
semua berkelebat dan kuyup atas rasa curiga
oh, kita saling mencecar
Tuhan menjadi pahit
manusia menjadi cacing
menggelepar kepanasan
kita tak peduli, kita menjadi tuli
oh, kita lagi-lagi tak peduli
kita membunuh kebenaran
kita makin berjibaku
argumen demi argumen berkeriapan
Tolikara semakin keruh
otak kita makin gaduh
teduh sudah terbunuh
masihkah kita saling mengeluh?
CERITA DAUN-DAUN
Riduan Situmorang
Dari tanah ia membuncah dan pecah
dimesrainya getir-getir air
dicumbuinya angin-angin sayu
direngkuhnya zat-zat tanah
Tuhan bersuka cita
maka, dikirimnya matahari
dia semakin bertumbuh
tangkai mengeluarkan tunas
tunas melahirkan daun
dan, daun itu menjadi cerita
menangkap debu mengolah makan
dia tak takut untuk gugur
dia hanya tahu
cerita hidup ini diimpit sedih dan duka
TANGKAI ANGIN
Riduan Situmorang
Tentang angin yang menukik
dia sudah lama bercerita
melalui sayup-sayup yang kau tepis
melalui daun telingamu
masih ingatkah, ketika ular merayumu
di hutan itu, kau makan buah terlarang
angin seketika berhenti
terlemparlah kata yang tak mau kau dengar
: angin akan berhenti dan kamu suatu saat akan mati
angin masih sepoi
melewati gunung yang pernah kita cumbui
saatnya nanti, angin itu patah
kau akan coba menyambung
tapi, Tuhan sudah mematahkan angin
tangkainya tak terlihat
namun, tangkai itulah yang akan memukulmu terjatuh
MEMANDANGMU
Riduan Situmorang
Kata bosan seketika kiamat
remah-remah semangat yang dulu terkapar mendadak berkobar
oh, kau begitu berbeda
seumpama apa kusamakan dirimu
baiklah, baiklah, baiklah
kau hanya kata yang tak berkesudahan cerita
tubuh yang tak berkesudahan jiwa
waktu yang tak berkesudahan kisah
denganmu, mimpiku semakin kekal
sekali lagi, kumemandangmu
ingin aku menyentuh hatimu
sementara dengan hatiku aku masih belum berdamai
tetapi, hatiku semakin kacau tanpa memandangmu
adakah hati ini hanya damai dengan memandangmu?
susah untuk mengakuinya
sesusah bagaimana kalau aku tak memandangmu
bisakah aku memandangmu selalu?
usah khawatir
kuikrarkan, mataku tak akan pernah berkedip
asal saja kau merelakan aku untuk memandangmu!
dan, aku akan selalu begitu
:memandangmu dan memandangmu!
HUJAN DI BUKIT TANTAMAN #1
Mirna Alfiani
Lagi-lagi pagi tak bersahabat dengan langit
hujan di bukit tantaman
membungkus indahnya panorama desa ini
tak terdengar suara kicauan burung
memburu padi-padi para tani,
hanya gemuruh air hujan yang jatuh
tak kenal segan.
Hujan di Bukit Tantaman #2
Mirna Alfiani
Kepada hujan
janganlah kau jatuhkan lagi sisa-sisa hujan semalam
mencumbui bumi dan luruh
tanah-tanah basah tergenang
kasihan burung-burung dan para tani
tak ada tempat untung bernaung
sekadar mencari sedikit rezki ketika pagi menyapa
kepada hujan
esok pagi
kutunggu langit cerahmu kembali
bersama hijaunya perbukitan.
BIBIR SENJA
Mirna Alfiani
Aku rindu pada bibir senja
setelah sekian lama ia tak tampak
adakah ia akan hadir kembali?
setelah rasa kabung melingkar di jiwanya
aku rindu pada bibir senja, yang tarian bibirnya
adalah sajian senyum, canda dan tawa.
namun.. semuanya berubah menjadi
bibir tangisan malam, karena basah oleh airmata duka.
BERCENGKRAMA PADA SEPI
Mirna Alfiani
Ini bukan kali pertama aku bercengkrama
pada sepi,
ditemani rintik hujan masih bernadakan
satu persatu,
bincang-bincang gundah pun memenuhi
relung jiwa,
semenjak rasa sakit yang teramat sakit
menempel di jiwa,
semenjak dia pergi menghancurkan janji
di bius isak,
demi cinta baru yang masih abu-abu
oh...
masih pantaskah kau dirindukan?
ORANYE
Biolen Fernando Sinaga
Ibarat puisi
warna oranye penuh ambigu
dia seragam pemadam kebakaran
tapi juga seragam pemantik api.
Medan, Juli 2015
CALON-CALON
Biolen Fernando Sinaga
Calon-calon mulai muncul
seperti laron
janji-janjinya bergalon-galon
calon-calon mulai muncul
menawarkan balon-balon
merah, kuning, hijau dan sebagainya
calon-calon mulai muncul
wajah menor baru keluar salon
aku hanya berlagak pilon.
Medan, 2008-2015
TAHTA
Biolen Fernando Sinaga
Memang asyik punya tahta
tadinya sesenti sekarang sehasta
tadinya lapar sekarang pesta
sadarkah mereka
oleh serakahnya, yang lain lara
dijanjikannya anggur, diberikannya bara
punya tahta, ingatlah sumpah
tak sanggup beras, setidaknya gabah
ada ingkar 'kan muncul tulah.
Medan, 2008-2015
SEKELUAR PENJARA
Biolen Fernando Sinaga
Sekeluar penjara
mereka kembali calonkan diri
jadi abdi masyarakat
mungkin mereka hilang malu
tak bisa tahan diri untuk maju
ingin lagi cicipi madu
akankah rakyat bodoh
memilih lagi dengan ceroboh
mengangkat penipu sebagai tokoh?
Medan, Juli 2015