Islam dan Budaya Membaca

Oleh: Gigih Suroso.

Beberapa waktu lalu penulis mengikuti kegiatan pelantikan Pengurus Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) dan Seminar Nasional Kebudayaan Gemar Membaca di Aula Perpustakaan Digital Unimed.

Tidak bermaksud untuk mewartakan kembali, tetapi dalam kegiatan tersebut disampaikan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia yang paling rendah di ASEAN, itulah mengapa pembentukan GPMB dibentuk dengan harapan dapat mengajak masyarakat Indonesia, khususnya Sumatera Utara untuk menumbuhkan kembali budaya gemar membaca.

Lagi-lagi Indonesia dengan penduduk mayoritas Islam lalai mengamalkan ajaran agamanya, semestinya dibandingkan dengan negara minoritas seperti Jepang dan Amerika, Indonesia dapat lebih maju dalam hal budaya gemar membaca. Sebab perintah membaca telah termaktub dalam Alquran. Islam adalah sebuah sistem hidup yang sangat fundamental dan holistik. Artinya, Islam tidak hanya berbicara mengenai 'ubudiyyah dalam konteks hubungan interpersonal dengan Allah. (hablum minaallah) tetapi lebih dari itu, Islam juga mengandung tuntunan hidup secara terperinci, mentitahkan manusia untuk membaca sebagai upaya meningkatkan ilmu pengetahuan.

Konsep Islam dalam mengajarkan umatnya untuk 'membaca' terkait pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban umat dijelaskan Allah dalam surah Al-alaq“ Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. “Kata Iqra’ adalah multi tafsir, namun tidak luput dari makna membaca buku dan dilandaskan oleh (Bismika rabbik) dengan nama Allah, dalam arti bermanfaat dan bernilai baik untuk kemaslahatan. .

Tidak dapat dinafikan bahwa terbentuknya sebuah peradaban berhasil, justru dimulai dari satu kitab (bacaan). Peradaban Islam lahir dengan kehadiran Alquran. Segala tatanan hidup manusia termaktub dalam Alquran, maka mereka yang jauh dalam arti tidak membaca Alquran akan berpotensi melanggar ajaran Islam. Pada zaman Jahiliyyah kehidupan manusia masa itu berjalan tanpa moral, begitu banyak kekejaman, kemungkaran dan penyimpangan yang dianggap kebiasaan. Karena itulah Rasulullah mengasingkan diri di gua Hira’ dan mendapatkan wahyu pertama kali (Alquran) dengan ayat berisikan kata “ Iqra” (bacalah!), secara tersirat mengandung makna, untuk membentuk sebuah peradaban yang jaya dan gemilang salah satu caranya dimulai dari “ membaca”.

Ulama Kita Gemar Membaca

Jika dikaitkan dengan menuntut ilmu maka sebenarnya membaca adalah sebuah media yang akan menjadi motor bagi kita untuk menghimpun sebanyak-banyaknya ilmu pengetahuan yang bernilai manfaat untuk maslahat. Secara tidak langsung, membaca adalah sebuah kewajiban, sebagaimana diwajibkannya menuntut ilmu. Rasulullah bersabda “ Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”. (H.R. Ibnu Majah). Media untuk mendapatkan ilmu salah satunya dengan membaca, jika ingin tahu ilmu agama, maka tentu kita harus membaca buku fiqh, tauhid Dll.

Dr.’Aidh bin Abdullah al-Qarni, MA dalam Best Seller Book “Dont Be Sad ” atau “ Laa Tahzan”. Ada 11 faedah dari pada membaca 3 diantaranya yaitu, Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja.Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman. Keyakinan seseorang akan bertambah ketika dia membaca buku-buku yang bermanfaat, terutama buku-buku yang ditulis oleh penulis-penulis muslim yang saleh.

Membaca ada satu solusi untuk menghapuskan kebodohan, sehingga orang-orang yang tidak dapat sekolah bisa mendapatkan pendidikan serta mengasah potensi dengan membaca. Para ulama terdahulu juga tidak sekolah, dan menyelesaikan jenjang pendidikan SD sampai S3 tetapi mereka bisa menjadi cendikiawan muslim yang sampai sekarang namanya terus dikenang. Itu semua karena mereka gemar membaca

Bercermin dari kehidupan para ulama yang tidak luput dari kegiatan membaca. Dikutip dari www.arrahmah.co. Imam As-Sakhawai berkata, “Ketika Imam Ibnu Hajar al-Asqalani melakukan perjalaan menuju Syam, ia membaca kitab Mu’jam atj-Thabrani ash-Shagir selepas shalat zhuhur hingga shalat ashar. Ia menamatkannya dalam satu majelis itu. Padahal, kitab terebut memuat sekitar lima ratus.”

Kita mungkin akan malu pada semangat baca Al-Fatih bin Khaqan, Ia selalu menyimpan kitabnya di dalam tas setiap mengikuti majelis ilmiah yang diadakan oleh khalifah al-Mutawkkil. Ketika ia hendak kencing atau shalat, ia harus meninggalkan majelis tersebut. Dalam perjalanan menuju kamar kecul atau tempat shalat, ia menyempatkan diri untuk membaca buku yang ada di dalam tasnya itu. Ketika kembali ke majelis ilmiah, ia juga melakukan hal yang sama.

Budaya gemar membaca para ulama terdahulu belum terwariskan pada era globalisasi saat ini. Padahal dengan membaca peradaban baru bisa diciptakan. Sebagai mayoritas muslim di Indonesia, tugas membudayakan kembali gemar membaca ada dipundak kita. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan semakin pesat, namun kita masih jauh tertinggal karena rendahnya minat baca yang mempengaruhi rendahnya pengetahuan.

Membaca adalah Ibadah

Membaca akan bernilai ibadah, saat diniatkan untuk menambah pengetahuan agama dan memberi manfaat untuk orang lain. Dilakukan semata-mata karena ingin meningkatkan kualitas diri menjadi lebih baik dan menambah ketaatan pada Allah. Bahkan dalam Alquran dijelaskan bahwa orang-orang yang berilmu akan diangkat derajatnya di sisi Allah, dan untuk menjadi golongan orang berilmu, tentunya terlebih dahulu berada pada golongan orang-orang yang gemar membaca. “Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.” (Al-Mujadilah 11)

“ Ibda’ Bin Nafsi” Mulai dari diri sendiri, tidak bermaksud menggurui, kita harus mulai membiasakan diri membaca, bukan mencari waktu luang, tapi luangkan waktu di tengah kesibukan untuk membaca, kemudian ini akan bernilai dakwah, diikuti oleh sekeliling hingga akhirnya gemar membaca menjadi sebuah budaya. Dengan begitu, kita berharap kebodohan akan hilang dan kejayaan Islam akan kembali datang. Sesuai fitrahnya, bahwa Islam adalah rahmatan lil a’alamin.

Penulis: Mahasiswa FEBI Jurusan Perbankan Syariah Semeter VII dan Kru LPM Dinamika UIN SU

()

Baca Juga

Rekomendasi