Demikian diungkapkan Juliski Simorangkir kepada wartawan di DPRD Sumut, Jumat (7/8) terkait hasil reses yang dilakukannya di Kecamatan Adian Koting Desa Dolok Nauli dan Desa Parsikaman Kabupaten Tapanuli Utara. Dia menjelaskan, kehadirannya disambut antusias oleh masyarakat, karena selama ini belum pernah dilakukan dialog antara masyarakat dengan anggota DPRD Provinsi Sumater Utara.
Dari keluhan marsyarakat, lanjut Juliski, Kecamatan Adian Koting merupakan wilayah terluas dari 15 kecamatan di Tapanuli Utara, tetapi merupakan kecamatan terbelakang dan dianaktirikan, karena 70 tahun Indonesia merdeka tidak ada kemajuan dan pembangunan sangat minim. Melalui reses, kata Juliski, masyarakat berharap DPRD Sumut membantu mewujudkan aspirasi masyarakat Adian Koting guna mendapat anggaran yang lebih besar, baik dari kabupaten maupun provinsi dan menekan Pemkab Taput lebih memperhatikan Kecamatan Adian Koting.
Disebutkan Juliski, masyarakat menginginkan pembukaan jalan baru ke area pertanian dan masyarakat siap memberikan tanahnya untuk dijadikan jalan. Masyarakat juga menginginkan pembangunan irigasi di lokasi yang lahannya cukup luas.
Selain itu, masyarakat menginginkan penyuluhan yang benar-benar mampu memberikan penyuluhan mengenai pertanian kepada masyarakat yang selama ini belum pernah didapatkan. Dari sektor pertanian, Juliski dari PKPI itu menerima aspirasi masyarakat sangat menginginkan bantuan bibit, pupuk, traktor.
Masyarakat juga mempertanyakan fungsi dari kelompok tani yang dibentuk karena selama ini kelompok tani yang mereka ikuti tidak ada hasil dan tidak pernah diberikan bantuan apapun. "Masyarakat menginginkan agar pemerintah membantu masyarakat dengan memberikan penyuluhan tentang peternakan ikan lele dan memberikan bantuan pengadaan bibit ikan lele," ujarnya.
Mengecewakan lagi, ungkap Juliski lagi, masih banyak daerah terpencil di kecamatan Adian Koting yang belum dapat dilalui kendaraan roda 2 dan roda 4 seperti Desa Torhonas dan Desa Siantar Naipospos belum merasakan 'merdeka', karena ke desa itu tidak bisa dilalui kendaraan. "Masyarakat di Kecamatan Adian Koting masih banyak belum dialiri listrik, padahal ada 2 unit pembangkit listrik di Kecamatan Adian Koting yaitu Unit Pembangkit Listrik Parsingkaman 1 dan Unit Parsingkaman 2," ungkapnya.
Kondisi yang dialami masyarakat saat ini, ungkap Juliski lagi, masyarakat sangat menderita dengan turunnya harga karet yang sangat rendah, sehingga tidak sanggup lagi untuk membiayai kehidupan sehari-hari dan banyak anak yang tidak sekolah karena tidak sanggup membiayai. Masyarakat minta pemerintah membantu untuk menanam Palawija dengan memberikan bibit, pupuk dan penyuluhan, agar tidak terus ketergantungan kepada hasil karet," katanya.
Tutup Lokalisasi
Masyarakat mengharapkan pembangunan BAK dan jaringan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, khusus di desa Tor Nauli masyarakat menginginkan agar 'lokalisasi' yang ada di desa agar ditindak tegas dan ditutup, karena hal tersebut sangat berlawanan dengan konsep Tapanuli Utara merupakan Kota Wisata.
Selain itu masyarakat desa Tor Nauli mendukung sepenuhnya pembangunan dan Penataan makam Pdt. Hendri Liman-Munson supaya menjadi daerah tujuan Wisata Rohani. Dalam reses yang dihadiri Sekretaris Desa, Camat Adian Koting Drs. BC Aruan,
Anggota DPRD Kabupaten Tapanuli Utara Pitua Simorangkir dan beberapa staff camat dan penyuluh pertanian, masyarakat resah akibat tidak bisa mengurus Sertifikat Tanah, karena tanah tersebut diinformasikan masuk dalam Kawasan Hutan Register 44. Padahal tanah itu sudah ditempati beberapa generasi. (rel/maf)