Sembahyang Arwah di Kedai Durian

Medan, (Analisa). Yayasan Budi Luhur bersama kurang lebih 500 warga Kedai Durian, khususnya umat Budha, Jumat (11/9) atau bertepatan tanggal 29 bulan 7 kalender Tiogkok melaksanakan sembahyang leluhur atau sembahyang arwah di makam Tionghoa komplek Yayasan Budi Luhur Kedai Durian, Kecamatan Medan Johor.

Selain ditandai dengan pembakaran replika rumah, baju, sandal dan kertas-kertas sembahyang lainnya, ritual sembahyang arwah yang setiap tahunnya dilaksanakan Yayasan Budi Luhur tersebut juga ditandai dengan penyerahan bantuan beras sebanyak 6 ton untuk warga kurang mampu di seputar makam Tionghoa dan warga lainnya di kawasan Kedai Durian.

 “Bantuan beras tersebut masing-masing disumbangkan Jasmin (Jakarta) sebanyak 5 ton dan Hutani (Medan) 1 ton. Tidak itu saja, Jasmin yang dikenal dermawan itu juga memberikan bantuan berupa biaya operasional ritual sembahyang arwah. Diantaranya pemasangan hio besar sepanjang 200 meter sisi kanan dan sisi kiri menuju pusat ritual di makam Tionghoa Yayasan Budi Luhur. Serta pengadaan makanan, buah-buahan dan lainnya,” ujar Ketua Yayasan Budi Luhur Harun atau yang akrab disapa Alun.

 Secara simbolis bantuan sembako berupa 10 kilogram beras itu diserahkan kepada sejumlah warga. Diantaranya para panitia persiapan ritual, sejumlah warga seperti Piyan, Ateng, Sugiono dan Tugirin yang mengaku sebagai penjaga makam orangtua Jasmin. Pelaksanaan sembahyang arwah tersebut dipimpin oleh seorang saikong.

Menurut Alun, bagi umat Budha sembahyang arwah atau sembahyang leluhur. Hal itu bertujuan untuk mengirimkan doa kepada leluhur. Biasanya pada ritual sembahyang arwah tersebut, katanya, para peziarah atau umat Budha melemparkan kertas-kertas yang dianggap sebagai harta benda di dunia arwah. Kertas-kertas ini antara lain bergambar uang, baju, rumah dan sayur mayur dan jenis makanan dan minuman lainnya.

“Penghormatan leluhur bagi warga Tionghoa adalah kebiasaan yang dilakukan anggota keluarga yang masih hidup, untuk berusaha mencukupi kebutuhan anggota keluarga yang sudah meninggal dan membuat mereka berbahagia di akhirat. Praktik tersebut merupakan upaya untuk tetap menunjukkan bakti kepada mereka yang telah meninggal, dan juga memperkokoh persatuan dalam keluarga dan yang segaris keturunan,” ujar Harun. Di bagian Harun juga menjelaskan, sembahyang arwah juga untuk menunjukkan rasa bakti kepada leluhur yang merupakan sebuah ideologi yang berakar mendalam pada masyarakat Tionghoa. 

 “Meskipun orang yang terkasih telah meninggal, hubungan yang terjadi selama ini masih tetap berlangsung. Serta orang yang telah meninggal memiliki kekuatan spiritual yang lebih besar dibandingkan pada saat masih hidup. Pengertiannya adalah para leluhur dianggap menjadi dewa yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi dan mempengaruhi kehidupan anggota keluarga yang masih hidup,” papar Harun.

 Seiring dengan ritual sembahyang arwah tersebut, pihaknya berharap pemberian sembako berupa beras bagi warga kurang mampu tersebut, dapat bermanfaat memenuhi tambahan kebutuhan hidup sehari-sehari. (msm)

()

Baca Juga

Rekomendasi