Seni Sketsa, Medan Pernah Marak

Oleh: Azmi TS

WALAUPUN tak banyak, tapi ada seniman konsisten menggarap senilukis “Sketsa” sebagai karya utuh bukan sebagai lukisan studi (latihan). Tercatatlah nama Ipe Ma’akroef, Yusuf Soesilo dan X Link di Jakarta. Tedja Suminar, Lim Keng dan Agoes Koecink dari Surabaya. Dari Bali ada Nyoman Gunarsa, selanjutnya Fajar Sidik dan Hery Wibowo dari Yogyakarta.

Seiring waktu berjalan seni sketsa juga marak di Medan. Pelukisnya Syamsul Bahri, Azis S.B, M.Y. Soekarno, Oncot Moeliyono almarhum. Walaupun mereka tiada, tetapi karya seni sketsa yang ditinggalkannya sungguh layak diapresiasi. Seni garis-garis mereka beragam tema dari figur, hingga lingkungan alam. Berbeda dengan Amran Ekoprawoto, garis sketsa tentang artefak tua di nusantara. Kalau Rasinta Tarigan seni sketsanya mengangkat adat istiadat Karo.

Seni sketsa di Medan dahulu pernah marak, masing-masing perupa punya ratusan sketsa. Ada juga yang diikutkan dalam aksi pameran. Para perupa yang tergabung dalam wadah Simpassri selalu menggelar acara bersama yakni menyeket langsung ke obyeknya. Perupa diberikan kebebasan memburu obyeknya terkadang ada yang menumpuk di suatu tempat, juga ada yang menyebar atau sendirian.

Perupa yang suka sendirian itu hanyalah ingin fokus. Sama sekali tak terganggu oleh kesibukan orang yang terkadang melintas dihadapannya. Pelukis itu adalah Oncot Moeliyono.

Terkenal dengan kegesitannya memburu obyek di tengah keramaian pasar. Beragam tema sketsa digarap namun yang menjadi tema favoritnya pastilah tentang kehidupan marjinal (kaum pinggiran).

Kaum yang kurang beruntung (terpinggirkan) itu seakan tak pernah habis sebagai obyek ide kreatif sekaligus sumber inspirasinya. Setiap minggu Oncot Moeliyono pergi memburu obyek tersebut, hingga dia rela berbaur di antara pengemis, tukang becak dan kuli panggul di pusat pasar. Tak berbilang kertas dan pena berganti sudah untuk mengungkapkan obyek tersebut, namun Oncot Moeliyono belum juga berhenti memburu sasarannya.

Dia juga masuk dan keluar gang kumuh. Lorong sempit di pasar, aroma bau amis kampung nelayan sudah menyatu dengan tubuh dan mata penanya. Dia juga dikenal sangat loyal dalam berorganisasi. Hampir separuh usia hidupnya total menghidupi keluaga dari senilukis. Dia juga sempat dipercayai pengurus Simpassri untuk, merawat, mengelola gedung tersebut untuk keperluan seniman yang mau berpameran.

Loyalitas dan totalitas Oncot Moeliyono, menurut hemat penulis sungguh luar biasa. Patut ditiru, hampir tak ada seniman setangguhnya berolahrupa. Sayang dia terlalu cepat pergi meninggalkan dunia ini. Warisan totalitas berolah rupanya, belum sempat dia dedikasikan sepenuhnya untuk senirupa kota Medan.

 Sketsa yang digarap Oncot Moeliyono memiliki ciri khas dalam perspektif. Termasuk detail garis obyek yang digoreskannya. Garis esensi obyek lebih menonjolkan ritme yang harmoni, dan kesan monotonpun terhindari karena dia pintar memilah-milahnya. Garis obyek yang perlu ditonjolkan dibuat tegas, sedangkan kesan latar belakang sengaja dibuat garis tipis saja.

Seni sketsa Oncot Moeliyono tanpa disadari, juga telah ikut mewarnai perkembangan senirupa di Medan. Karena seni sketsanya ini kalah tenar dengan senilukis, akhirnya kurang diperhatikan. Padahal buat pelukis, seni sketsa ini punya kontribusi cukup besar. Selain melatih kepekaan rasa, juga dapat mengasah keterampilan melukis secara cepat.

Inilah selalu memotivasi diri, sebelum  melukiskan obyeknya di atas kertas. Da mengawali itu lewat pengenalan karakter obyeknya terlebih dahulu. Setelah merasa cukup menyerap semua karakter obyeknya hasil perburuan, suatu saat akan dijadikan semacam memori (ingatan) visual. Sketsa baginya merupakan bagian tak terpisahkan dari rancangan yang akan dituangkan ke atas kertas atau kanvas lukisan berikutnya.

Menurut catatan penulis belum ada yang terkenang untuk mengapresiasi karya lukisan baik sketsa gambar maupun senilukis yang pernah diciptakan Oncot Moeliyono.

Simpassri kiranya wadah yang tepat dan pantas untuk mengapresiasikan dedikasi alm. Oncot Moeliyono selama ini. Mengingat Oncot juga ikut merawat gedung yang punya nilai khusus buat perjalanan senirupa di Medan, sejak wadah itu cukup lama geliatnya vakum.

()

Baca Juga

Rekomendasi