Eksistensi Kearifan Lokal Mulai Memudar

Medan, (Analisa). Plt Gubernur Sumut yang diwakilkan Eddy Sofyan me­ngatakan, kearifan lokal meru­pakan topik yang me­narik dibicarakan. Menipisnya Sumber Daya Alam (SDA) dikarenakan berkurangnya intensitas dalam membangun menye­bab­kan kearifan lokal mulai dilupakan. Ke­arifan lokal memiliki nilai-nilai sosial sebagai pengontrol SDA dan Sumber Daya Manusia (SDM). Kehadiran bu­daya asing yang masuk perlahan-lahan merusak budaya lokal.

"Eksistensi kearifan lokal mulai me­mudar. Diperlukan analisis dalam mengembangkan ekonomi masyarakat. Saya berharap Masyarakat Gloegoer dapat menjadi pioner sebagai masya­ra­kat yang mandiri, unggul dan ber­bu­daya," sebut­nya pada acara Dis­kusi Pub­lik dan Musyawarah Besar Ikatan Per­sau­daraan Masyarakat Gloe­goer di Grand Liberty Jalan KL Yos Sudarso Me­dan, Senin (31/8).

Prof Hasan Bakti Nasution, sebagai pembicara mengung­kapkan, dalam strategi memper­tahankan cagar budaya harus ada eksistensi. Warisan budaya pe­ninggalan para leluhur meru­pakan ke­kayaan kearifan lokal yang tetap dijaga dan jangan dijual.

Berjuang

Pentingnya kearifan lokal dalam men­jaga nilai-nilai budaya, juga di­te­kan­kan Ketua Panitia diskusi publik, Asmui Parinduri. Masyarakat Gloe­goer Kota Medan terus berjuang dan meminta Pem­ko Medan dapat melestarikan bu­daya melalui kearifan lokal. Dari catatan Ma­syarakat Gloegor, sudah banyak perkam­pungan di Kota Medan yang memiliki wari­san kebudayaan tergerus dan terlu­pakan karena pem­ba­ngunan modernisasi.

"Sudah banyak pem­ba­ngu­n­an tempo dulu yang be­rubah menjadi ruko, hotel dan plaza di Kota Medan. Lambat laun akan terasingkan dari kota yang telah diperjuangkan para le­luhur kita sejak masa penjajahan Belanda," ujarnya.

Dia berharap, diskusi publik dengan tema kembangkan potensi kearifan lokal dalam tatanan pembangunan yang harmonis, lestari sebagai pe­nyangga Medan Metropolitan yang modern, reli­gius dan berbudaya, Ke depan per­kam­­pungan Glugur Medan dapat menjadi heritage seperti di Perkam­pungan Be­tawi di Ja­karta. Ini merupakan gaga­san dari Masyarakat Gloegoer dalam mem­pertahankan wa­risan budaya sebagai kearifan lokal.

Dia juga berharap agar Pemko Me­dan dapat me­na­balkan nama-nama para ulama dan leluhur sebagai nama jalan di Kota Medan. Salah satunya adalah pe­ran orang Mandailing dalam mem­ba­ngun tata Kota Medan pada masa Penja­jahan Belanda. Misalnya Ab­dul­lah Lubis. (rel/rin)

()

Baca Juga

Rekomendasi