MODE pakaian wanita Perancis pada abad pertengahan. Tubuh "sempurna" dengan perut sekecil itu mustahil dimiliki tanpa bantuan Shapewear, alias pakaian dalam pembentuk tubuh.
“Pakaian jenis apapun akan muat dan membuat badan terlihat lebih ramping,” begitu cara perusahaan e-commerce yang menjual produknya lewat tv shopping merayu calon pembeli, terutama kaum hawa, untuk membeli shapewear atau pakaian pembentuk tubuh.
Dari Jaco, Gogomall, sampai Innovation Store ikut meramaikan pasar ini. Berbagai jenis pakaian pembentuk tubuh dalam situsnya. Berbagai merek seolah-olah berlomba menjual pakaian dalam yang akan membuat pemakainya terlihat lebih menarik.
Terlihat menarik merupakan hal yang diidamkan oleh kebanyakan perempuan. Hal inilah barangkali yang membuat produk tersebut laris di pasaran. Perlu diketahui bahwa pakaian pembentuk tubuh sebenarnya sudah populer sejak berabad-abad yang lalu. Ternyata, sejak dulu tampil menarik sudah menjadi kebutuhan.
Orang pasti bertanya-tanya apa fungsi pakaian pembentuk tubuh? Sebenarnya, shapewear ini merupakan jenis pakaian dalam. Pakaian dalam sendiri dirancang untuk memenuhi beberapa tujuan seperti mengubah bentuk tubuh, menjaga kesopanan, dan untuk alasan kesehatan.
Khusus untuk pakaian pembentuk tubuh ini ternyata tiap era memiliki tren tersendiri. Jadi, kapan pertama kali pakaian pembentuk tubuh untuk wanita ini ditemukan? Jawabannya tidak ada yang tahu pasti. Tetapi, sejarah merekam bahwa sepanjang waktu wanita telah melalui kisah panjang dalam hal fashion untuk menonjolkan atau menyembunyikan bagian-bagian tubuhnya supaya terlihat lebih menarik. Shapewear sendiri khususnya digunakan untuk membentuk, mempertegas, dan memperkuat tubuh.
Asal Mula
Korset merupakan jenis pakaian pembentuk tubuh yang paling populer. Bentuk korset juga berevolusi menyesuaikan tren dan bahan penyusun. Penemuan korset seringkali disalahkaitkan kepada Catherine de’ Medici, Istri Raja Prancis Henry II yang melarang terlihat pinggang yang padat di istana ketika masa kekuasaannya.
Faktanya, ide korset sudah lebih lama ditemukan pada masa Yunani Kuno atau barangkali jauh sebelumnya. Pada masa itu korset dipercaya memiliki kekuatan magis. Sebagai contoh, Ishtar, Dewi dari Babylon memakai korset untuk kesuburan.
Bentuk korset yang dikenal sekarang berawal dari abad ke-16. Saat itu korset terbuat dari berbagai jenis tulang binatang ataupun besi. Pada masa kekuasaan Ratu Elizabeth I di Inggris, idealnya bentuk tubuh wanita terlihat seperti lonceng dimana bagian bawah tubuh terlihat besar, pingang kecil, dan dada rata. Korset saat itu dilengkapi dengan bantalan di bagian pinggul untuk membuatnya tampak besar. Saat itu ada korset yang terbuat dari besi untuk mendapatkan tampilan dada rata.
Selanjutnya, pada abad ke-17, korset mulai terlihat mirip dengan korset yang lazim sekarang ini. Bagian bawah tubuh mulai diberikan kesempatan untuk terlihat lebih alami tanpa bentuk rok yang mengembang dan bergulung-gulung. Pada abad 18, bentuk rok yang bergulung-gulung menjadi tren kembali tapi hanya di bagian pinggang dan korset mulai ada lengannya.
Di era Ratu Victoria sekitar abad 19, bentuk jam pasir dipandang sebagai bentuk tubuh wanita yang ideal. Oleh karena itu, wanita pada zaman tersebut memakai korset untuk menarik pinggang mereka menjadi kecil yang kemudian lebih ditegaskan dengan pemakaian rok besar.
Pakaian pembentuk tubuh semakin berkembang setelah abad ke-19 dengan berbagai fungsi.
Pakaian pembentuk tubuh digemari wanita karena dianggap dapat membantu untuk tampil menarik. Besi dan tulang binatang pada mulanya menjadi bahan pembuat pakaian pembentuk tubuh – sepertinya terdengar menyakitkan ketika dipakai, akan tetapi seiring berjalannya waktu, bahan yang digunakan semakin bersahabat dengan wanita.
Abad ke-20 membawa perubahan bagi korset. Apa yang disebut sebagai “korset kesehatan” mulai diperkenalkan sehingga tidak menyulitkan para wanita untuk bergerak dan bernapas. Akan tetapi, bentuk pinggang yang kecil masih dipandang sebagai bentuk yang ideal.
Lanjut pada tahun 1920-an, tubuh yang ramping merupakan yang ideal. Wanita mendambakan bentuk tubuh yang kurus kelaki-lakian dengan sedikit atau tanpa lekukan. Pakaian dalam seperti kamisol, celana dalam, dan bra menjadi populer untuk membuat tampilan dada rata.
Tahun 1930-an korset kembali populer dengan dilengkapi bra dan tali pengait kaos kaki. Akhir tahun 1940-an bentuk tubuh yang berlekuk menjadi standar kecantikan saat itu. Hal ini dipengaruhi oleh adanya korset model baru sehingga pinggang yang ketat dan rok panjang menjadi tren.
Favorit
Berbeda dengan tahun 1950-an dimana pakaian dalam wanita mulai berfokus pada bagian dada dibandingkan pinggang. Bra menjadi pakaian dalam favorit untuk mengangkat dan memperbesar tampilan dada.
Gaya hidup hippy yang populer pada 1970-an membuat bentuk tubuh wanita dengan pinggang dan pinggul yang kecil tetapi berdada besar menjadi idaman. Bra menjadi pakaian dalam andalan pada saat itu. Lanjut pada tahun 1980-an, wanita diharapkan melakukan diet dan olahraga untuk mendapatkan bentuk tubuh yang kurus dan lebih berotot tetapi tetap memiliki lekukan di bagian-bagian yang tepat.
Pada tahun 1990-an, wanita ingin menjadi tinggi dan ramping tetapi juga memiliki dada yang besar. Hal ini tentu saja merupakan sesuatu yang jarang didapatkan secara alami dan sangat sulit untuk didapatkan kecuali dengan latihan yang tepat dan teratur. Pemakaian korset, body-shaper, pengecil paha, dan push-up bra menjadi sebuah kebutuhan untuk mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan.
Sampailah juga di era 2000-an dimana kurus menjadi sebuah bentuk ideal bagi tubuh wanita. Untuk mendapatkan bentuk tubuh yang demikian banyak cara dilakukan seperti operasi plastik, pemotongan lambung, dan berbagai diet ekstrem, bahkan ada yang sampai terkena gangguan makan karena terobsesi menjadi kurus. Pakaian pembentuk tubuh menawarkan solusi yang mudah dan nyaman untuk mendapatkan tampilan yang diharapkan.
Kalau penasaran seperti apa sih jenis pakaian pembentuk tubuh yang sedang menjadi tren sekarang, bisa dilihat koleksi berbagai produk, bahan pembuatnya tentu saja sudah sangat jauh berbeda dibandingkan pada abad 16 sampai19.
Saat ini bahan yang digunakan sudah relatif lebih nyaman dan tidak menyulitkan pemakainya. Teknologi garmen yang terus berkembang memberikan kontribusi bagi model dan teknik jahit pakaian pembentuk tubuh untuk membantu mendapatkan tampilan yang didambakan. Hal ini tentu saja makin membuat wanita menggemari pakaian dalam kesayangannya. (smc/ar)