Legitnya Bisnis Bolu Tape

MEMBAWA bolu tape buatan ibunya sebagai bekal saat ke kantor, Norma Suhaedah (30) dan M. Irwan (28) sukses menjalankan bisnis makanan berupa  bolu tape tersebut.

Dua kakak beradik ini memulai bisnis bolu tape dengan brand Mama Bolu sejak tahun 2013 di Tangerang. Awalnya, Norma selalu membawa bolu tape buatan sang ibu saat ke kantor. Teman-teman Norma pun ikut mencicipi dan mereka sangat menyukainya. Lama-kelamaan teman-teman kantornya pun memesan bolu tape buatan sang ibu.

Pada saat itulah terbersit di pikiran kakak beradik ini untuk membisniskan bolu tape buatan ibunya. Berbekal ilmu advertising sang adik, terbentuklah Brand Mama Bolu dengan produk bernama Bolu Tape Benteng.

Sejak dahulu, Norma mengaku sangat terinspirasi dengan nasihat Ustadz Yusuf Mansyur yang mengatakan  semua orang bisa jadi pengusaha.

Selain itu, Norma juga berkaca dari daerah lain yang kebanyakan memiliki oleh-oleh khas daerah. Dalam benak pikirannya, kenapa di Kota Tangerang tidak ada? Padahal Kota Tangerang adalah kota yang selalu bertumbuh perekonomiannya.

Atas dasar itulah, bisnis bolu tape ini terus berkembang. Meski usianya baru sekitar dua tahun, omzet bisnis makanan ini tergolong besar. Semula, bisnis bolu tape hanya menghabiskan modal kecil sebesar Rp1,5 juta saja. Kini, omzet per bulan dari bisnis kue bolu tape telah mencapai Rp25 juta dengan kapasitas produksi 100 box per hari.

Dalam menjalankan bisnis kue bolunya, ia ingin tampilan bolu tape buatannya lain dari pada yang lain. Norma pun memberi kreasi topping aneka rasa untuk mempermanis presentasi. Topping aneka rasa ini seperti rasa strawberry, blueberry, cokelat, keju, kismis, keju cokelat, dan kacang.

Untuk harga, ia juga memberikan harga yang beragam. Harga bolu tape yang original tanpa topping berada pada kisaran Rp30.000, dan Rp35.000 untuk yang ber-topping.

Hingga saat ini jangkauan pemasaran bisnis bolu tape telah mencapai seluruh Indonesia. Hal ini karena Norma memasarkan produknya secara online, mulai dari sosial media, website ataupun blog.

Kini, bisnis makanan Norma dan Irwan sudah memiliki satu outlet berkat bantuan dari Dinas Indagkop Kota Tangerang dan Angkasa Pura.

Ke depan, mereka berdua ingin membuka cabang di wilayah Tangerang Raya. Saat ditanya apa kemenangan terbesar selama menjalankan bisnis makanan ini, Norma mengaku bahwa kemenangan terbesarnya terjadi saat bisnis bolu tape mampu menjadi sumber mata pencaharian masyarakat sekitar.

 “Untuk menjadi sukses, kuncinya hanya perlu kerja ikhlas, cerdas, tuntas, dan harus memiliki inovasi. Terakhir minta sama yang bisa menjadikan kita pengusaha sukses yaitu Allah SWT,” katanya.

Jember

Bisnis bolu tape juga tak hanya diminati Norma dan Irwan. Cemilan ini juga merupakan usaha rumah tangga  salah satu warga Jember.

Sepasang suami istri bernama Febriono dan Endang yang kini memproduksi bolu tape.

Menurutnya, usaha kuliner bolu tape yang berbahan tepung terigu, telur, tape, mentega, dan gula pasir ini gampang-gampang susah. Namun, untuk mencari bahannya tidaklah kesulitan.

Usaha yang baru saja ditekuninya itu membuatnya kewalahan menerima pesanan.  “Mulai ramai pesanan mas. Awalnya, saya kerjakan bersama istri. Mengingat banyaknya pesanan, terpaksa harus memakai jasa karyawan,” ujar Febriono.

Menurut pria yang pernah bekerja di bank terkenal ini, awalnya membuat bolu tape hanya sekedar iseng yang sasarannya teman dekat dan tetangganya saja.

Namun, beberapa hari kemudian mulai banjir pesanan yang awalnya datang dari teman dekatnya yang pernah mencicipi legitnya hasil produksinya tersebut.

Banyaknya pesanan itu membuat Febriono mulai berfikir serius untuk menekuni bisnisnya. Hasil rembuk dengan istrinya, ia memilih berhenti sebagai karyawan bank dan menekuni bisnis kuliner bolu tape tersebut. Pasalnya, bisnis ini menurutnya punya masa depan baik dan menjanjikan.

Saat itulah, ia mulai mengabarkan bisnis yang ditekuninya itu melalui jejaring sosial. Tak disangka, dalam hitungan hari produksinya banyak dikenal di luar kota. Bahkan, hasil kreatifitasnya itu sampai ke luar pulau.

Kini, ia mulai kewalahan menerima pesanan dan tidak pernah sepi setiap harinya.

“Awalnya, saya libur untuk hari minggu. Tapi, saat ini sudah tidak bisa libur karena setiap harinya dipastikan ada pesanan,” ujarnya.

Menurutnya, setiap harinya ia mampu minimal menjual bolu tape sebanyak 15 kotak. Masing-masing kotak seharga Rp20 ribu. Meski tergolong mahal, ia yakin rasanya tidak mengecewakan dan dibuat dari bahan pilihan. Sehingga ia berani menjual mahal karena tetap menjaga kualitas hasil produksinya.

“Saya memang menjualnya cukup mahal untuk ukuran ekonomi menengah ke bawah mas. Tapi, saya akan tetap menjaga kualitasnya sehingga tetap banyak diminati,” tambahnya. (Int)

()

Baca Juga

Rekomendasi