Lomba Tarik Tambang Sambil Duduk

TERLETAK di pinggir Sungai Merah, desa-desa kuno di distrik Long Bien tetap bisa melestarikan berbagai ritual dan per­mainan tradisional yang khas. Dian­ta­ranya, tarik tali sambil duduk merupakan per­mainan yang memanifestasikan aspi­rasi akan satu masa depan yang cerah war­­ga daerah ini.

Dalam benak bapak Le The Yen, 70 ta­hun, seorang warga desa Ngoc Tri, keca­matan Thach Ban, distrik Long Bien, kota Hanoi, sejak dahulu kala, permainan tarik tali sambil duduk merupakan satu ciri khas aktivitas kebudayaan yang tak pernah hilang dari warga desa Ngoc Tri.

Pada saat masih muda dia ikut tim tarik tambang, sekarang ketika usianya sudah mencapai 70 tahun, usia yang dianggap ja­rang ada, bapak Le The Yen dipilih rak­yat untuk menjadi kepala tim tarik tam­bang dusun Duong. Jabatannya itu ha­nyalah nama saja tanpa ada keuntungan materi apapun.

Tapi dia merasa bangga sekali. Sebagai warga desa Ngoc Tri, siapa saja yang ingin ikut tim tarik tali karena ini tidak ha­­nya merupakan satu permainan saja, tapi juga untuk memanifestasikan ketu­lu­san dan harapan agar para Dewa untuk memberkati keluarga dan desa.

“Katanya permainan tradisional tarik tali sambil duduk ini sudah ada sejak da­­hulu kala. Di desa saya, semua orang sa­­ngat antusias berpartisipasi dalam per­mainan ini sehingga ketika ditanya, mere­ka langsung mendaftarkan diri.

“Bahkan para pemuda yang tidak dapat masuk tim juga ikut memberikan dorongan semangat. Tidak hanya para atlet saja, tapi seluruh warga desa Ngoc Tri sangat antusias dan gembira”. Kata bapak Yen.

Konon, ada satu tahun dimana desa Ngoc Tri mengalami bencana kekeringan se­hingga 11 diantara 12 sumur di desa keha­bisan air, hanya tinggal sumur di kawasan itu. Cuma itulah yang masih ada air.

Pada saat itu, para pemuda dusun Du­ong dan dusun Cho datang mengambil air, tapi karena takut kehabisan air para pe­muda desa menghalanginya.

Satu pihak menahan, satu pihak yang lain menarik dan karena takut air tumpah maka mereka semua duduk di lantai dan memeluk tong berisi air.

Setelah bencana kekeringan lewat, karena ingat pada kisah tersebut jadi para lansia menciptakan permainan tarik tali sambil duduk dalam pesta desa untuk m­e­mohon cuaca yang baik. Profesor Mu­da, Dok­tor, Nguyen Van Huy, anggota De­wan Pusaka Vietnam, memberi­ta­hu­kan:

Permohonan

“Nilai tersendiri yang hanya dimiliki permainan tarik tali ialah kesuburan dan permohonan akan musim panenan yang baik, kesehatan dan kesinambungan ko­mu­nitas. Adat tarik tali ini menyerap par­tisipasi dari 3 dusun dan hanya ada satu tim pemenang saja dengan harapan supaya usahanya pada tahun mendatang mencapai kemajuan”.

Di desa Ngoc Tri ada 3 dusun yaitu dusun Duong, dusun Dia dan desa Cho. Menurut adat desa Ngoc Tri, pemain tarik tali harus adalah putra pertama desa, anak-anak dalam keluarga yang punya tradisi. Setiap tim terdiri dari 11 sampai 17 orang tergantung pada tahunnya dan pemimpin setiap tim dipilih rakyat dusun .

Pada hari pesta, di lapangan balai desa, ketiga tim ini berbaris horizontal dan pe­mimpinnya akan masuk balai desa untuk mengadakan ritual. Kemudian ketiga tim ini akan diberitahukan tentang peraturan main. Setelah itu, ketiga tim akan berlari mengelilingi desa dan berkumpul di satu lapangan untuk melakukan pertandingan.

Satu tiang dengan bagian atasnya ber­lubang akan ditancapkan secara dalam-da­lam pada tanah, tali diselipkan pada lub­ang tersebut pada ketinggian sama lutut orang dewasa. Dua tim akan duduk di dua sisi, satu tangan lurus kedepan, tangan lain berliku di depan dada, tali ditahan pada ketiak pemain.

Mr Le The Yen memberitahukan: “Me­nurut tradisi, tanggal 3 bulan ketiga me­nurut kalender imlek adalah hari pesta de­sa dan hanya pada kesempatan ini baru di­adakan permainan tarik tali sambil du­duk. Hari pesta itu sangat ramai dan gem­bira.

Sebelumnya, semua tim harus melaku­kan latihan, bagaimana supaya posisi du­duk dan cara menarik tali dilakukan secara tepat. Sedangkan hadiah yang diberikan ha­nya untuk menyemangati para pemain saja”.

Berbeda dengan permainan-permainan lain, dalam permainan tarik tali sambil duduk di kuil Tran Vu ini, tim pemenang selama ini selalu adalah tim dari dusun Duong. Warga desa Ngoc Tri berpendapat bah­wa dusun Duong terletak di pintu ma­suk desa, kepala dari “ular suci”, oleh ka­­rena itu, desa Duong merebut keme­na­ngan berarti sepanjang tahun itu, warga desa akan sukses dalam usaha dan menda­pat nasib kemujuran.

Dengan nilai-nilai yang unik itu, per­mainan tarik tali sambil duduk dari warga desa Ngoc Tri telah mendapat pengakuan se­bagai Pusaka Budaya Non-bendawi Na­sional dan merupakan satu faktor istimewa dalam dukumen multi-nasional yang di­sam­paikan kepada UNESCO untuk di­tinjau dan dimasukkan ke dalam daftar pusaka-pusaka budaya non-bendawi dari umat manusia pada tahun 2015 ini.

Tarik tali sambil duduk telah turut mem­berikan sumbangan yang penting dalam memperkokoh dan mendorong persatuan masyarakat. (vovw/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi