Oleh: Bhikkhu Khemanando Thera
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa
PADA umumnya di dalam diri setiap orang selalu terdapat kehendak yang hampir sama, seperti; kehendak untuk menjadi yang lebih baik dalam pelbagai bidang apapun serta tidak adanya niat secara langsung adanya penghinaan. Kehendak-kehendak ini semua secara tidak langsung telah menunjukkan kepribadian umat manusia untuk memiliki sebuah martabat atau kehormatan yang baik didalam kehidupan mereka. Lalu bagaimanakah caranya untuk memiliki martabat atau kehormatan di dalam agama Buddha? Dan bagaimana cara memperolehnya? Hal ini menjadi buah pemikiran setiap umat Buddha baik yang muda maupun yang tua. Disamping itu sebagai umat Buddha kita juga memerlukan perhatian yang pada umumnya di perlukan oleh orang banyak. Semakin banyak kita mengetahui dan memahami kondisi-kondisi diluar diri kita maka kita akan semakin dianggap sebagai orang yang sangat penting.
Di dalam agama Buddha penghormatan ini disebut sebagai Garava, yang merupakan sifat batin yang berarti suatu perhatian terhadap sesuatu yang sangat diperlukan dan di praktekkan di dalam kehidupan sehari-hari terhadap seseorang, suatu tempat atau lingkungan. Semakin kita memiliki perhatian untuk kepentingan orang banyak, maka kita pun akan menunjukkan rasa bakti dan hormat pada diri kita sendiri, yang secara langsung membuat martabat diri kita semakin memiliki potensi yang lebih baik. Di dalam agama Buddha memiliki adanya objek-objek penghormatan yang pantas di perhatian untuk menunjang bangkitnya kehormatan diri kita sebagai umat Buddha. Umat Buddha akan dikenal sebagai pengikut Buddha jika mereka menunjukkan atau merefleksikan sifat batin itu terhadap hal-hal yang berhubungan dengan agama Buddha. Di dalam Manggala Sutta, Buddha menjelaskan bahwa “Puja ca Pujaniyanam, etam manggalamuttamam” yang berarti menghormati yang patut dihormati merupakan berkah utama.
Di dalam agama Buddha secara garis besar ada dua macam objek penghormatan yang bisa dipraktekkan oleh umat Buddha pada umumnya yaitu penghormatan tehadap orang atau Pujaniya Puggala, dan penghormatan kepada benda yang bermakna atau Pujaniya Vatthu. Dua objek ini akan dibagi menjadi beberapa bagian untuk lebih detail dipahami dan dimengerti untuk di praktekkan. Di dunia ini jika dihuni oleh pelbagai makhluk hidup dengan aktivitas serta hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Meskipun demikian, Guru Junjungan kita Sammasambuddha Gotama selalu mengajarkan kita untuk selalu memperhatikan beberapa hal penting sebagai Pujaniya Puggala, yang harus di lakukan sebagai umat Buddha sekaligus menunjukkan harkat dan martabat kita sebagai umat Buddha. Istilah Pujaniya Puggala merujuk kepada orang yang patut dipuja. Yang dirujuk sebagai orang yang patut dipuja ialah mereka yang memiliki kebajikan spesifik (dalam tataran tertentu) sampai kepada mereka yang memiliki kebajikan luhur (tataran puncak). Jeinis – jenis Pujaniya Puggala tersebut adalah;
a. Penghormatan kepada Buddha yaitu merenungkan sifat-sifat luhur Buddha sendiri seperti merenungkan tentang; kesucian beliau, cinta kasih dan kebijaksanaan yang telah beliau peroleh, pengetahuan dan tindak tanduk beliau seperti yang tertera di dalam Buddhanussati. Setelah kita mengetahui semua sifat Buddha maka kita pantas menghormati sebagai guru mulia di dalam kehidupan kita. Penghormatan ini sekaligus memberikan peluang kita untuk mengekpresikan keyakinan kita terhadap Buddha.
b. Penghormatan kepada Dhamma yaitu merenungkan sifat-sifat luhur dhamma, ajaran Buddha. Yaitu dengan memperhatikan penuh akan Ajaran yang telah Buddha ajarkan dan mampu kita aplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Dhamma inilah sebagai warisan yang mulia yang telah diajarkan untuk umat manusia agar dapat mengikuti dan mempraktekkannya. Umat Buddha akan memiliki kehormatan atau martabat apabila dhamma selalu di praktekkan melalui pikiran, ucapan dan perbuatan. Ketiga gerbang itulah yang dapat menunjukkan umat Buddha baik yang muda maupun yang tua memiliki dhamma.
c. Penghormatan kepada Sangha yaitu merenungkan sifat-sifat mulia dan kebaikan sangha dan menyadari bahwa sangha adalah penerus Buddha Sasana yang tepat. Sangha adalah perkumpulan para bhikkhu yang terdiri dari empat bhikkhu atau lebih, apabila hanya satu bhikkhu disebut sebagai Puggala Bhikkhu, atau hanya dua atau tiga disebut sebagai Ghana Bhikkhu. Sangha ada dua jenis yaitu Ariya Sangha dan samutti Sangha. Ariya sangha adalah mereka yang telah merealisasi tingkat kesucian baik Sotapanna, Sakadagami, Anagami dan Arahat. Sedangkan yang disebut Samutti Sangha adalah mereka, para bhikkhu, yang belum merealiasasi tingkat-tingkat kesucian.
d. Penghormatan kepada Guru/Pembina/Pembimbing/pemuka/pemimpin/ketua yaitu memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang telah diperjuangkan melalui pendidikan yang diberikan demi memperoleh pengetahuan dhamma dan demi kemajuan pendidikan yang bersifat dunia maupun rohani. Yang paling penting para guru tidak hanya mengajar secara teoritis belaka, melainkan memberikan suri teladan yang nyata.
e. Penghormatan kepada orang tua/kakek/Nenek/Bibi/Paman/sanak keluarga yaitu memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang telah diperbuat dan apa yang telah dikorbankan untuk kita. Di dalam Manggala Sutta Buddha menuturkan bahwa merawat dan memberi perhatian kepada orang tua adalah berkah utama. Mereka yang diatas adalah orang-orang yang memberikan banyak kebajikan terlebih dahulu terutama orang tua (Pubbakari), yaitu membesarkan, merawat, memelihara dan mendidik dengan penuh cinta kasih tulus.
f. Penghormatan kepada Raja/ kepala pemerintahan yaitu memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang telah ia korbankan demi kebahagiaan dan kedamaian masyarakatnya. Pada dasarnya ada sepuluh macam kebajikan yang membuat seorang raja atau kepala pemerintahan patut dihormati oleh masyarakatnya atau yang disebut sebagai Dasarajadhamma. Sepuluh kebajikan itu dapar dirincikan sebagai berikut yaitu; 1. Dana (gemar memberi), 2. Sila atau memiliki moral atau perilaku yang baik, 3. Pariccaga atau rela berkorban, 4. Ajjava atau berhati tulus, 5. Maddava atau berperilaku ramah, 6. Tapa atau hidup sederhana, 7. Akkodha atau tidak gampang marah/dendam, 8. Avihimsa atau tidak kejam, 9. Khanti atau memiliki kesabaran, dan 10. Avirodhana atau tidak suka menimbulkan pertentangan/ permusuhan. Dan juga yang harus diperhatikan seorang raja atau kepala pemerintahan, selalu mengutamakan kesejahteraan masyarakat dan tidak menyalahkangunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi atau keluarga.
g. Penghormatan kepada para tamu dan sahabat yaitu memperhatikan tamu dengan sungguh-sungguh, misalnya memperlakukkan tamu yang datang dengan baik, ramah tanpa membeda-bedakan tempat dimana kunjungan itu terjadi, baik di cetiya maupun di vihara, kantor, ruko ataupun perusahaan. Dengan tidak memandang jenis orang yang datang, maka kita akan menerima mereka dengan baik.
Berdasarkan keenam macam penghormatan atau Garava di atas maka kita harus menyadari bahwa di dunia ini banyak dan bahkan berjuta-juta manusia tetapi keenam jenis Pujaniya Puggala yang harus diperhatikan.
Selain pada jenis-jenis penghormatan diatas, di dalam agama Buddha juga mengajarkan tentang penghormatan terhadap benda-benda yang berhubungan dengan Ajaran Buddha bukan menyembah tetapi memberikan penghormatan. Jadi umat Buddha baik remaja maupun yang tua juga dianjurkan untuk mempraktekkannya. Penghormatan ini disebut sebagai Pujaniya Vatthu, yaitu;
a. Dhatucetiya yaitu penghormatan terhadap benda yang berupa stupa untuk menyimpan peninggalan tubuh jasmani (Saririkadhatu) para Sammasambuddha, Paccekka Buddha dan Savaka Buddha yaitu yang sering disebut sebagai Relik. Tempat dan benda tersebut pantas di hormati sebagai symbol keagungan Guru Junjungan Sang Buddha. Relic ini hendaknya jangan disalahtafsirkan atau disalahgunakan sebagai Jimat yang dipercayai memiliki kekuatan mistis yang mampu melindungi dari segala marabahaya para pemujanya atau dapat mengabulkan segala permohonan dan sebagainya. Pada jaman sekarang ini, umat Buddha yang ingin menjadikan relic untuk objek penghormatan haruslah berhati-hati, tidak gampang percaya pada oknum yang dengan sengaja menjualbelikan relic dengan motif-motif tertentu.
Jika tidak percaya dengan relic para suciwan tertentu hendaknya mencari objek penghormatan yang lain.
b. Paribhogacetiya yaitu benda yang berupa candi yang dibangun di empat tempat suci yaitu; Taman Lumbini di Nepal, Pohon Boddhi-Hutan Uruvela di Buddhagaya, tempat pembabaran Dhamma atau DhammaStupa di tama rusa isipatana – Varanasi, dan dimana Buddha Parinibbana di Kusinara. Selain beberapa tempat diatas juga termasuk benda-benda yang pernah di gunakan oleh Buddha selama hidupnya seperti; Jubah, mangkuk atau Patta, saringan air, jarum, pohon bodhi, juga termasuk vihara maupun cetiya dan lain-lain, yang dapat digolongkan sebagai Paribhogacetiya. Tempat dan benda tersebut diatas pantas dihormati.
c. Dhammacetiya yaitu penghormatan terhadap tempat-tempat dimana Kitab Suci Tipitaka disimpan baik bahasa Pali maupun bahasa-bahasa yang tertentu. Tempat dan benda tersebut juga pantas di hormati sebagai refleksi hati dalam mengungkapkan rasa keyakinan kita terhadap Ajaran Buddha.
d. Uddesikacetiya yaitu penghormatan terhadap benda-benda yang melambangkan kharakteristik buddhis seperti Rupang Buddha, gambar Buddha maupun para Arahat lainnya, jejak kaki Buddha atau Siripada, dan lain-lain. Benda-benda ini kita hormati karena melambangkan nilai luhur Buddha itu sendiri. Bisa juga dianalogikan seperti penghormatan terhadap bendera lambang Negara. Ada beberapa kharakteristik yang harus benar-benar diperhatikan, seperti; rupang harus mencerminkan kearifan, kewibawaan, keagungan, kesucian, kebijaksanaan, dan kewelas-asihan dengan kata lain rupang Buddha harus diwujudkan dengan tidak menyimpang dari Dhamma, Ajaran Buddha, agar dapat menciptakan rasa damai dihati, bukan sebaliknya seperti menakutkan dan sebagainya.
Menurut Dukanipata – Angutara Nikaya – Sutta Pitaka; ada dua cara dalam melaksanakan penghormatan dalam agama Buddha. Penghormatan pertama disebut sebagai Amisa Puja atau penghormatan dengan media dan Dhamma Puja atau penghormatan dengan mempraktekkan dhamma atau juga sering disebut sebagai Patipatti Puja.
Dengan penjelasan diatas, diharapkan agar umat Buddha memiliki pandangan yang benar mengenai penghormatan menurut agama Buddha. Memang banyak orang yang bisa menunjukkan pelbagai penghormatan. Namun penghormatan yang patut sebagaimana yang telah di babarkan oleh Buddha yaitu suatu ajaran yang menakjubkan, istimewa, klasik dan luar biasa.
Bagi mereka yang menghormati yang patut dihormati akan memperoleh berkah berupa Ayu (Umur Panjang), Vanna (paras yang cantik/ganteng), Sukha (kebahagiaan) dan Bala (kesehatan yang baik dan kekuatan). Dan juga akan memiliki kulit yang bagus (Suvanata), suara bagus (Susarata), bentuk tubuh yang bagus (Susantanam), Surupata (Wajah cantik), Adhipacam (Kekuasaan) dan Parivaro (memiliki banyak pengikut).
Sabbe satta bhavantu sukhitatta. Semoga semua makhluk turut berbahagia.