Generasi Menunduk

Oleh: M Arif Suhada

TAHUKAH Anda, bahwa kini kita sedang berada di zaman di mana para generasi muda sedang terkena sindrom gadget? Keadaan itu lantas memunculkan istilah baru yang cukup mengelitik, bahwa kalangan remaja kita mendapat label baru sebagai generasi menunduk.

Istilah ini sebenarnya adalah sentilan sederhana kepada kaum remaja atau bahkan semua kalangan yang tengah tergila-gila dengan gadget. Kegilaan itu ditandai dengan kebiasaan menundukkan kepala karena sedang memainkan gadget kesayangannya.

Bayangkan, bagi mereka yang terkena sindrom gadget ini akan rela menghabiskan sebagian besar waktu produktifnya dengan bermain gadget. Hampir di setiap aktivitas mereka (baca: remaja) tak bisa terlepas dari gadget. Dari bangun pagi sampai menjelang tidur malam, gadget selalu berada dalam genggaman.

Gadget berupa telepon pintar (smartphone), tablet, netbook dan sebagainya memang semakin hari semakin canggih. Menawarkan beragam fitur aplikasi yang menarik, meski tak jarang aplikasi yang ditawarkan tersebut bersifat adiktif. Maka tak heran ketika banyak remaja ketagihan untuk terus memainkan gadgetnya.

Fenomena generasi menunduk ini secara tak langsung menggambarkan bahwa generasi muda bangsa se­benarnya telah banyak yang melek akan teknologi. Setidaknya itulah kabar baik yang bisa diperoleh akan fenomena ini. Semestinya memang, untuk bisa menghadapi tantangan global ke depan, pengetahuan akan teknologi sangat penting. Sebab, tak bisa dinafikan selama ini kehadiran teknologi mempermudah banyak hal.

Yang jadi masalah adalah ketika fenomena ini menimbulkan ketidak­pedulian sosial bagi remaja dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini dikarenakan intensitas komunikasi secara verbal kepada orang-orang terdekat menjadi sangat berkurang, akibatnya keakraban yang terjalin di dunia nyata tidak terikat kuat. Jika sudah begitu, perpecahan sesama kemungkinan terbesar dapat terjadi.

Karena itu, menjadi pemandangan yang biasa tatkala melihat seseorang sedang asyik bermain dengan gadget­nya, ia pun menghiraukan orang-orang yang berada di dekatnya. Padahal, adalah fakta bahwa sebelum kehadiran gadget-gadget ini hubungan komunikasi antara sesama di dunia nyata begitu akrab.

Setiap kali berjumpa dengan orang lain, maka menjadi suatu kebiasaan untuk saling bertegur-sapa, sekalipun dengan orang yang tak dikenal, jika tak menginginkan merasa kesepian di suatu tempat. Keadaan itu menjadi berbeda ketika gadget memberikan nuansa kesibukannya tersendiri yang membuat orang yang satu dengan yang lain bersifat acuh tak acuh­-untuk tak mengatakan sombong­-meski berdekatan satu sama lain.

Pada titik ini sepertinya adagium yang menyatakan, teknologi men­dekatkan yang jauh namun men­jauhkan yang dekat menemukan pengertian terbaiknya. Sebab, saking terlalu sibuknya menjalin komunikasi dengan orang jaraknya berjauhan, sampai-sampai mengabaikan orang-orang yang berada di sekililing kita.

Terkontaminasi gadget

Fenomena generasi menunduk tentu tak akan terjadi apabila para remaja tidak terkontaminasi gadget-gadget canggih. Karena semakin canggih gadget yang dimiliki, maka godaan untuk memainkan berbagai fasilitasnya semakin besar pula dalam membuat ketergantungan. Apalagi sekarang ini kehadiran jejaring sosial yang bisa dengan mudah diakses di perangkat gadget menjadi salah satu faktor bagi kebanyakan orang sehingga betah memainkan gadgetnya.

Meski demikian, bukan sikap yang tepat juga jika karena itu, para remaja seolah anti dengan kecanggihan teknologi. Perlu juga mengikuti perkembangan teknologi agar tak termasuk dalam kategori orang-orang yang gagap teknologi. Pun demikian, remaja harus bijak dalam meman­faatkan kecanggihan teknologi tersebut, baik berupa gadget serta perangkat canggih lainnya.

Remaja harus tahu kapan meng­gunakan gadgetnya atau mening­galkannya untuk bisa fokus pada kegiatan di dunia nyata. Sesungguhnya kehidupan yang sebenarnya adalah di dunia nyata, bukan dunia maya. Jangan sampai keasyikan berkomunikasi di dunia maya merenggangkan jalinan dengan orang-orang di dunia nyata.

Alangkah lebih baik ketika bisa memanfaatkan gadget pada kegiatan-kegiatan yang positif untuk mengem­bangkan kemampuan diri menjadi lebih baik. Seperti untuk belajar misalnya, untuk searching berbagai informasi berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Tidak melulu gadget digunakan untuk bermain game, untuk mengakses media sosial, yang sifatnya adiktif itu.

Betapa beruntungnya para remaja, apabila dengan gadget tersebut menjadi jalan atas perkembangan kemampuan dirinya, menjadi fasilitator atas ter­jalinnya hubungan baik dengan teman-teman yang jaraknya berjauhan, tanpa harus mengabaikan orang-orang terdekat. Tentu jika demikian adanya, maka generasi menunduk bukanlah masalah.

* Juli 2015

()

Baca Juga

Rekomendasi