Maestro Melukis Ibu

Oleh: Azmi TS

SETELAH membuka catatan album lukisan para maestro nusantara akhirnya pilihan jatuh pada nama Basuki Abdullah. Kemudian Jeihan Sukmantoro, Henk Ngantung, I Nyoman Ridi dan I Wayan Pengsong. Dari mereka ini pernah lahir lukisan tentang kasih sayang seorang Ibu kepada buah hatinya alias anak. Ada yang menarik dari ketiga pelukis ini. Cara mereka mengungkapkan kasih sayang seorang ibu lewat lukisan yang sangat indah.

Dari berbagai gaya dan teknik memunculkan cerita tersendiri, sehingga lukisan kasih ibu itu bagaikan magnit yang selalu mengusik jiwa. Basuki Abdullah mengisahkan seorang ibu sedang menggendong bayi di punggungnya. Posisi bocah yang agak miring ke kiri sedang memegang ibunya yang sedang pergi bergegas. Adegan itu ada dalam lukisan berjudul “Ibu dan Anak, 1992”. Cat minyak di kanvas. Ukuran 100 cm x 75 cm.

Karya lainnya terlihat seorang ibu tua. Sedang mendekap erat seorang bocah, tapi bukan anaknya sendiri, namun anak tersebut merasa nyaman dihatinya. Ibu tua ini adalah seorang yang berhati mulia, lebih tepat dikatakan ibu para anak yang pernah terlantar di dunia. Dia adalah Bunda Theresia. Banyak dirindukan anak-anak oleh sentuhan kasih sayangnya, dari anak korban perang dan bencana kelaparan. Basuki Abdullah memang mengagumi Bunda Theresia ini, kisah itu diabadikannya ke dalam lukisan.

Di sisi lainnya ada Jeihan Sukmantoro yang juga tak kalah hebat mengungkapkan kehebatan ibu dalam mengayomi anaknya. Lukisan ibu dan anaknya Jeihan. dibuat tahun 2006, cat minyak di kanvas berukuran, 140 cm x 140 cm. Jeihan memang tak banyak mengolah figur dengan warna seperti pelukis di atas, tetapi esensi antara  keduanya telah nyata. Spiritnya juga bisa dicerna oleh cerapan mata kita, antara ibu dan anak begitu erat bathinnya.

Tak kalah unik ada lukisan Henk Ngantung berjudul “Ibu dan Anak di Kalimantan”, tahun 1980 cat minyak di kanvas. Ada seorang ibu memakai topi khas daerah Kalimantan sedang menggendong bayinya. Lukisan ini lebih menonjolkan ketegasan garis, ritme dan latar belakang, sedangkan warna hampir monokrom. Kesan ekspresif pada lukisan ini lebih diutamakan. Henk Ngantung memang kuat dalam sketsa, sehingga lukisannya dibuat minim warna tapi kaya makna simbolik.

Lukisan ibu dan anak juga menjadi perhatian pelukis I Nyoman Ridi dan I Wayan Pensong. Pelukis Bali terkenal dengan gaya dekoratif, tapi lewat keduanya kebalikannya muncul karya apik. Ridi lebih mengandalkan kekuatan goresan arang secara monokromatik hitam putih, mirip karya foto zaman dahulu.

Pensong mengungkapkan ibu dan anak lewat sapuan kuas pastel yang lembut. Kedua gaya ini sungguh enak dipandang, lukisan ibu sedang berkomunikasi kepada anaknya.

Sebenarnya cukup juga banyak lukisan tentang ibu dan anaknya diciptakan seniman, semua tertuang dalam gaya dan caranya masing-masing. Pengorbanan seorang ibu yang tanpa pamrih, penuh keikhlasan dan menuntut pamrih. Kasih sayang ibu tak terkira begitu pula kehangatan dekapannya selalu dirindukan.

Lukisan tentang kasih ibu banyak menyiratkan tentang anak-anak yang beruntung. Artinya kedua orangtua masih lengkap. Sebaliknya banyak juga anak-anak yang sudah ditinggal ibu atau ayahnya, tak usahlah bersedih tetaplah bersemangat menyongsong kehidupan ini.

()

Baca Juga

Rekomendasi