Warna Emas pada Vihara

Oleh: Syafitri Tambunan

Menjelang Imlek atau perayaan pergantian tahun baru Cina, banyak dari masyarakat mulai mencari beberapa tempat oriental yang bisa dikunjungi. Beberapa bangunan oriental, khususnya bangunan keagamaan, yang terkenal itu masih berada di sekitar Asia Tenggara, misalnya Wat Pho di Thailand atau Shwedagon di Myanmar. Namun, tidak hanya dua lokasi itu, Indonesia, khususnya Sumut, juga memilikinya.

Katakanlah Pagoda Taman Alam Lumbini di Karo yang cukup fenomenal. Pagoda ini memiliki arsitektur yang serupa dengan Pagoda Shwedagon yang ada di Myanmar. Selain itu, pada detil-detil tertentu, misalnya ukiran atap, ada beberapa kesamaan juga seperti yang ada di Thailand.

Pagoda Taman Alam Lumbini, mulai dibangun pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010. Taman Alam Lumbini yang memiliki bangunan Replika Pagoda Shwedagon ini juga telah dianugerahi MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai pagoda tertinggi di Indonesia saat itu. Untuk mencapainya, masyarakat bisa pergi dari arah Medan menuju Brastagi Karo dan berhenti di Taman Hutan Raya (Tahura) Brastagi. Sampai di sana, ada pertigaan dan berbelok ke kiri. Sekitar 5 menit ke dalam, bangunan ini langsung terlihat karena kilauan keemasannya.

Pagoda besar berwarna emas cerah berdiri kokoh namun tetap dikelilingi arsitektur hijau yang apik dari taman yang ada di dalam areal lahan Taman Alam Lumbini. Di beberapa pojokan pelataran terdapat kursi taman yang terbuat dari marmer dan di sisi lain ada hiasan etnik berupa ornamen imlek misalnya lampion atau pernak-pernik yang menggantung.

Memasuki bagian dalam pagoda, nuansa di dominasi dengan warna merah. Tepat di depan pintu masuk dalam, terdapat patung Buddha berada di altar yang di atasnya terdapat lampu indah dan megah. Altar sendiri ada empat bagian, dengan empat patung buddha di masing-masingnya. Namun, di sisi lain, berdekatan dengan pintu-pintu, juga ada 6 patung Buddha yang memiliki masing-masing nama, beberapa di antaranya Kassapa Buddha, Konagamana Buddha, dan Kakusandha Buddha. Namun, secara keseluruhan, ukiran-ukiran berbentuk relief Buddha hampir memenuhi isi bagian dalam bangunan.

Namun, warna dominan pada Pagoda Taman Alam Lumbini ini berbeda dengan interior di Pagoda Shwedagon. Interior Shwedagon didominasi warna emas dan kuning sementara di sini masih berupa perpaduan, antara putih, merah, dan coklat muda. Atap bagian dalam juga berupa kubah-kubah moderen yang biasanya ada pada bangunan khas kolonial. Tiang-tiang beton juga berjejer untuk menyanggap tiap sisi dalam bangunan.

Shwedagon Myanmar

Sementara, Shwedagon atau Great Dagon Pagoda atau Shwedagon Zedi Daw sendiri terletak di Kota Yangon Myanmar, di bagian barat  Danau Kandawgyi, di Bukit Singuttara. Tingginya sekitar 99 meter dan pagoda ini berdiri di atas lahan seluas 5 hektare. Bangunan ini memiliki ciri khusus yakni didominasi lapisan emas.

Shwedagon dikenal sebagai pagoda paling agung jika dibandingkan berdasarkan ukuran dan kehebatan arsitektur dengan Angkor Wat (Kamboja) atau Borobudur (Indonesia). Kata Shwedagon sendiri berasal dari kata “shwe” berarti emas dan “dagon” adalah nama terdahulu dari kota Yangon (Ibukota Myanmar). Maka, “Shwedagon” memiliki arti 'Pagoda Emas di Kota Dagon'.

Pagoda berukuran setinggi 326 kaki dan keliling dasar/fondasi sepanjang 1420 kaki. Awalnya, pagoda itu hanya dilapisi dengan emas. Kemudian, bagian atas dari pagoda tesebut ditutupi dengan kepingan emas sebesar lebih kurang 30 cm bujur sangkar. Sedangkan pada bagian payung, dilapisi dengan emas dan ditaburi permata yang tak ternilai harganya. Sajian terbaik ini memuat Pagoda Shwedagon sebagai tempat penyimpanan sesuatu yang berharga dan terbaik dalam kebudayaan Myanmar yakni arsitektur, pahatan, kesenian, kerajinan tangan, dan lain sebagainya.

Karena itulah pagoda ini menjadi tujuan wisata populer. Dari tangga hingga bangunan - bangunan yang banyak dan pagoda itu sendiri, segala sesuatu dari Shwedagon mengandung keindahan dan keagungan pemujaan. Shwedagon merupakan tempat pemujaan paling sakral di dunia dan juga karya seni arsitektur yang hebat. Sebagian besar bangunan-bangunan di sekeliling pagoda didekorasi dengan contoh terbaik lukisan Myanmar dan arca sehingga hanya dengan belajar beberapa jam tentang pagoda tersebut dan lingkungannya, dapat memberikan gambaran yang baik tentang kesenian dan keahlian masyarakat Myanmar.

Pagoda tersebut dipercaya telah dibangun sejak lebih dari 2500 tahun yang lalu. Menurut legenda dari pagoda tersebut, dua orang bersaudara yang berprofesi sebagai pedagang dari Myanmar, bernama Tapussa dan Bhallika, memimpin karavan kereta kerbau ke India dan menemui Sang Buddha yang baru mencapai Kesempurnaan atau Ke-Buddha-an. Kedua bersaudara itu pun mempersembahkan madu dan sejenis kue yang bernama Kywet Kyit kepada Buddha dan menerima sebagai balasan delapan helai rambut dari Buddha. Kedua bersaudara tersebut dan pengikutnya dengan bahagia kembali ke kampung halamannya, Okkalapa (juga merupakan nama sebelumnya dari Yangon).

Angkor Wat

Rintisan rancangan dan pembangunan candi yang berada di Kamboja ini dimulai pada paruh pertama abad ke-12 Masehi, pada masa pemerintahan Raja Suryawarman II (memerintah pada 1113 sekitar 1150). Pada akhir abad ke-13, Angkor Wat perlahan-lahan dialihfungsikan dari Candi Hindu menjadi Candi Buddha Theravada. Pada tahun 1992, Angkor Wat telah masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO. Angkor Wat telah menuai pujian berkat semua harmoni desainnya, yang dianggap setara dengan arsitektur Yunani dan Romawi Kuno.

Angkor Wat adalah contoh utama gaya klasik arsitektur Khmer gaya Angkor Wat yang berasal dari nama candi tersebut. Arsitek Khmer abad ke-12 telah dikenal memiliki keahlian dan kepercayaan diri dalam menggunakan batu pasir (bukan batu bata atau laterit) sebagai material pembangunan utama. Sebagian besar kawasan yang terlihat menggunakan blok batu pasir, sementara laterit digunakan untuk dinding luar dan untuk bagian struktural tersembunyi. Bahan perekat yang digunakan untuk menggabungkan blok batu tersebut belum teridentifikasi, meskipun diperkirakan mengandung resin atau kalsium hidroksida alami.

Gunung Timur Medan

Vihara Gunung Timur di Medan merupakan bangunan ibadah yang cukup banyak dikunjungi masyarakat umum. Luas bangunan lebih dari setengah hektar atau 5.000 meter bujur sangkar, membuat vihara ini salah satu yang terbesar di Pulau Sumatera. Vihara ini terletak di Jalan Hang Tuah dan posisinya menghadap ke Sungai Babura dengan mengedepankan arsitektural Tiongkok yang khas. Tempat beribadah untuk agama Buddha ini dibangun sekitar tahun 1960 berkat kerja keras serta gotong royong umat yang ada di Medan pada masa itu.

Patung naga dan ikan berkepala naga dipadu dengan patung empat dewa menjadi daya tarik bangunan ini. Warna dominannya adalah merah namun sesekali dipadukan dengan hijau dan kuning keemasan. Ciri khas vihara ini adalah ornamen-ornamen Tionghoanya yang sangat khas terlihat ada di hampir semua sisi.

()

Baca Juga

Rekomendasi