Membalas setiap kebaikan dengan perbuatan baik adalah hal biasa dan memang sudah seharusnya. Namun, ketika kejahatan dibalas dengan kebaikan itu baru hal yang luar biasa dan tidak semua orang mampu untuk menjalankannya. Syariat Islam mengajarkan kepada kita agar menjauhi segala bentuk kebencian dan permusuhan dengan sesama, baik dengan mereka yang satu keyakinan dengan kita, maupun dengan mereka yang berbeda agama dengan kita.
Rasulullah Saw sendiri telah memberikan teladan yang luar biasa kepada kita terkait pentingnya berbuat baik kepada sesama, tanpa pandang bulu. Ketika melakukan syiar Islam, Rasulullah tidak hanya mendapat cacian dan hinaan, tetapi juga perlakuan kasar dari orang-orang kafir. Namun, apa yang diperbuat oleh beliau? Beliau selalu berusaha bersabar dan bersikap baik kepada orang-orang yang telah menghinanya. Beliau berharap, dengan kebaikan hati mereka dapat tersentuh dan kelak dapat meraih hidayah-Nya.
Bila kita selalu berusaha berbuat baik kepada orang-orang yang berbuat jahat, maka itu menandakan kita “berbeda” dengan mereka. Lain halnya bila kita membalas dengan kejahatan (yang sepadan atau malah dengan perbuatan lebih jahat) kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita, maka hal ini menjadi pertanda bahwa kita tidak ada bedanya dengan mereka yang gemar melakukan kejahatan.
Fahri Abdullah, tokoh utama novel Novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini merupakan sosok yang patut diteladani. Ia senantiasa berusaha meneladani akhlak mulia Rasulullah Saw. Meskipun beberapa tetangganya, terlebih kakak beradik yang bernama Keira dan Jason, selalu menampakkan rasa tidak suka dan permusuhan terhadapnya, akan tetapi Fahri senantiasa menyikapinya dengan baik dan ramah. Ia yakin, ada hal yang membuat kakak beradik itu salah paham tentang ajaran Islam sehingga pada akhirnya mereka berdua sangat membenci terhadap orang-orang Islam seperti dirinya.
Novel ini mengungkap kehidupan Fahri di luar negeri, tepatnya di Kota Edinburgh, Skotlandia, yang diwarnai suka dan duka. Sambil menyelesaikan disertasi doktornya, ia juga disbukkan menjalankan beberapa bisnis yang dulu pernah dikelola bersama Aisha, istrinya. Meski kehidupannya di kota tersebut terbilang sukses, akan tetapi di satu sisi ia merasakan kesepian dan kesedihan luar biasa setelah Aisha, istri yang sangat ia kasihi, hilang tanpa kabar. Tepatnya ketika Aisha memohon izin pada Fahri untuk pergi bersama Alicia ke Palestina, dalam rangka untuk penelitian karya tulisanya.
Jadi ceritanya, waktu itu Aisha tidak hanya tertarik untuk melanjutkan S2 di Kota Edinburgh, tetapi juga ingin meraih cita-citanya yang lain yaitu menjadi novelis. Ia ingin sekali menulis kisah tentang anak-anak Palestina. Maka, tujuannya ke Palestina bersama Alicia waktu itu adalah dalam rangka untuk melakukan penelitian tentang nasib serta kehidupan anak-anak di sana (hal 117).
Sayangnya, setiba di Palestina, Fahri kehilangan kontak dengan Aisha. Aisha benar-benar tidak bisa dilacak keberadaannya, bahkan Alicia ditemukan tewas mengenaskan. Itulah yang membuat orang-orang pesimis jika Aisha masih hidup, sehingga seiring berjalannya waktu, banyak orang, terutama dari pihak keluarga besarnya Asiha yang menawarkan pada Fahri agar segera menikah lagi. Tentu saja hal itu selalu ditolak oleh Fahri, sebab ia masih sangat mencintai Aisha dan masih memendam harapan kelak Aisha dapat ditemukan dengan konidisi selamat.
Banyak sekali hikmah dan pesan penting dalam novel yang ditulis oleh salah satu penulis ternama di negeri ini. Selain mengajarkan agar selalu berusaha berbuat baik pada orang-orang yang berbuat jahat kepada kita, novel ini juga mengajarkan agar kita memiliki toleransi tinggi terhadap sesama, meskipun kepada orang-orang yang berbeda agama dengan kita.
Pesan penting lainnya yang dapat dijadikan sebagai bahan perenungan adalah; jangan sampai kita menjadi hamba yang selalu menuruti dan memanjakan hawa nafsu. Karena, jika kita selalu memanjakan hawa nafsu, maka dapat dipastikan nafsu tersebut akan semakin bersikap kurang ajar dan tidak tahu diri terhadap kita.***
Peresensi, Sam Edy Yuswanto (Penulis lepas bermukim di Kebumen)