Perkara yang Harus Diingat dan Dilupakan

Ahli hikmah berkata, "Ingatlah olehmu dua per­kara, yaitu kesalahanmu pada orang lain dan kebaikan orang padamu. Dan lupakan pula dua perkara, yaitu kebaikanmu pada orang lain dan kesalahanmu pada orang lain pada dirimu."

Nasihat ahli hikmah ini patut dijadikan renungan dan pelajaran dalam upaya mencapai pribadi yang ber-akhlak al-karimah.

Nilai seseorang bukanlah dilihat dari penampilan dirinya, bukan pula dari harta benda yang dikumpul­kannya. Apalagi dinilai dari jabatan yang dudukinya, bukan pula dari pangkat dan tanda jasa yang disematkan di dadanya, tetapi seseorang dinilai dari budi pekerti luhur yang menghiasi dirinya.

Jika kita melihat substansi perkataan ahli hikmah itu paling tidak ada empat hal yang dapat dijabarkan.

Pertama, mengingat kesalahan yang telah dilakukan pada orang lain. Orang yang  memiliki kesadaran tinggi terhadap kesalahan dan kekhilafan yang pernah dilakukan maka akan muncul dalam dirinya rasa penyesalan. Penyesalan ini akan mendorongnya untuk memperbaiki diri, keadaan ini disebut dengan meminta maaf.

"Wahai manusia ! Barangsiapa punggung­nya pernah kucambuk, ini punggungku, balaslah! Barang siapa penghormatannya pernah ku cela, ini kehormatanku, balaslah! Barang siapa hartanya pernah kuambil, ini hartaku, ambillah! Jangan ada yang takut, permusuhan bukan bawaanku."

Bayangkan, seorang Nabi yang dalam sejarah, baik ucapan dan tingkah lakunya menjadi teladan sebagaimana Alqur’an menjelaskannya dalam surat Al-Ahzab ayat 21, “Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah teladan yang utama bagimu”. Berkata seperti itu. Ini adalah ucapan Nabi Muhammad Saw hanya beberapa hari menjelang wafatnya, Nabi yang maksum (terpelihara dari dosa) ini memberi legitimasi kepada manusia lain untuk selalu melihat kesalahan apa yang telah pernah ia buat, artinya ia meminta maaf dengan apa yang pernah ia lakukan. Permintaan maafnya itu dengan membe­rikan orang tersebut kebebasan untuk melakukan apa saja kepadanya seperti pernah ia lakukan kepada orang tersebut.

Ini menjadi pelajaran bahwa kesalahan yang kita buat kepada orang lain harus benar-benar diingat karena bisa jadi kesalahan itu akan memberi batu sandungan kepada kita kelak.

Kedua, mengingat kebaikan orang terhadap dirinya. Dalam kehidupan kita memerlukan kehadiran orang lain, kebu­tuhan akan masyarakat dan lingku­ngan merupakan suatu kemestian. Pada dasar­nya kehidupan ini sangat bergantung ke­pa­da orang lain. letak keba­hagian hakiki adalah dengan membahagiakan orang lain. Rasulullah saw bersabda,"Tidak sempurna iman seseorang sampai dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri" (HR Bukhari-Muslim).

Bagi kita mengingat-ingat kebaikan orang lain itu penting, seorang murid yang kini menjadi guru besar, jika ia bertemu dengan guru sekolah dasarnya,  seyogyanya ia tetap hormat bahkan harus berhutang budi, karena berkat gurunya itulah ia pandai membaca dan menulis. Tetapi banyak juga orang yang tidak seperti ini, ia bangga dengan ilmunya bahwa terkadang melecehkan orang-orang yang dulunya baik secara langsung atau tidak langsung mengajari dirinya tersebut.

Nilai kehormatan seorang guru sangatlah tinggi walaupun gurunya itu mungkin tidak bergelar guru besar atau boleh jadi tidak sarjana. Oleh karena itu ingatlah selalu kebaikan orang-orang yang menjalani proses dalam kehidupan kita.

 Ketiga, melupakan kebaikan yang telah dilakukan kepada oranglain. Setiap kebaikan yang kita kerjakan hendaknya didasari keikhlasan, yaitu semata-mata mengharapkan keridhoan Allah. Kebai­kan tidak ada nilainya kalau diiringi dengan menyebut-nyebutnya. Firman Allah, “Wahai orang-orang yang beri­man, janganlah kamu hilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebut dan menyakiti (perasan penerimanya) (QS Al-Baqarah : 264 )

Jadi kebiasaan para pengusaha atau pemimpin yang merasa telah berjasa kepada rakyat lalu minta dibuatkan monumen sebagai tanda keberhasilan mereka adalah indikasi ketidak ikhlasan mereka dalam berbuat dan berkarya. Jangan sekali-kali mengingat kebaikan kita kepada orang lain karena itu akan membuat kita ria, bahkan bisa jadi membuat diri kita lebih baik dari orang lain tersebut.

Keempat, melupakan kesalahan orang lain. yang dimaksud dengan  kesalahan orang lain adalah membuka pintu  maaf atas kesalahan yang telah di lakukan orang lain. Mau memaafkan kesalahan orang lain termasuk akhlakul karimah yang sepantasnya menghiasi kepribadian setiap Muslim.

Insya Allah seminggu lagi kita akan masuk dalam bulan suci Ramadhan 1425 H, oleh karena itu dalam mempersiapkan diri haruslah benar-benar ikhlas karena bagaimanapun keikhlasan merupakan kunci dari sebuah kesuksesan, selain itu tetaplah bersyukur bahwa kita diberi-Nya kesempatan untuk kembali lagi bertemu dengan Ramadhan.

Dan di bulan tersebut raihlah keindahan yang ada di dalamnya, kumpulkan amalan, bahkan sebaiknya sebelum masuk ramadhan sebaiknya kita sudah saling maaf memaafkan, sehingga hati kita suci.

()

Baca Juga

Rekomendasi