Jumpa "Halak Hita" (Suku Atayal) di Nantou

Setelah puas pelesir di Danau Mata­hari Bulan, kami mengunjungi Atayal resort di Nantaou. Di kawasan wisata ini kami di­sambut dengan tarian tarian dan pakaian adat mirip suku Batak yg dipagelarkan suku Atayal. Menurut warga Taiwan suku mino­ritas ini sema­cam suku Aboriginnya negara pulau itu.

Seorang pemuda yang membuat saya geleng kepala. Perawakannya persis seperti su­ku Batak Toba di Samosir. Cara berpa­kaiannya, raut wajahnya, persis mirip dengan su­ku Batak yang ada di Sumut. Sepintas na­manya layak disan­dang seperti nama pang­gilan di daerah kita, misalnya, Timbul Sial­lagan, Poltak Sitompul, atau Marihot Tam­bunan. Tapi lelaki yang front wajahnya Batak bangat justru namanya Wang Chen Liu. Dia memandu kami menyaksikan beberapa ob­yek, seperti eks rumah suku Ayatal, page­larkan meriam bambu yang juga salah satu tradisi adat mereka.

Tadinya saya pengen menyapanya dengan HORAS dan aha marga lae? (Apa marga Anda) tapi urung. Ini Taiwan bung..,, bukan Samosir. Wkwkwkw. Benar-benar semacam mukzijat. Ternyata keturunan suku Batak ada di mana mana. Kalau ini benar, saya sebagai orang yang sudah lama bergaul di lingkungan suku Batak, dengan rasa kagum saya akan menyapanya dengan, “Bah.. halak hita hape..” (Ternyata orang kita sendiri)

Beberapa bahasa yang mereka guna­kan juga sama dengan bahasa Indonesia, seperti ma­kan, mata, lima. Dan lucunya lagi, suku Ata­yal juga suka makan siri, wanitanya dulu kaya wajib bisa menenun. Ketika berkomu­nikasi dengan kami, Lae Wang menggu­nakan bahasa Mandarin.

Saya sempat berfoto dengan beberapa suku Atayal. Mereka ramah, dan terlihat ulet, sa­ma dengan inang suku Batak di daerah kita. Dan yang membuat saya kagum lagi, di atas perbukitan tampak juga patung raksasa Raja Batak yang seperti pernah saya lihat di Tomok.

Terlepas dari benar atau tidaknya suku Atayal memiliki nenek moyang yang sama dengan suku Batak, namun versi lain menyebut suku Atayal, hidup di pegunungan utara pulau Formosa Taiwan pada awalnya menetap di wilayah Tiongkok bagian selatan, sekitar 7000 tahun yang lalu. Catatan pertama dari orang Atayal ditemukan dekat hulu Sungai Zhuoshui. Namun, selama abad ke-17 mereka menyeberangi Barisan Pegu­nungan Tengah ke padang gurun sebelah timur. Mereka kemudian menetap di lembah Sungai Liwu. Sebanyak 79 desa Atayal tersebar di wilayah ini.

Mereka tinggal di pedalaman dan hidup berkelompok. Namun konon lagi menyebutkan, tidak banyak yang tahu kalau mereka adalah suku dayak asli Borneo atau pulau Kalimantan, yang menjadi suku asli di luar Indonesia yaitu di Taiwan. Suku dayak yang tinggal di Taiwan disebut suku Atayal atau Tayal dan biasa disebut juga suku Tayan.

Suku Atayal juga terkenal sebagai penenun terbaik dimana mereka memiliki pola dan simbol yang sangat menarik seperti yang biasa terlihat pada hasil karya da­yak di kalimantan.

Warna favorit suku Atayal ada­lah “merah” yang berarti "darah" dan "kekuasaan".

Untuk bisa bertato, suku da­yak Atayal tidak bisa dengan mudah karena mereka harus melalui banyak persyaratan.

Untuk pria harus menunjukkan keberaniannya menjadi pemburu dengan mengambil kepala musuh. Laki-laki suku Atayal dikenal karena kekuatan militer dan ke­terampilan berburu, sementara perempuannya terkenal dalam keahlian menenunnya.

Wanita harus bisa menenun karena ini menunjukkan kematangan. Cukup sulit dibanding sekarang dimana orang bisa de­ngan bebas bertato tanpa ada sya­rat asal ada keinginan.

Bah..., ternyata cerita dari suku Atayal ini banyak embel-embel konon. Tapi apa pun ceritanya sesungguhnya semua umat manusia di muka bumi pada awal masa kehidupannya adalah saudara. Horas...!(Anthony Limtan)

()

Baca Juga

Rekomendasi