Medan, (Analisa). Berapa banyak dari manusia yang memiliki banyak harta, mempunyai kecantikan dan ketampanan rupa dan menduduki jabatan yang tinggi, akan tetapi hatinya kosong dari ketakwaan dan keikhlasan serta tidak memiliki amal saleh. Sebaliknya, berapa banyak dari manusia yang miskin papa, hidup seadanya, rupa tidak bisa diandalkan, tapi ia di sisi Allah mempunyai nilai dan posisi yang tinggi lagi mulia.
Karena itu, kekayaan, rupa yang menarik dan kedudukan yang tinggi tidak akan bermanfaat sedikit pun bagi seseorang di akhirat nanti, jika ia tidak melaksanakan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan kemaksiaan kepada-Nya. Di antara amalan hati yang paling agung adalah keikhlasan kepada Allah dalam beramal.
Demikian disampaikan Ketua Tazkira Sumut, Buya KH Amiruddin MS dalam ceramahnya di Rumah Kuliah Tasauf Baitul Mustaghfirin Al-Amir, Jalan Suluh Medan, Minggu (27/11).
Disebutkan Buya, Alquran Surat Al Anam ayat 103: “Dia (Allah) tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui”.
“Allah tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, artinya engkau tidak akan dapat melihat-Nya sebab hal ini hanya khusus untuk kaum mukminin kelak di akhirat sebagaimana yang diungkapkan dalam firman-Nya surah Al-Qiyamah ayat 22-23 yaitu, "Wajah-wajah orang-orang mukmin pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka melihat."
Dijelaskan Buya, dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan harta kalian akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati kalian dan perbuatan-perbutan kalian.”
Dalam hadis ini Rasulullah ingin memberikan standar penilaian kemuliaan seorang hamba di sisi Allah , sekaligus meluruskan pandangan sebagian manusia yang salah dalam penilaian tersebut. Kemuliaan seseorang di pandangan Allah bukan hanya dilihat dari sisi lahirnya saja, seperti rupa yang cantik atau tampan, harta belimpah, keturunan yang baik dan seterusnya, tetapi Allah hanya melihat amal hati seperti keikhlasan, rasa khauf, ketundukan dan juga amal anggota badan seperti salat, puasa, dan lain-lain.
“Artinya Allah melihat hambanya sesuatu takaran apa yang ada di hatinya,” ujar Buya dalam ceramah bertajuk “Rekontruksi Sosio Kultural dan Intelektual Dalam Kaca Mata Tasauf.”
Cara pikir dan budaya selalu dipengaruhi oleh hati yang suci. Pakaian yang dikenakan sehari-hari adalah budaya. Mengapa menutup aurat, lanjut Buya karena dipengaruhi oleh jiwa tasauf. “Artinya tasauf telah mempengaruhi intelek sosio kultural dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya.
Perlunya rekontruksi, karena sosio kultural kita sudah banyak dipegaruhi oleh budaya-budaya liberal dari barat. Sehingga selalu cenderung oleh westernisasi sosio kultural dan intelektual.
Intinya adalah bagaimana budaya diwarnai oleh Islam dan merubah pola berpikir umat yang dibentengi dengan tasauf.
Acara diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Alquran oleh qari nasional Muhammad Syafii S.sos, dan dua qari cilik Muhammad Sodri dan Muhammad Yazid. Diakhiri dengan salat jenazah gaib, zikir dan doa dipandu Ketua Tazkira Kota Binjai Muhammad Siddik SAg, dan Ketua Tazkira Angkatan Muda Sumut H Muhammad Duha Solihin. (sug)