Menjadi Orang yang Teguh dan Kokoh dalam Pendiriannya

Oleh: Jekson Pardomuan. "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji." -  2 Korintus 13 : 5.

Siapa diantara kita yang tidak pernah melakukan kesalahan ? Kalau ada yang mengaku bahwa dirinya tak pernah melakukan kesalahan berarti orang tersebut belum benar-benar mengenal Tuhan dengan segenap hati.

Hari-hari belakangan ini sudah banyak bermunculan ajaran-ajaran baru yang membuat manusia, membuat Anda dan saya tidak lagi tahan uji. Pasalnya apa ? Karena kebutuhan hidup dan desakan ekonomi keluarga, yaitu UANG.

UANG telah menggoyahkan iman kita untuk beralih ke ajaran yang menurut akal dan pikiran secara dunia sangat benar dan muncul keraguan untuk tetap teguh dalam ajaran firman Tuhan. UANG bisa mengubah segala sesuatu yang baik menjadi jahat jika pendirian kita tidak teguh.

Dalam 2 Timotius 3 : 2 - 4 dituliskan "Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah."

Kemudian Ibrani 13 : 5  juga menuliskan Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."

Kalau diri kita sendiri sudah jadi hamba uang, maka sikap kita terhadap orang lain akan berubah. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering lihat bukti nyata dari apa yang ditulis dalam firman Tuhan.

Yang paling menonjol adalah sikap tidak tahu berterimakasih dan bersyukur. Sikap ini yang membuat orang terjerumus lebih dalam menjadi seorang koruptor, perampok, penipu dan pembunuh. Muaranya tetap pada UANG dan UANG. Kalau pun ada latar belakang lain mungkin hanya sebagian kecil.

Di era teknologi yang semakin canggih semakin mudah orang untuk menyudutkan orang lain dan bertindak seolah-olah diri mereka paling bersih, paling jujur dan paling sempurna. Ini merupakan gambaran dari sikap manusia yang memang jauh lebih mudah untuk menunjuk orang lain ketimbang memeriksa diri sendiri. Padahal ketika kita menunjuk, satu jari menuju ke orang sementara ada tiga jari yang menuju ke diri kita sendiri bukan? Menilai keburukan orang lain itu sangat mudah. Yang sulit justru menilai diri sendiri. Ketika kita menilai keburukan orang lain, sudahkah kita memeriksa diri kita sendiri?

Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus berkata: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji." (2 Korintus 13:5). Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa kita seharusnya lebih memprioritaskan untuk menyelidiki diri kita sendiri terlebih dahulu ketimbang terburu-buru menilai apalagi menghakimi orang lain.

Dalam kondisi phisik kita saja itu penting. Bayangkan bagaimana resikonya jika kita tidak pernah memeriksa kesehatan kita, tidak pernah berolahraga tapi terus membiarkan hal-hal yang merusak kesehatan kita bergantian masuk menghancurkan diri kita. Bisa dibayangkan betapa berbahayanya bukan?

Apalagi jika kita mengacu kepada kondisi rohani kita. Bayangkan ada berapa banyak bahaya yang tidak tersaring apabila kita tidak pernah memperhatikan dengan seksama segala sesuatu yang masuk ke dalam diri kita. Ketika kita berani menguji atau memeriksa diri sendiri, itu artinya kita berani melihat segala sesuatu dari diri kita, yang baik maupun yang buruk.

Itu artinya kita berani melihat kelemahan kita sendiri. Dengan mengetahui kelemahan kita, disitulah kita akan dapat mengambil langkah untuk melakukan perbaikan. Dan hasilnya jelas, daya tahan kita secara rohani akan lebih kuat, lebih tahan uji dibandingkan orang yang tidak pernah peduli terhadap keselamatan dirinya sendiri, terlebih orang yang hanya suka menilai kelemahan atau keburukan orang lain.

Bagaimana kita bisa menilai keburukan orang lain jika diri kita sendiri masih belum sempurna? Dan Yesus pun menyebut orang yang demikian sebagai orang yang munafik. Kita harus berhati-hati dalam mengeluarkan perkataan mengenai orang lain, karena salah-salah kita akan terjebak kepada proses menghakimi yang akan merugikan diri kita sendiri.

Manusia memiliki kecenderungan untuk merasa lebih pandai menilai orang lain ketimbang memeriksa dirinya sendiri. Oleh karena itulah kita harus benar-benar menjaga diri kita untuk tidak terjebak kepada perilaku seperti ini. Hal ini sungguh penting, begitu pentingnya bahkan Tuhan pun mau membantu kita untuk menyelidiki hati kita, seberapa banyak masalah yang masih bercokol disana yang bisa menghambat pertumbuhan iman kita.

Saatnya bagi kita untuk merenung dan benar-benar menjalankan firman Tuhan dalam perilaku hidup kita sehari-hari. Hindari untuk berlama-lama membicarakan kesalahan orang lain atau menjelek-jelekkan orang lain dengan maksud hati agar kita dianggap hebat dan paling benar.

Mulailah dengan hal kecil yang bisa berdampak besar pada kehidupan diri kita sendiri dan orang lain disekitar kita tanpa pernah memandang suku, agama dan latar belakang. Lakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati dan tidak bersungut-sungut, Tuhan pasti memberkati dan menguatkan kita menjadi orang teguh dan Kokoh dalam Pendiriannya. Amin. 

()

Baca Juga

Rekomendasi