KASIH itu Panjang Sabar

Oleh: Jekson Pardomuan.

TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. – Mazmur 145 : 8.

Keluarga yang saling mengasihi dan saling mencintai menjadi cerminan dari benih-benih kasih telah tumbuh dan berkembang ditengah-tengah ke­luarga itu. Ketika salah seorang anggota keluarga melakukan kesalahan, maka anggota keluarga yang lain akan mengingatkan dan menguatkan. Bukan seba­liknya justru menjatuhkan, atau menjerumuskan.

Kenyataan yang ada saat ini adalah sudah tidak ada lagi kasih antar sesama, yang ada justru sebaliknya. Amsal 3:3 menuliskan “Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau!Kalungkanlah itu pada leher­mu, tuliskanlah itu pada loh hatimu. Kemudian Efesus 4:32 “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang ter­hadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling meng­ampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.’

Rasul Paulus mengatakan kepada kita bahwa kasih itu sabar, ia “panjang sabar”. Mengasihi orang lain itu mungkin sulit untuk saat sekarang, mengasihi orang lain berarti kita tidak memusuhi mereka saat pertama kali mereka menyinggung perasaan kita. Dalam ber­hubungan dengan orang lain, kita cenderung untuk jauh lebih sabar terhadap orang-orang tertentu daripada ter­hadap orang lain. Jika seorang sahabat lama melakukan sesuatu yang menjengkelkan atau mengganggu, biasa­nya kita akan berkata, “Oh, itu memang kebiasaannya, itu adalah kepribadiannya, kita semua manusia, tidak ada satu pun dari kita yang sempurna.”

Akan tetapi ketika saya bertemu dengan orang lain yang berlaku persis sama seperti kelakuan sahabat lama kita atau orang-orang yang sudah akrab dengan kita, mungkin kita tidak ingin berurusan lagi dengannya. Kita memberikan toleransi kepada sahabat kita yang tidak akan kita berikan kepada orang asing atau orang lain yang baru kita kenal.

Kasih yang panjang sabar itu sesungguhnya tidak membeda-bedakan teman lama atau teman baru. Apalagi kalau kita sudah hidup dalam ajaran firman Tuhan. 1 Korintus 13:2 menuliskan “Sekalipun aku mem­punyai karunia untuk bernubuat dan aku me­ngetahui segala rahasia dan memiliki seluruh penge­tahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempur­na untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.”

Kasih yang sesungguhnya ketika kita benar-benar hidup dalam Tuhan adalah bahwa kasih ada tenggang rasa dan kemampuan untuk tahan uji terhadap situasi yang kurang menguntungkan dan terhadap sikap orang-orang yang kurang mengenakkan. Kasih itu panjang sabar, kasih itu juga murah hati dan penyayang.

Secara alami kasih itu bersifat ramah, murah hati, hangat, dan baik. Kasih yang murah hati dan rela menolong, simpatik dan memahami orang lain. Kasih itu penuh perhatian, lemah lembut, tenggang rasa, adil, dan bijaksana, dan hanya ingin mengusahakan kebaik­an bagi orang lain. Kasih itu pemurah, menerima sesa­ma, dan kebaikannya terpancar dalam perbuatan. Kasih itu juga tidak iri terhadap keuntungan orang lain, dan tidak menginginkan kepunyaan sesama. Kasih Allah tidak cemburu dan tidak menolak orang lain karena apa yang dimilikinya. Kasih itu sifatnya tidak suka ber­megah dan gila hormat.tidak angkuh dan tidak congkak.

Kasih itu setia, tidak menghakimi atau meran­cangkan hal-hal yang menyebabkan atau mendatang­kan malape­taka, penderitaan, kesukaran, atau yang sejenisnya. Kasih Allah tidak merancangkan kejahatan. Ka­sih akan bersukacita ketika apa yang benar, ketu­lusan, kesetiaan, kejujuran, dan kebenaran dinyatakan.

Perlu diketahui, karakter panjang sabar adalah karakter utama Allah. Alkitab sering menyebutkan bahwa Allah lambat untuk menjadi marah, bahwa Ia panjang sabar terhadap umat-Nya yang tegar tengkuk. Jika kita bernar seorang Kristen sebagai pengikut Kristus, berarti kita harus menjadi contoh dalam mewujudkan kasih yang sesungguhnya terhadap sesama.

Kita dipanggil bukan hanya untuk bersabar tetapi untuk panjang sabar. Kita tidak bersabar pada dosa, kekurangan, dan kelemahan manusia hanya jika mereka tidak menyakiti kita. Panjang sabar berarti tetap mengasihi walaupun kita disakiti dan dilukai. Ini berarti bahwa kita tetap "mengasihi sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa” (1 Petrus 4 : 8).

Di tengah situasi dan kondisi seperti sekarang ini, sulit sekali menemukan orang yang benar-benar murah hati. Tetapi murah hati haruslah dihubungkan dengan panjang sabar sebagai bukti nyata kasih. Secara sederhana, kasih bukanlah tidak sabar atau tidak murah hati. Inilah gambaran kasih Allah, kasih yang sama seperti yang dipupuk oleh Roh Kudus di dalam hati umat Allah.

Ketika hari ini kita dalam kesulitan dalam hal keuangan, apakah kita akan panjang sabar untuk menantikan jawaban Tuhan ? Atau malah menggerutu dan marah-marah pada Tuhan. Kenapa ini harus terjadi sama saya Tuhan ? Bukankah masih banyak orang lain yang lebih layak mendapat cobaan seperti ini ?

Inilah gambaran manusia saat ini, tidak memiliki kesabaran dan selalu mau instant. Baru berbuat sedikit sudah berharap mendapatkan yang banyak. Menuntut terlalu berlebihan kepada Tuhan, sikap ini yang lebih mendominasi manusia sekarang. Lewat renungan ini, kiranya kita memiliki Kasih yang tulus dan panjang sabar dalam menantikan kedatangan Tuhan. Berbuatlah yang terbaik untuk semua orang tanpa pernah membeda-bedakan. Amin.

()

Baca Juga

Rekomendasi